Rihany terpaksa kembali mandi karena nyatanya ciuman yang dimaksud Aaron tidak hanya sekedar ciuman. Hal tersebut berlanjut hingga mereka berdua berkeringat di atas ranjang. Tidak hanya sekali dia dan Aaron melakukannya dua kali. Rihany melakukan ritual mandinya sembari bersungut-sungut kesal namun, meskipun begitu dia tetap menikmati permainan Aaron. Akan tetapi dia berjanji tidak akan tertipu lagi lain kali.
"Kenapa memasang wajah cemberut? Apa kamu tidak puas dengan permainan saya yang tadi?" Aaron berada di pintu kamar mandi begitu Rihany selesai membersihkan tubuhnya. Rihany mendengus lalu melewati Aaron tanpa mengatakan apapun.
Aaron menahan senyum melihat wajah cemberut calon istrinya itu. Dia tahu kalau Rihany kesal namun, perempuan itu juga menikmati permainan mereka tadi. Aaron bahkan masih bisa mendengar desah kepuasan dari bibir Rihany.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Rihany dan Aaron berakhir di meja makan. Kedua sibuk memakan makanannya masing-masing. Rihany mengambil banyak lauk dan nasi ke dalam piringnya. Kegiatan mereka tadi benar-benar menguras tenaganya. Dia makan dengan porsi yang banyak sampai membuat Aaron khawatir.
"Sudah cukup. Kamu tidak bisa memakan ini lagi." Aaron mengambil piring dari hadapan Rihany. Perempuan itu sudah makan terlalu banyak, dia khawatir anaknya yang ada di dalam perut Rihany tidak bisa menerima makanan sebanyak itu dan berakhir terluka.
"Tapi aku masih mau makan," kata Rihany dengan mulut penuh makanan.
"Kamu sudah makan terlalu banyak. Anak kita akan terluka kalau kamu terus menambahnya. Jangan hanya memikirkan diri sendiri, pikirkan juga bayi kecil kita." Aaron tegas melarang Rihany makan terlalu banyak. Besok dia akan membawa Rihany konsultasi sekaligus melihat keadaan bayi kecil mereka.
"Lima sendok lagi, oke?" Aaron menggeleng.
"Tiga sendok lagi."
"Tidak ada makan lagi bahkan setengah sendok sekali pun." Aaron lalu memberikan Rihany segelas air putih. Dia meminta Rihany meminumnya kemudian mereka pindah ke ruang tengah. Aaron menyalakan televisi untuk hiburan Rihany sementara dia membuka layar tabnya untuk memeriksa pekerjannya.
Rihany melihat ke ponselnya yang berdering tanda panggilan masuk. Nomor itu nomor yang sudah dia hapal yang beberapa hari ini terus menghubunginya. Rihany sama sekali tidak berniat menerima panggilan tersebut, beberapa hari yang lalu dia menerima panggilan itu satu kali karena tidak tahu siapa pemilik nomor tersebut. Setelah dia tahu kalau pemilik nomor tersebut adalah Demon maka, dia tidak lagi menerima panggilan telepon dari pria itu. Empat hari lagi adalah hari pernikahannya. Karena itu dia tidak ingin membuat suasana hatinya memburuk dengan menerima panggilan telepon dari pria itu maupun saudara tirinya yang sejak kemarin terus menerus mencoba menghubunginya. Rihany tidak tahu dari mana mereka mendapat nomornya yang baru.
Sejak keluar dari rumah keluarganya itu dia tidak pernah lagi berhubungan dengan mereka. Rihany tidak hanya memblokir nomor orang-orang yang berasal dari masa lalunya, dia juga mengganti nomor baru. Hanya sedikit orang yang tahu nomor ponselnya yang sekarang.
Aaron yang duduk di samping Rihany hanya melirik sekilas pada layar ponsel Rihany yang kembali berdering setelah yang pertama hanya dibiarkan saja. "Kenapa nggak diangkat teleponnya?" tanyanya sembari fokus pada layar tabnya.
"Dari nomor yang tidak dikenal," jawab Rihany sekedarnya. Dia bukannya tidak mau jujur pada Aaron. Dia hanya tidak mau menambah beban pikiran pria itu. Biarkan saja Demon maupun saudara tirinya mencoba menghubungi sampai mereka bosan.
Nomor itu kembali menghubungi Rihany terus menerus. Aaron yang meliriknya kemudian dia langsung mengambil ponsel milik Rihany.
"Biar saya saja yang angkat," katanya lalu menerima panggilan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kamu
RomanceBerniat melupakan mantan yang masih menghuni hatinya, Rihany mengikuti saran temannya untuk pergi ke club malam. Di sana kemudian dia bertemu dengan Aaron Marvel Harisson. Dia mengira pria itu pria malam. "Saya akan memberikan kamu uang, sebagai gan...