Bab 21

112 9 0
                                    

Semakin hari hubungan antara Rihany dan Aaron  semakin dekat. Diam-diam saling merindukan namun, gengsi lebih besar daripada rasa rindunya. Seperti sekarang ini, baru dua jam yang lalu Aaron meninggalkan apartemen berangkat ke kantor, sekarang dia sudah merindukan Rihany. Rasanya dia ingin melihat wajah perempuan atau bahkan sekedar mendengar suaranya. Hal mudah dilakukan dia hanya perlu menghubungi wanita dan rindunya akan terbayar lunas. Hanya saja egonya menolak melakukan itu. Aaron tidak mau Rihany menganggapnya sebagai lelaki posesif. Karena itu dia menahan rasa rindu itu hingga pulang kantor nanti.

Tidak jauh berbeda dengan Aaron, Rihany juga merindukan pria itu. Rihany tidak bisa menampik kalau dia mulai sedikit ada rasa pada Aaron. Satu bulan mereka tinggal bersama, Rihany tidak bisa menolak pesona Aaron. Aaron yang terlihat dingin namun, begitu perhatian membuat Rihany menaruh hati. Aaron ternyata mampu mengalihkan dunia Rihany dari Demon dalam waktu yang singkat. Perlahan pria itu menggeser posisi Demon di hati Rihany.

Bedanya dengan Aaron, Rihany lebih berani. Saat ini dia sedang memegang ponselnya sembari menimbang antara menelepon Aaron atau tidak. Memikirkan berbagai alasan agar tidak terlalu canggung saat berbicara nanti. Namun, pada akhirnya Rihany mengurungkan niatnya menghubungi Aaron karena takut mengganggu pria itu yang sedang bekerja. Rihany kemudian meletakkan ponselnya  lalu berjalan ke dapur mencari kesibukan untuk mengalihkan pikirannya dari Aaron. 

Rihany tersenyum ketika menemukan bahan untuk membuat kue. Dia kemudian mulai sibuk mengolah bahan tersebut. Dia berkonsentrasi karena sejujurnya ini pertama kalinya dia membuat kue. Sebelumnya dia sudah menonton cara membuat kue di internet. Rihany sudah hapal bahannya dan cara membuatnya karena dia sudah berkali-kali menonton video cara membuat kue tersebut. 

Setelah adonannya jadi, Rihany kini bingung cara menggunakan oven milik Aaron. Pada akhirnya dia menghubungi Aaron melalui panggilan video. Tidak seperti dugaan Rihany kalau Aaron mungkin akan lama menerima panggilan video darinya atau mungkin tidak akan dijawab oleh pria itu nyatanya, Aaron langsung menerima panggilan video darinya. 

"Ada apa, Rihany?" tanya pria itu langsung. Wajahnya diarahkan pada kamera ponsel sehingga Rihany mampu melihat keseluruhan wajah pria itu. 

"Apa aku mengganggu?" Aaron terlihat mengerutkan keningnya kemudian dia menggeleng. 

"Jadi, kamu menghubungi saya untuk apa?" Aaron kembali bertanya. Diam-diam dia mengamati ekspresi Rihany, dia khawatir Rihany mengalami hal buruk di rumah. Rihany mengangkat adonan kue yang dia buat sejajar dengan wajahnya.

"Aku ingin membuat kue, tapi tidak tahu bagaimana cara menggunakan oven," kata Rihany dengan ekspresi polos. Aaron melihat adonan Riahany dengan tatapan ragu. Dia bisa menebak kalau perempuan itu baru  pertama kali membuat kue. Terlihat dari bentuk adonannya yang cukup buruk.

"Tidak perlu membuat kue, Rihany. Nanti saat saya pulang, saya akan bawa yang banyak untuk kamu." Menurut Aaron, perempuan itu tidak perlu membuat kue kalau dia sanggup membeli dengan rasa yang jauh lebih enak. Dia juga meyakini kalau kue buatan Rihany akan gagal.

"Tapi ini sudah hampir jadi, tinggal panggang saja," kata Rihany. 

"Buang saja yang itu. Tidak perlu repot membuatnya lagi. Kamu tinggal bilang sama saya mau makan kue seperti apa. Saya pasti akan membawanya untuk kamu." Rihany mengerucutkan bibirnya. 

"Nggak mau buang, sayang. Aku sudah capek mengadonnya." 

"Kamu bilang apa?" tanya Aaron ada rona merah di wajahnya. 

"Aku bilang sayang kalau dibuang," kata Rihany memperjelas kata-katanya. Dia sempat menangkap rona merah di wajah Aaron. 

"O-oh iya sudah kalau begitu kamu panggang saja. Ikuti panduannya saja untuk menggunakan oven itu." Aaron membuang muka ke samping enggan menatap Rihany karena salah paham pada perkataan Rihany tadi. 

Karena KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang