Bab 14

121 12 0
                                    

Bianca tidak mungkin membiarkan Netta pergi begitu saja. Perempuan itu sudah berani menyinggungnya. Dia harus merasakan akibatnya karena merendahkan seorang Bianca. Begitu dia melihat Netta yang berjalan menuju pintu keluar butik tersebut dia langsung menghampirinya. 

"Mau ke mana kamu?" tanya Bianca. Langkah cepatnya tentu saja mengimbangi langkah Netta yang berat karena kehamilannya. 

"Mau pulang," jawab Netta. Dia masih saja bersikap angkuh. Bianca mungkin akan memaafkannya karena wanita itu sedang hamil namun, sifat angkuh Netta benar-benar membuatnya geram. 

"Tadi saya ingat kamu mengatai saya perempuan yang menjual diri demi mendapatkan barang mewah. Tapi, melihat sikap kamu sepertinya kamu sudah mengenal siapa suami saya, benar?" Netta menyisir rambutnya menggunakan jarinya, berharap pria yang berada di samping Rihany menaruh sedikit perhatian kepadanya. 

"Iya tahu. Artinya penilaian ku salah." Netta tidak berniat meminta maaf, dia hanya tidak tahu siapa wanita itu sebelumnya. Kalau dia tahu, dia tidak mungkin mengatakan wanita itu menjual diri. 

"Padahal saya menunggu itikad baik kamu untuk minta maaf. Dan mungkin saya akan memaafkan kamu dan tidak memperpanjang masalah ini. Tapi melihat sikap kamu yanga sangat buruk itu saya tidak bisa memaafkan kamu." Bianca lalu beralih pada suaminya. 

"Sayang, kamu tahu 'kan apa yang harus kamu lakukan?" Alex mengangguk. 

"Tentu saja. Tidak ada kata maaf bagi seseorang yang sudah menyinggung kamu." Alex sangat berhati-hati memperlakukan istrinya. Pria itu tentu menuruti apapun keinginan Bianca bahkan jika wanita itu memintanya ke bulan dia akan pergi. Dan jika hanya berurusan dengan tikus kecil sangat mudah baginya. 

"Rihany bagaimana? Kamu baik-baik saja, Nak?" Alex melemparkan pertanyaan pada calon menantunya itu. 

"Aku baik, Pa," jawab Rihany sopan. Alex mengangguk. Dia kemudian bertanya mengenai belanjaan istrinya. 

"Kami sudah selesai, tinggal menyelesaikan pembayaran saja." 

"Serahkan pada mereka biar mereka yang menyelesaikan itu," kata Alex menunjuk asistennya. 

"Nah, Aar bawa pulang calon menantu Mama. Pastikan dia istirahat dengan baik, hari ini dia melewati hari yang cukup buruk karena bertemu dengan wanita gila seperti dia." Bianca menunjuk wajah Netta. 

"Ingat! Tidak sampai dua jam lagi, kamu akan tahu balasan seperti apa yang kamu dapat dari saya," ucap Bianca saat melewati Netta. 

Rihany sendiri hanya menebarkan senyum mengejek pada Netta. Kali ini rasanya sangat puas melihat Netta tidak bisa berbuat banyak. 

"Siapa perempuan itu?" tanya Aaron saat mereka sudah berada di dalam mobil. 

"Saudara tiri ku," jawab Rihany. 

"Anak kita baik-baik saja 'kan?" Rihany mengangguk sembari mengelus perutnya. 

"Ada Mama Bianca yang menjagaku. Dia tidak bisa melakukan apapun." 

"Itu bagus. Kalau saja dia berani menyentuh kamu seujung kuku pun aku akan membuat perhitungan dengannya." Aaron baru saja menyelesaikan rapat pentingnya saat mendapat telepon dari papanya. Dia mendapat informasi kalau ada orang yang sengaja cari ribut dengan Rihany dan juga mamanya. 

"Aku minta maaf," kata Rihany tiba-tiba. 

"Minta maaf untuk apa?" Aaron langsung memeriksa tubuh Rihany memastikan tidak ada luka sedikit pun di sana. 

"Netta tadi memberikan perkataan buruk pada Mama Bianca tadi." Rihany merasa bersalah untuk itu. Dia harusnya bisa menutup mulut Netta agar tidak berbicara sembarangan pada Bianca. 

Karena KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang