Rihany masih menyimpan perasaan sakit hati terhadap Demon dan Netta. Melihat mereka berada dekat dengannya rasanya dia ingin menendang mereka jauh-jauh dari pandangan matanya. Dan sepertinya mereka sangat penasaran dengan kehidupan yang dia lalui satu tahun lebih ini. Berusaha bersikap santai, Rihany menarik semua rambutnya kebelakang. Hal itu memperlihatkan semakin jelas kalung yang melingkar di lehernya. Rihany kemudian menyentuh kalung tersebut.
"Kalung ini, aku mendapatkannya dari orang yang menyayangiku. Dan kalian tidak perlu tahu siapa dia." Rihany tanpa sadar tersenyum ketika mengingat Bianca.
"Kamu jawab jujur aja. Kamu mendapatkan kalung itu karena menjual diri." Netta berkata sinis.
"Siapa yang menjual diri?" Bianca tiba-tiba datang dengan dua orang pelayan toko di belakangnya. Kedua pelayan itu masing-masing membawa gaun di tangan mereka.
"Mama sudah selesai?" Rihany berdiri menyambut kedatangan calon mertuanya. Bianca mengangguk kecil.
"Kamu bosan, iya nungguin Mama?" tanya Bianca. Dia mendengar sedikit pembicaraan Rihany dengan orang asing itu.
"Nggak, Ma. Mama nggak lama, kok." Rihany berkata jujur.
"Nah, ini Mama sudah pilihan banyak gaun buat kamu. Kamu coba dulu, iya. Nanti mana yang kamu suka itu yang kita ambil."
"Ini adalah gaun-gaun terbaik di toko kami, Nona. Kami yakin semua ini cocok dengan Anda," kata salah satu pelayan yang mengikuti langkah Bianca tadi. Netta meneliti penampilan perempuan yang dipanggil Rihany 'Mama'. Dari penglihatannya, semua barang yang dipakai perempuan itu adalah barang-barang berkelas. Sebuah ide langsung muncul di kepalanya.
"Kenalkan, saya adalah saudara tiri Rihany." Netta mengulurkan tangannya sembari menebar senyum manis penuh rencana. Dia ingin merebut perhatian wanita itu. Gaun-gaun yang dipegang oleh pelayan toko adalah gaun-gaun incarannya namun tidak bisa dia dapatkan karena pengeluarannya bulan ini sudah melebihi batas. Lagipula dia yakin kalau wanita itu pasti lebih kaya daripada kedua orang tuanya.
"Kamu tadi yang menuduh calon menantu saya menjual diri itu?" Bianca melipat tangannya di dada. Mengabaikan tangan Netta yang terulur ke hadapannya.
"Yang saya katakan itu memang benar, kok. Kalau tidak, mana mungkin dia sanggup membeli kalung semahal itu." Netta mendengar jelas kalau wanita di depannya ini mengatakan kalau Rihany adalah calon menantunya. Rencananya kali ini adalah membuat Rihany terlihat buruk di hadapan wanita itu.
"Kalung itu saya yang memberikannya pada Rihany. Dan saya ingatkan kamu untuk tidak memfitnah calon menantu saya atau kamu akan tahu akibatnya." Bianca tidak main-main dengan ucapannya. Netta tersinggung dengan ucapan Bianca.
"Memangnya Anda siapa? Dengan memakai pakaian bermerek seperti itu, apa Anda pikir Anda bisa mengancam saya? Jangan-jangan Anda mendapatkan barang-barang itu hasil dari menjual diri juga sama seperti calon menantumu itu?" Netta berkata sinis tanpa tahu siapa yang dia lawan.
Bianca memasang wajah marah. Dia benar-benar tersinggung dengan perkataan perempuan itu. "Rihany, siapa nama keluarga wanita ini?" Bianca mengambil ponselnya. Panggilan telepon kepada suaminya sudah tersambung. Rihany sejenak menatap Netta dan Demon.
"Agus Ramano," jawab Rihany menyebutkan lengkap nama ayah tirinya itu.
"Aku mau lihat apa yang bisa kalian lakukan," kata Netta memandang remeh Bianca.
Bianca telah selesai berbicara dengan suaminya. "Mari kita lihat dua jam dari sekarang," kata Bianca dingin. Dia lalu menarik Rihany menjauh dari Netta.
"Ayo, Sayang Mama ingin lihat kamu dalam balutan gaun-gaun cantik itu. Terus nanti mau kasih lihat Aaron," kata Bianca lembut. Dia penasaran bagaimana reaksi putranya melihat Rihany menggunakan salah satu dari gaun pilihannya.
Netta tetap berdiri di sana melihat Rihany dan Bianca menjauh dari hadapannya. Dia sama sekali tidak takut dengan ancaman wanita itu. Dia yakin kalau itu hanya bualan semata.
"Kamu kenal wanita itu, Yang?" tanya Netta pada suaminya. Demon menggeleng, dia tidak mengenal wanita itu namun, wajahnya terlihat familiar.
"Kita pulang ke hotel sekarang," ajak Demon. Dia yakin ada banyak hal yang direncanakan Netta. Dia tidak mau ada keributan di sana yang disebabkan oleh istrinya itu.
"Tidak mau! Aku akan kembali setelah mengetahui siapa wanita yang bersama Rihany." Lagipula dia ingin mempermalukan Rihany dan juga wanita yang mengaku sebagai calon mertua Rihany.
"Netta jangan membuat masalah. Aku sudah cukup malu dengan semua tingkah kamu." Netta memiliki tempramen yang buruk. Demon tidak bisa menghitung lagi sudah berapa kali dia berurusan dengan orang-orang karena ulah istrinya itu.
"Bukan aku yang mulai duluan. Mereka yang mulai lebih dulu," balas Netta tidak mau disalahkan.
"Kalau begitu silakan kamu tinggal di sini. Aku pulang lebih dulu. Dan ingat! Kalau kamu mendapat masalah selesaikan sendiri!" Netta tidak membiarkan Demon pergi, dia menahan tangan Demon.
"Kamu itu suamiku, membereskan masalahku adalah tugasmu." Netta berkata sombong.
"Ingat perusahan keluargamu masih bergantung pada keuangan perusahaan Papa. Jika kamu macam-macam perusahaan kamu akan bangkrut." Demon menghentakkan tangannya lepas dari pegangan Netta.
"Sejak satu bulan yang lalu, perusahanku tidak lagi bergantung pada perusahaan Papa kamu ... Ancaman kamu tidak berlaku padaku, Net. Aku tidak menceraikan kamu sekarang hanya karena kamu mengandung anakku. Dan setelah kamu melahirkan, aku akan menceraikan kamu." Demon tidak akan selamanya berada di bawah kontrol Netta. Dia tidak sudi, lagipula dia tidak pernah bisa mencintai Netta dengan segala sikap buruknya itu.
Baru saja Demon hendak melangkah, beberapa orang dengan pakaian serba hitam masuk ke dalam butik tersebut. Semua perempuan yang ada di sana terpana melihat salah satu pria yang begitu mencolok diantara orang-orang tersebut. Demon membulatkan matanya, dia mengenal salah satu dari mereka. Alex Harisson, merupakan pimpinan dari Harisson Grup. Perusahaan di mana Demon mengajukan proposal kerja sama berkali-kali namun, tidak pernah mendapatkan tanggapan.
Demon membenarkan letak pakaiannya. Dia pikir ini adalah kesempatan untuk bisa bertemu secara langsung dan mempromosikan perusahaannya.
"Tunggu kamu mau ke mana?" Netta kembali menahan Demon.
"Kamu kenal dengan mereka?" tanya Netta lagi ketika dia menangkap pandangan suaminya pada orang-orang itu.
"Itu adalah Alex Harisson, pimpinan dari perusahan Harisson. Jadi lepaskan tanganmu sekarang karena aku perlu untuk berbicara dengan mereka."
"Aku ikut," kata Netta. Lagi-lagi dia memiliki sebuah rencana untuk pamer pada Rihany. Sungguh kebetulan yang beruntung suaminya mengenal orang penting seperti Alex Harisson.
Baru tiga langkah, langkah kaki mereka terpaksa berhenti karena Alex memeluk Bianca dengan sayang. Sementara pria yang lebih muda itu menghampiri Rihany. Wajah Demon semakin menegang karena Bianca menunjuk ke arah mereka.
"Netta sialan! Kamu baru saja menyinggung istri dari Alex Harisson," desis Demon marah.
"Jangan dekat-dekat denganku. Katakan saja kalau kamu tidak mengenalku." Demon menjauh dari samping Netta. Sementara Netta tidak terima melihat Rihany yang bisa masuk ke dalam keluarga konglomerat. Seharusnya dia yang berada di sana. Dan pria yang ada di samping Rihany benar-benar tampan. Jika dibandingkan dengan Demon, pria itu jauh lebih tampan. Kalau saja dia tidak sedang hamil dia sudah pasti merebut perhatian pria itu.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kamu
Roman d'amourBerniat melupakan mantan yang masih menghuni hatinya, Rihany mengikuti saran temannya untuk pergi ke club malam. Di sana kemudian dia bertemu dengan Aaron Marvel Harisson. Dia mengira pria itu pria malam. "Saya akan memberikan kamu uang, sebagai gan...