•22

5.6K 719 57
                                    

Happy reading

Dorr

Lexana hanya menatap datar bahunya yang tergores peluru, tak melawan sedikitpun saat lagi lagi Sang Ibu ingin menembakkan peluru lagi kearahnya.

Dor
Dorr

Lexana masih dalam posisinya berdiri tegak dengan pandangan yang sulit di artikan, sakit?ia masih manusia jadi tentu saja ia merasakan rasa sakit itu apalagi saat untuk yang kesekian kalinya peluru menggores tubuhnya.

"Sudahlah Vana, tenangkan lah dirimu"ucap seorang pria yang duduk di sofa menghentikan istrinya, Zeon.

"Ck, diamlah Zeon! Aku sedang mendidik Lexa!!" Zeon/Ayah Lexana yang ingin berbicara lagi langsung terhenti mendengar ucapan sang istri.

"Jika kau berbicara lagi peluru ini akan menembus tubuhmu, Zeon!"Vana/Ibu dari Lexana berucap dengan datar, Auranya semakin pekat.

Zeon hanya menghela nafas, lebih baik ia diam dari pada lagi lagi ia bertarung dengan istrinya sendiri, tak bisa membayangkan berapa nyawa yang akan melayang lagi lagi.

Vana melempar pistol yang ia gunakan lalu berjalan kearah putrinya.

"Kenapa kamu tidak bisa menjaga Kaylia, Hah?!"Vana mencengkeram pipi anaknya, Lexana diam. Ini memang kesalahannya yang tak bisa menjaga Kaylia.

"LEXA IBU SEDANG BERBICARA! APAKAH MULUTMU BISU?!"bentaknya, tanpa ia sadari tubuh Lexana menegang dan sedikit bergetar mendengar bentakan itu, gendang telinganya seakan berdenging hingga membuatnya sulit mendengar beberapa saat.

"Saat itu Lexa sedang menjalankan misi.."lirih Lexana, ia ingin segera kembali ke kamar mengobati dirinya sendiri. Darah segar sendari tadi menetes dengan deras di beberapa bagian tubuhnya yang tergores beberapa peluru.

Lexana ingin mengobati dirinya sendiri, pusing sudah melanda dirinya, bibir yang sedikit pucat itu bergetar sebentar. Ia merasa kesadarannya akan hilang karna kekurangan darah.

"Tahan.."batin Lexana berusaha menguatkan dirinya, ia tak boleh sampai kekurangan darah karna ia akan terbaring di ruangan dengan bau obat obatan, jika itu terjadi artinya ia tak bisa menjaga Kaylia dan sahabatnya.

Vana menghela nafas saat mendengar jawaban putrinya, berusaha menenangkan dirinya.

"Kembali kekamar mu!"desis Vana, Lexana pun berusaha untuk berjalan ke kamarnya tapi sayangnya saat melangkah kedua kalinya ia linglung dan hampir terjatuh.

Untung Saja ada 2 pelayan wanita yang membantunya menuju kamar. Para pelayan di mansion ini sudah terbiasa menyaksikan kejadian seperti tadi. Mereka tak bisa berbuat apa apa dan hanya bisa membantu sang Nona muda entah mengobati luka atau apapun itu.

Saat sudah sampai di kamar kedua pelayan itu langsung mengambil sebuah kotak obat.

"Nona, kami izin membantu"Lexana hanya mengganguk kecil mendengar ucapan salah satu pelayan itu. Mereka pun membantu Lexana dan pergi saat sudah selesai, tak kuat berlama lama di kamar itu karna Auranya yang pekat.

Lexana berjalan kearah kaca di dalam kamarnya, menatap pantulan dirinya dari kaca tersebut.

Senyum getir terukir dari bibirnya yang pucat, lagi lagi karena kesalahannya Kaylia terluka, harusnya ia selalu bersama Kaylia, harusnya ia tak menjalankan misi itu, harusnya dia-..

Antagonis? yes! i'm?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang