Rihany menatap bangunan di depannya dengan rasa gugup. Dia melirik Aaron sebentar lalu dia mengalihkan kembali pandangannya.
"Sudah bisa menebak, apa yang akan kita lakukan di sini?" Aaron bertanya tanpa melihat Rihany. Dia bersiap untuk turun dari dalam mobil. Sementara Rihany masih bertahan di posisinya. Dia yakin sudah menyembunyikan hasil tes yang satu lagi dan Aaron tidak mungkin tahu.
"Menjenguk temanmu yang sakit? Atau mungkin keluargamu?" Rihany asal menebak.
"Kalau memang seperti itu aku tidak masalah kalau turun di sini. Dari sini aku bisa naik angkutan umum untuk kembali ke kos." Aaron tertawa kecil.
"Rihany, apa kamu pikir saya sangat mudah dibodohi?" Aaron benar-benar tidak bisa bersabar lagi menghadapi sikap Rihany.
"Saya tidak percaya kamu menggunakan alat tes kehamilan dengan benar. Jadi kita ke sini untuk memeriksakan kandunganmu ke dokter." Aaron membuka pintu mobil lalu dia keluar lebih dulu.
"Aku tidak mau turun." Rihany menolak periksa.
"Kamu tidak berhak menolak." Aaron membuka pintu di samping Rihany lalu menarik perempuan itu keluar dari dalam mobilnya. Aaron menarik tangan Rihany sedikit memaksa karena Rihany berusaha memberontak.
Setelah mendaftar dengan nama nyonya Aaron mereka menunggu selama hampir tiga puluh menit. Tidak banyak yang mengantri karena masih pagi.
Rihany rasanya ingin berbalik pergi saat mereka memasuki ruangan dokter. Dia berkali-kali menelan ludah karena gugup. Tangannya digenggam erat oleh Aaron sehingga dia tidak bisa bergerak dengan luas.
Sepanjang pemeriksaan Aaron hanya diam bahkan saat mereka keluar dari ruangan dokter pria itu masih saja bungkam. Melihat Aaron yang diam, Rihany pun tidak tau harus mengatakan apa pada pria itu. Dia tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran Aaron sekarang.
Tiba-tiba Rihany takut kalau Aaron tidak terima dengan kehamilannya. Kemudian pria itu menjual mereka ...
"Dengar ... Kalau kamu tidak menginginkan anak ini, aku bisa mengurusnya sendiri," kata Rihany membuka suara pada keheningan di dalam mobil. Dokter tadi memastikan kalau Rihany memang Aaron hanya melirik Rihany sebentar kemudian dia kembali fokus pada jalanan di depannya. Dia melajukan mobilnya menuju apartemennya.
"Aku akan memberikan semua barang berharga milikku asal kamu jangan menjual kami," kata Rihany lagi setelah melihat kalau tujuan mereka bukan kos tempatnya tinggal.
Aaron menepikan mobilnya ke bahu jalan. Dia menatap Rihany tajam. "Jadi itu yang kamu pikirkan sejak tadi tentang saya?"
"Memangnya apa lagi? Sejak awal kita bertemu, kamu jadi pria bayaran. Kamu memiliki banyak uang, tempat tinggal yang mewah dan juga mobil mewah. Lalu kamu tidak bekerja pada siang hari, aku yakin kamu pasti tergabung dengan kelompok perdagangan manusia 'kan?"
"Pemikiran yang sangat dangkal," ledek Aaron. Dia tidak akan meluruskan apapun yang ada dipikiran perempuan itu. Biarkan dia tahu dengan sendirinya siapa Aaron Marvel Harisson.
"Kamu tidak perlu takut saya menjual kamu. Biar bagaimanapun anak itu anak saya juga. Saya akan bertanggung jawab terhadap hidupnya." Aaron kembali melajukan mobilnya menuju apartemennya.
"Bagaimana caranya kamu bertanggung jawab?"
"Memangnya ada cara lain selain menikah?" Aaron balik bertanya. Satu-satunya cara yang dia pikirkan sekarang hanyalah menikahi Rihany. Lagi pula sepertinya menikah dengan perempuan itu tidak buruk juga. Dia sudah memiliki semua data pribadi Rihany, tidak ada catatan kriminal di dalamnya. Tampilan fisik perempuan itu juga tidak buruk. Hanya perlu dipoles sedikit, dia yakin orang tidak mengenalinya sebagai Rihany si kasir supermarket.

KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kamu
RomanceBerniat melupakan mantan yang masih menghuni hatinya, Rihany mengikuti saran temannya untuk pergi ke club malam. Di sana kemudian dia bertemu dengan Aaron Marvel Harisson. Dia mengira pria itu pria malam. "Saya akan memberikan kamu uang, sebagai gan...