"Karena kamu sudah memastikan kalau aku tidak hamil, jadi bisa kamu mengantarkan aku pulang sekarang?" Rihany menggenggam erat tasnya. Sembari menyembunyikan benda itu di sisi tubuhnya.
"Sudah terlalu malam untuk kembali berkendara. Saya akan mengantarkan kamu pulang besok pagi." Tidak memberikan kesempatan untuk Rihany menolak, Aaron berlalu meninggalkan Rihany seorang diri di ruang tamu apartemennya. Tidak lama kemudian dia kembali dengan membawa sepasang piyama untuk Rihany.
"Ini milik adikku. Kurasa kamu memiliki ukuran yang sama dengannya ... Kamu tidur di kamar itu untuk malam ini." Aaron menunjuk pintu yang berada tidak jauh dari mereka.
"Kamarku berada tepat di sampingnya, kalau butuh apa-apa kamu bisa mengetuk pintu kamar saya. Selamat malam, Rihany." Aaron kemudian menghilang dengan cepat di balik pintu kamarnya.
Untuk beberapa saat Rihany hanya bisa terdiam di tempatnya berdiri. Dia sama sekali tidak berikan kesempatan untuk menolak oleh Aaron tadi. Sekarang mau tidak mau dia harus menginap di tempat yang asing. Rihany berjalan pelan menuju kamar yang ditunjuk Aaron tadi. Begitu dia masuk ke dalam kamar tersebut, dia tidak langsung mengganti pakaiannya. Dia mengamati kamar itu mencari sesuatu yang mencurigakan di sana.
Dia tidak mau kecolongan sedikit pun. Aaron adalah orang asing baginya, dia belum tahu apa motif pria itu menahannya di dalam apartemen ini.
Rihany mencari apapun yang bisa dia jadikan bukti. Dia curiga Aaron tergabung dengan kelompok perdagangan manusia. Dan bisa saja dia adalah target pria itu yang selanjutnya. Lama mencari, Rihany tidak menemukan apapun di dalam kamar itu. Dia kemudian naik ke atas tempat tidur karena merasa lelah. Tidak lama kemudian dia tertidur tanpa mengganti pakaiannya.
Aaron keluar dari kamarnya setelah dia merasa Rihany sudah tidur. Dia kemudian berjalan menuju kamar tamu. Seperti yang sudah dia duga, perempuan itu mengunci pintu kamarnya. Aaron tersenyum sembari mengeluarkan kunci cadangan dari kantong celananya.
Bukan tanpa alasan Aaron masuk ke dalam kamar tamu itu. Hal ini dia lakukan karena dia meyakini Rihany menyembunyikan alat tes kehamilan yang ke lima. Dia tidak percaya kalau benda itu jatuh ke dalam closet. Aaron berusaha tidak menimbulkan suara yang bisa membuat perempuan itu terbangun. Kalau Rihany berpikir Aaron mudah dibohongi maka perempuan itu salah. Dari gerak geriknya saja Aaron sudah bisa menilai kalau Rihany menyembunyikan sesuatu di dalam tasnya.
Katakan saja Aaron lancang memeriksa tas milik Rihany namun, dia tidak akan melakukan ini kalau Rihany jujur padanya. Sangat mudah untuk mendapatkan alat tersebut karena isi tas Rihany tidak banyak.
"Garis dua." Aaron sudah mencari tahu banyak tentang hal ini dan dia sudah tahu arti dari dua garis dua tersebut.
Apa hukuman yang pantas untuk seseorang yang mencoba menipunya? Aaron menatap datar pada Rihany yang tidur dengan damai. Aaron mengembalikan alat tes kehamilan tersebut ke dalam tas Rihany. Dia lalu keluar dari kamar tersebut.
***
Rihany bangun dengan perasaan tidak enak pada perutnya. Perempuan itu berlari menuju kamar mandi, mencoba memuntahkan apapun yang ada di dalam perutnya. Wajah Rihany pucat karena perasaan tidak nyaman di dalam perutnya itu. Setelah merasa jauh lebih baik, Rihany mengambil tasnya. Dia berniat pulang sekarang juga. Dia tidak mau Aaron sampai tahu kalau dia sedang mengandung anak pria itu. Rihany tidak tahu apakah Aaron orang baik atau tidak? Dia tidak mau mengambil risiko dengan meminta pria itu bertanggung jawab. Bisa jadi anaknya akan menjadi korban perdagangan manusia juga.
"Selamat pagi." Rihany tersentak kaget ketika mendengar sapaan itu. Dia melihat Aaron yang berdiri di tidak jauh dari pintu kamar yang dia tempati semalam itu.
"Selamat pagi," balas Rihany. Dia berusaha menekan rasa takutnya ketika berhadapan dengan Aaron.
"Ayo sarapan setelah itu saya akan mengantar kamu pulang."
"Aku sarapan di rumah saja nanti," tolak Rihany.
"Sarapan di rumah atau melewatkan sarapan seperti yang selalu kamu lakukan?"
"Kamu tahu?" Rihany menatap Aaron penuh selidik. Bagaimana pria itu bisa tahu kalau dia sering melewatkan sarapan?
"Saya tahu banyak hal tentang kamu," jawab Aaron cuek. Dia lalu berjalan lebih dulu ke dapur dan diikuti oleh Rihany di belakangnya.
"Makanlah! Setelah itu saya akan mengantar kamu." Rihany menatap ragu pada makanan di depannya.
"Tidak ada racun di dalam makanan itu kalau hal itu yang kamu pikirkan." Aaron mulai memakan sarapannya. Lima menit berlalu Rihany tidak kunjung memasukkan makan ke dalam mulutnya. Dia tidak mempercayai Aaron begitu saja, dia tetap waspada.
"Kalau kamu tidak makan, kita tidak akan keluar dari apartemen ini." Aaron memberikan ancaman dan bukan hanya sekedar ancaman. Aaron akan benar-benar melakukannya.
Rihany mendelik kesal lalu dengan ragu-ragu dia mulai menyuap makanan ke dalam mulutnya. Rihany hanya mampu memakan tiga suap setelahnya perutnya menolak.
"Kenapa tidak dihabiskan?"
"Aku kenyang," kata Rihany berbohong. Dia tidak mengatakan kalau dia mual karena hal itu bisa memicu kecurigaan Aaron. Aaron tidak memaksa, dia melihat wajah pucat Rihany dan itu cukup membuatnya khawatir.
"Baiklah saya akan mengantar kamu sekarang." Rihany langsung berdiri. Dia bernapas lega setelah meninggalkan area dapur. Bau dapur membuatnya mual. Entah bagaimana nanti dia saat bekerja? Supermarket tempatnya bekerja memiliki bau yang bermacam-macam.
Aaron mengendarai mobilnya dengan tenang. Tujuannya bukanlah rumah kos Rihany namun, rumah sakit. Dia ingin memastikan kalau Rihany tidak akan macam-macam dengan anaknya. Aaron akan bertanggung jawab penuh pada anaknya, dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti anaknya kelak termasuk Rihany sekalipun.
"Ini bukan jalan menuju kos-an ku."
"Memang bukan," kata Aaron datar. Dia marah ketika mengingat kembali kalau Rihany membohonginya.
"Aaron, turunkan aku di sini!" Rihany berteriak takut.
"Oh, akhirnya kamu menyebutkan namaku." Aaron sama sekali tidak terpengaruh dengan teriakan Rihany.
"Kali ini ke mana lagi?"
"Kamu akan tahu nanti."
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kamu
RomansBerniat melupakan mantan yang masih menghuni hatinya, Rihany mengikuti saran temannya untuk pergi ke club malam. Di sana kemudian dia bertemu dengan Aaron Marvel Harisson. Dia mengira pria itu pria malam. "Saya akan memberikan kamu uang, sebagai gan...