Prolog

415 27 3
                                    

Dua orang yang sedang patah hati bersatu di ranjang yang sama. Tubuh keduanya saling membelit mencari kehangatan dan juga kenikmatan sebagai pelampiasan dari rasa sakit yang menyesakkan dada.

Tidak ada rasa malu saat keduanya saling terbuka. Entah itu pengaruh alkohol atau memang mereka sadar dengan apa yang mereka lakukan. Yang pasti, tidak satu pun dari mereka mau berhenti. 

"Ahh ..." Desahan perempuan itu menyatakan kepuasaan pada permainan keduanya. Akan tetapi hal tersebut tidak membuat si pria berhenti. Dia malah semakin terpancing mendengar desahan dari pasangannya itu. Tidak lama kemudian dia ikut menyusul mendapatkan kepuasan. Pria itu ambruk di samping wanita tersebut dengan napas memburu. Aktifitas yang mereka lakukan  tadi membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. 

Setelah dilanda kepuasan keduanya kompak untuk tidak saling berbicara hingga keduanya terlelap, masih dengan kondisi yang sama sekali tidak mengenakan pakaian. 

Pagi menyapa dua orang yang masih terlelap di bawah selimut. Lima menit kemudian sang perempuan membuka mata lebih dulu. Dia menyipitkan matanya ketika sinar matahari mengintip lewat jendela yang langsung memantul ke wajahnya. 

"Awhh ..."  Rihany, nama perempuan itu. Dia meringis kecil ketika dia hendak berdiri menuju kamar mandi. Seluruh tubuhnya rasanya sangat pegal dan susah digerakkan. Rihany kembali memutar hal yang terjadi semalam di kepalanya. 

Jika ditanya, apakah dia menyesal? Jawabannya adalah, tidak. Rihany sama sekali tidak menyesal telah menghabiskan malam panas dengan seseorang yang tidak dikenalnya. Hal yang menjadi beban pikirannya sekarang adalah, bagaimana mempertanggung jawabkan hal ini pada pria itu. Rihany ingat kalau dialah yang pertama kali menggoda pria itu. 

Sejenak Rihany melupakan masalah itu. Ada hal yang lebih mendesak yaitu, panggilan alam. Setelah selesai dengan urusannya di dalam kamar mandi, dia keluar dengan handuk kimono yang menutupi tubuhnya. Rihany sekalian membersihkan tubuhnya yang terasa lengket dan sedikit bau. Suasana di dalam kamar tersebut berubah jadi canggung saat Rihany menemukan kalau pria itu sudah bangun. Untuk sejenak keduanya saling memandang. Kemudian Rihany memberikan senyum tipisnya untuk mengusir kecanggungan diantara mereka. 

"Saya minta maaf untuk yang terjadi semalam," ucap Rihany lebih dulu. Pria itu hanya mengangkat alisnya menanggapi perkataan Rihany. Seharusnya dialah yang meminta maaf. Rihany sangat dirugikan dalam hal ini. Malam tadi adalah yang pertama untuknya, dan diberikan pada orang tidak dikenal. 

"Yang pasti saya tidak akan lepas dari tanggung jawab. Tapi, jangan meminta saya untuk menikahi kamu. Hal itu tidak akan terjadi." 

Tunggu! Bukankah seharusnya kata-kata itu diucapkan oleh sang pria. Pria bernama Aaron itu kembali mengangkat alisnya tinggi. 

"Saya akan memberikan kamu uang, sebagai ganti rugi. Kamu hanya perlu menyebutkan berapa nominal yang harus saya keluarkan," tambah Rihany lagi.  

Aaron merasa sangat lucu ketika mendengar perkataan yang keluar dari mulut wanita itu lagi. Di lain sisi, dia juga merasa tersinggung dengan perkataan Rihany.  Kenapa harus menyinggung masalah uang? Apa perempuan itu pikir dia kesusahan dalam hal ekonomi? Dia bahkan bisa membeli hotel yang mereka tempati sekarang ini.

"Tadinya aku ingin memberikannya secara gratis khusus untuk kamu. Tapi, karena kamu bersikeras ingin membayar, maka kamu harus membayarku setidaknya seharga satu buah mobil. Itu harga yang paling murah." Rihany langsung tersedak oleh ludahnya sendiri. Jangankan mobil, motor aja dia nggak punya. 

"Apa? Kenapa begitu mahal?" Rihany terkejut dengan harga yang pria itu tawarkan. Dia harusnya menanyakan tarif pria itu lebih dulu sebelum merayunya. Sekarang dia tidak tahu bagaimana cara membayar pria itu. 

Aaron merasa puas ketika melihat raut wajah Rihany.

"Kamu tidak seharusnya memberikan harga semahal itu! Lagi pula pelayanan kamu tidak memuaskan." Rihany terpaksa berbohong demi kenyamanan dompetnya. Astaga! bahkan jika dia menjual semua barang yang dia punya tidak akan cukup membeli sebuah mobil, bekas sekalipun. Kecuali, menjual ginjal mungkin?

"Kamu bilang apa? Tidak memuaskan?" Aaron berdiri seraya menatap tajam perempuan yang ada di depannya itu.  Ego seorang Aaron Marvel Harrison benar-benar terusik. Terlebih hal ini menyinggung masalah kelelakiannya. 

Aaron melepaskan satu per satu kancing kemeja yang sudah dia pakai tadi. "Mari kita buktikan lagi. Kalau hanya sekali memang tidak terlalu terasa." Mata Rihany membulat setelah mendengar perkataan pria itu. 

"Tunggu! Berhenti!" Rihany tidak siap untuk yang kedua kalinya. Takut bayarannya semakin mahal. Yang ada dia benar-benar jual ginjal hanya untuk sebuah kenikmatan sementara.

"Saya tidak akan berhenti sebelum kamu berteriak puas. Saya akan membuat kamu tidak akan pernah menemukan pria sehebat saya. Saya akan mem buat kamu mengingat hari ini seumur hidup kamu." 

Aaron tidak main-main dengan ucapannya. Egonya tidak mengizinkannya berhenti sebelum membuat mulut wanita itu berteriak karena kenikmatan yang tidak akan pernah dia lupakan. 





Karena KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang