Aaron duduk di dalam mobil sembari mengamati seorang wanita yang menjadi sumber patah hatinya. Selama bertahun-tahun memendam perasaannya dan setelah memiliki keberanian untuk mengutarakannya, Aaron dipukul kenyataan kalau wanita itu telah menikah. Sejujurnya Aaron ingin sekali menyapa wanita itu namun, dia tidak memiliki keberanian untuk turun dari mobilnya itu. Aaron tidak ingin menambah luka pada hatinya. Namanya Shamilla, wanita cantik yang sangat tangguh. Aaron masih ingat pertama kali dia melihat Shamilla adalah saat wanita itu masih kecil menjual mainan di pinggir jalan. Kemudian mereka kembali dipertemukan saat Shamilla bekerja di bengkel milik keluarganya yang ada di Medan.
Kedekatan mereka bermula dari sana. Aaron kemudian harus meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan pendidikannya di Amerika. Selama di Amerika Aaron mengumpulkan keberaniannya untuk mengutarakan perasaannya. Namun begitu dia kembali Shamilla telah menikah dengan Miko. Aaron benar-benar patah hati, dia sudah menyiapkan banyak rencana untuk hidupnya ke depan bersama dengan Shamilla namun, semuanya harus batal. Salahnya karena tidak langsung terus terang pada wanita itu.
Puas memandangi wajah Shamilla, Aaron menyalakan mesin mobilnya lalu melajukan benda tersebut kembali ke hotel tempatnya menginap. Aaron berencana tinggal di Medan selama satu minggu sebelum dia kembali ke Bali dan bekerja di perusahaan milik keluarganya. Kedatangannya ke Medan bukan tanpa tujuan, dia diperintahkan oleh papanya untuk mengunjungi bengkel yang papanya bangun sejak lama. Meskipun Om Miko selalu memberikan laporan perkembangan bengkel tersebut.
"Daripada kamu nggak ada kerjaan, sebaiknya kamu mengunjungi bengkel yang di Medan sebelum kamu fokus untuk kerja di perusahaan." Begitu kata papanya kemarin. Padahal Aaron memiliki banyak pekerjaan. Salah satunya adalah bisnis perhiasan yang dia kembangkan.
Aaron duduk di ujung ranjang tidurnya. Matanya tidak sengaja menangkap keberadaan sebuah benda di dalam tas punggung miliknya. Aaron mengambilnya lalu mengamati benda tersebut. Aaron tersenyum, dia masih mengingat kenangan benda itu.
"Gelang tangan ini ..." Aaron kemudian mengamatinya cukup lama. Dulu teman kecilnya memberikan itu karena merasa berhutang pada Aaron. Aaron kecil sering memberikan bekalnya untuk teman perempuannya yang tidak pernah sarapan dari rumah. Dia baru sadar kalau gelang itu selalu dia bawa kemana pun dia pergi. Aaron menggelengkan kepalanya saat sebuah pikiran konyol melintas di kepalanya.
"Rihany ..." Aaron membaca pelan ukiran nama di bagian dalam gelang itu.
"Jangan bilang kalau mereka adalah orang yang sama?" Aaron tertawa kecil merasa tidak percaya dengan apa yang dia temukan. Untuk memastikannya dia menghubungi sahabatnya yang bekerja sebagai detektif di salah satu perusahaan swasta terkemuka.
"Ini jam kerjaku, Aaron." Suara Jean terdengar kesal.
"Aku tahu," balas Aaron. Jean mendengus mendengar jawaban sahabatnya itu. Sudah terbiasa dengan sifat songong Aaron. Dan entah kenapa mereka masih bersahabat hingga sekarang.
"Jadi apa masalahmu? Masih tentang Shamilla, cinta pertamamu yang tidak sampai?" Sejujurnya Jean sudah bosan mendengar cerita tentang Shamilla.
"Bukan tentang dia. Aku mau kamu mencari informasi seseorang untukku." Aaron kemudian menyebutkan nama Rihany dan tempat dia bersekolah bersama Rihany dulu.
"Kau akan mendapatkan hasilnya satu minggu lagi." Begitu kata Jean sebelum sambungan telepon mereka terputus. Aaron kembali memandangi gelang tangan berukuran kecil itu. Dia sedang memikirkan langkahnya ke depan andai Rihany kecil adalah Rihany yang dia temui satu minggu lalu.
***
"Jadi mereka adalah orang yang sama?" tanya Aaron. Dia saat ini berada di apartemen Jean. Satu minggu berlalu dengan cepat dan seperti yang sudah Jean janjikan dia mendapatkan semua data pribadi milik Rihany. Bukan hal yang sulit untuk mendapatkan data pribadi milik perempuan itu.
"Iya, seperti yang kau lihat," jawab Jean sembari menyesap kopi instan buatannya.
"Aku belum pernah mendengar nama perempuan ini. Jadi apa hubunganmu dengannya?" Jean bertanya penasaran. Lebih dari sepuluh tahun mengenal Aaron, dia belum pernah melihat sahabatnya itu dekat dengan seorang wanita kecuali Shamilla.
"Tidak ada hubungan apapun," kata Aaron. Jean mengangguk namun, dia sama sekali tidak percaya pada ucapannya sahabatnya itu.
"Anggap saja aku percaya." Jean penasaran seperti apa sifat perempuan bernama Rihany itu.
"Kapan mulai masuk kantor?" tanya Jean. Aaron masih sibuk mengamati data diri milik Rihany.
"Besok," jawab Aaron pendek. Dia sekarang penasaran dengan kehidupan yang Rihany jalani. Apa yang membuat perempuan itu pindah ke Bali?
"Lalu bagaimana dengan bisnismu?" Aaron mengalihkan perhatiannya, dia menyimpan semua kertas yang berisi informasi tentang Rihany.
"Aku punya asisten yang mengurusnya." Ganino adalah asisten sekaligus orang yang Aaron percayai untuk mengelola bisnis perhiasannya. Bisnis tersebut sudah berjalan selama empat tahun.
"Kau sendiri? Bagaimana hubunganmu dengan wanita itu?" Aaron balik bertanya.
"Namanya Gita, Aar, bukan wanita itu." Untuk yang ke sekian kalinya Jean menyebutkan nama kekasihnya namun, Aaron tidak pernah mau menyebutkan nama kekasihnya itu.
"Kau masih bertahan dengannya? Kalau aku jadi kau, aku tidak pernah sudi melihat wajahnya lagi." Gita pernah merayu Aaron untuk tidur dengannya bahkan wanita itu pernah memberikan obat perangsang padanya. Beruntung Aaron mampu mengendalikan dirinya sendiri.
"Dia sudah berubah. Gita sekarang jauh lebih baik." Ada cerita kenapa Jean tidak meninggalkan Gita meskipun sudah diselingkuhi berkali-kali.
"Kau percaya?" Aaron mendengus. jean tersenyum lalu mengangguk yakin.
Pembicaraan keduanya berhenti karena Aaron mendapatkan panggilan telepon dari Omanya.
"Halo, Oma," sapa Aaron begitu dia menerima panggilan telepon tersebut.
"Aaron kamu ada di mana?"
"Di apartemen Jean, Oma." Perkataan Oma selanjutnya membuat Aaron mendesah kecil. Dia diminta menemani Oma untuk berbelanja. Aaron tidak pernah bisa menolak permintaan Omnya bahkan untuk hal sekecil apapun.
***
"Oma mau belanja apa?" tanya Aaron sembari mendorong troli.
"Oma mau buat makan kesukaan kamu. Sebagai hadiah di hari pertama kamu masuk kantor." Menginjak usia pertengahan tujuh puluh tahun, Oma Yuna masih terlihat sangat cantik dan bugar.
Aaron menemani Omanya dengan sabar. Setelah semua bahan belanjaan yang mereka butuhkan sudah berada di dalam troli, mereka berjalan menuju kasir untuk membayar.
"Barangnya ini aja? Ada tambahan lainnya, Bu?" Kasir yang sejak tadi sibuk menghitung tidak begitu memperhatikan pria yang sejak tadi menatapnya tajam.
"Tidak ada," jawab Oma Yuna cepat.
"Baik, totalnya enam ratus delapan puluh ribu lima ratus rupiah."
"Biar aku aja yang bayar, Oma." Aaron mendahului Omanya membayar belanjaan mereka. Dia tidak memberikan Omanya kesempatan untuk menolak. Aaron langsung memberikan kartu atmnya. Sementara itu Rihany yang bekerja di balik meja kasir menatap Aaron kaget. Matanya bolak-balik menatap Aaron dan wanita tua di samping pria itu bergantian.
"Rihany ..." Rekan satu pekerjaannya memperingatkan Rihany untuk segera menerima kartu atm dari tangan Aaron.
"Oh, maaf." Rihany buru-buru mengambil kartu tersebut dari tangan Aaron. Dia kemudian menyelesaikan pembayaran dan mengembalikan kartu milik Aaron.
"Terima kasih telah berbelanja," ucap Rihany sopan.
Oma Yuna bukan tidak menyadari tatapan cucunya pada perempuan tadi. Dan dia juga melihat bagaimana perempuan kasir itu terkejut melihat Aaron. Dia curiga keduanya memiliki hubungan.
Bersambung ...

KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kamu
RomanceBerniat melupakan mantan yang masih menghuni hatinya, Rihany mengikuti saran temannya untuk pergi ke club malam. Di sana kemudian dia bertemu dengan Aaron Marvel Harisson. Dia mengira pria itu pria malam. "Saya akan memberikan kamu uang, sebagai gan...