Bab 27

106 9 0
                                    

Netta pikir Demon hanya mengancamnya. Ternyata pria itu benar-benar tidak mengirimkan uang ke dalam rekeningnya. Ini sudah dua hari dan dia tidak memiliki banyak uang lagi. Netta sudah berusaha menghubungi nomor ponsel pria itu akan tetapi Demon menolak panggilan telepon darinya. Puluhan pesan yang dia kirimkan juga tidak mendapatkan balasan. Netta membanting ponselnya kesal. Dia tidak pernah membayangkan kalau hidupnya akan sulit seperti ini. Rumah mereka yang di Medan sudah disita bank. Selama tinggal di Bali dia tinggal di resort yang biaya sewanya dibayar oleh Demon. Dan  dalam waktu satu minggu, mereka harus kembali membayar sewa untuk bisa tetap berada di sana. 

"Sudah ada balasan dari Demon?" tanya mama tirinya itu. Netta mendengus sinis. Kalau saja wanita tua itu tidak berguna maka dia tidak akan mau tinggal bersamanya. Mereka harus menghemat biaya jadi tidak bisa memperkerjakan asisten rumah tangga. Dan mama tirinya itu berguna untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah.  

"Tidak ada. Sebaiknya Mama hubungi Rihany lalu minta uang sama dia!"  ucap Netta putus asa. Selama hidupnya dia tidak pernah bekerja, dia dimanjakan dengan segala kemudahan yang dia dapatkan.  

"Kamu pikir dia mau bantu kita? Sekarang ini anak itu sudah terlalu sombong karena menikah dengan Aaron." Ibu kandung Rihany sibuk menyumpahi anaknya itu dalam hatinya. Dia kesal karena Rihany tidak  bisa dia manfaatkan. Anaknya itu tidak lagi penurut seperti dulu. Entah apa yang membuatnya berubah begitu cepat?

"Anak yang kau besarkan itu benar-benar tidak berguna!" sinis Netta. Rihany harusnya mau membantu mereka karena hanya merekalah keluarga Rihany. 

"Bagaimana kalau kita kembali ke Medan?" usul mama tirinya itu. 

"Mama punya satu unit rumah tidak besar juga tidak kecil. Mama membelinya diam-diam menggunakan nama Rihany. Jadi pihak bank tidak dapat melacaknya," katanya lagi. Sejujurnya dia masih ingin bertemu dengan Rihany dan mencoba sekali lagi untuk membujuk perempuan itu supaya mau membantu mereka dalam masalah yang dihadapi sekarang hanya saja, dia tidka memiliki waktu lagi karena keterbatasan biaya. 

"Aku tidak mau!" tolak Netta. Dia belum menjalankan rencananya untuk merebut Aaron dari Rihany. 

"Kita tidak memiliki dana untuk membayar sewa resort minggu depan. Uang yang kita punya hanya cukup untuk membawa kita kembali ke Medan." 

"Kalau begitu Mama bisa menjual rumah yang di Medan memberikan uangnya padaku." Netta tersenyum dengan idenya. Sementara itu Mama tirinya  tertawa kecil. Dia tahu kalau anak tirinya itu bodoh. Dia hanya tidak menyangka kalau selain bodoh perempuan itu juga sangat naif. Dia tahu apa yang direncanakan anak tirinya itu. Dan tentu saja dia akan membiarkannya jatuh sendirian. Dilihat dari segi manapun, Aaron tidak akan tertarik pada wanita itu. 

"Kalau kamu pikir selama ini Mama lebih menyayangimu daripada Rihany, maka kamu salah, Netta. Mama tidak mencintai siapapun selain suami Mama. Semua sikap baik yang Mama tunjukkan sama kamu tidak lebih hanya untuk menarik perhatian papamu. Dan sekarang, papamu sedang menebus dosanya di penjara. Jangan harap kamu mendapatkan perlakuan yang sama seperti dulu dari Mamamu ini. Aku tidak sebodoh itu untuk terus menuruti keinginanmu. Ada baiknya kita menjalani hidup masing-masing. Kamu dengan semua rencanamu dan Mama dengan semua rencana Mama. Jangan pernah pernah menggangguku lagi." Wanita tua itu kemudian masuk ke dalam kamarnya dan mengemas semua barang-barangnya. Selain rumah dia juga masih memiliki beberapa barang berharga yang lolos dari sitaan bank. Dan hanya dia yang tahu hal ini. Dia bisa memulai hidupnya yang baru dengan semua yang dia punya itu.

Kini Netta sendirian tanpa siapapun di sisinya. Dan masih sangat yakin kalau dia bisa merebut Aaron dan akan memarkan kehidupan baiknya kepada mama tirinya itu kelak. Tunggu saja, dia akan melihat mama tirinya itu memohon padanya agar diberikan uang nantinya. 

Karena KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang