"Aaron sudah menikah denganku. Yang artinya kalian tidak akan pernah berjodoh." Rihany membalas perkataan Gita ketus. Dia memandang sinis perempuan itu kemudian menggandeng tangan Aaron berjalan melewati Gita.
Aaron mengulum senyumnya melihat tingkah istrinya. Dia suka saat Rihany menunjukkan sikap kepemilikannya. Istrinya terlihat menggoda dengan ekspresi garang. Dia jarang melihat melihat ekspresi garang milik istrinya.
"Apa kalian akan pulang? Kalau boleh aku mau menumpang, sepertinya kita searah." Gita mencoba tidak terpengaruh dengan kata-kata Rihany. Dia mengikuti dua orang itu dari belakang dan menyamakan langkahnya dengan mereka.
"Tidak! Kami akan mampir ke hotel," sarkas Rihany.
Gita tersenyum masam. Amarah yang menguasai hatinya coba dia tahan. Dia tidak mau lepas kendali di hadapan Aaron. Selama ini dia selalu menjaga citranya di depan pria itu.
"Aku pikir kamu tidak bisa bercanda," kata Gita sembari memaksakan tawanya.
"Rihany tidak bercanda. Kami memang akan mampir ke hotel setelah ini." Aaron membenarkan ucapan istrinya. Rihany menatap Gita dengan tatapan kemenangan. Dia puas membuat wanita itu tidak berkutik.
"Tolong jangan mengganggu kami lagi!" Aaron dan Rihany berjalan meninggalkan Gita yang mematung di belakang. Perempuan itu mengepalkan tangannya dan membuat perhitungan pada Rihany dalam hatinya.
"Tunggu sampai aku mendapatkan Aaron di ranjangku. Saat itu aku akan melihat kamu hancur, Rihany." Gita membayangkan Rihany menangis karena rencananya berhasil.
***
Rihany menatap Aaron bingung saat mobil mereka berhenti di depan lobby hotel yang letaknya tidak jauh dari pusat perbelanjaan tadi.
"Kita nggak benar-benar menginap di sini, kan, Aar?" tanya Rihany dengan mata melotot.
"Tentu saja iya. Saya ingin menjadi suami yang baik, yang menuruti semua keinginan kamu." Rihany menggeleng kecil.
"Aku tidak serius saat mengatakannya tadi. Kamu tahu maksudku."
"Saya menanggapinya serius, Sayang. Kalau begitu, kita turun sekarang." Aaron membuka sabuk pengamannya lalu keluar dari dalam mobil. Rihany memperhatikan Aaron hingga pria itu berdiri di sampingnya seraya membuka pintu mobil untuknya. Mau tidak mau dia harus mengikuti suaminya itu.
Mereka masuk ke dalam gedung hotel setelah Aaron memberikan kunci mobilnya ke petugas valet. Rihany menggelengkan kepalanya melihat semangat Aaron saat mereka melakukan registrasi cek in. Padahal begitu tiba di kamar nanti, Rihany hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya. Dia lelah setelah hampir seharian berada jauh dari tempat tidurnya.
Rihany langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang begitu masuk kamar. Seperti yang sudah dia bayangkan tadi. Kamar itu cukup luas dan nyaman.
"Nggak mau mandi dulu, Ri?"
"Kamu duluan, aku mau istirahat sebentar," kata Rihany sembari mencari posisi yang nyaman karena perutnya yang kian membesar. Rihany berbaring miring kemudian menaruh bantal di bawah perutnya. Posisi itu cukup nyaman untuknya.
Aaron meninggalkan Rihany untuk masuk ke dalam kamar mandi. "Jangan tidur dulu, Ri!" katanya sebelum menutup pintu kamar mandi. Aaron tidak mendengar balasan dari Rihany. Sepertinya perempuan itu benar-benar lelah. Aaron membersihkan tubuhnya dalam waktu cepat. Tidak sampai dua puluh menit dia keluar dari kamar mandi.
Begitu keluar dari kamar mandi, Aaron mendapati Rihany sudah tidur. Dia berjalan mendekat kemudian duduk di samping istrinya itu. Aaron menyingkirkan anak rambut yang jatuh di pipi Rihany. Dia lalu mengusap pelan kening istrinya. Aaron tidak bisa menahan senyumnya ketika Rihany mengerutkan keningnya karena terganggu dengan sentuhan Aaron. Tidak mau membuat Rihany terbangun yang berujung dengan kekesalan perempuan itu padanya, Aaron menjauh dari tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kamu
DragosteBerniat melupakan mantan yang masih menghuni hatinya, Rihany mengikuti saran temannya untuk pergi ke club malam. Di sana kemudian dia bertemu dengan Aaron Marvel Harisson. Dia mengira pria itu pria malam. "Saya akan memberikan kamu uang, sebagai gan...