Happy reading
Kaylia berusaha untuk sadar kembali, mengedipkan matanya beberapa kali karna merasa silau dengan cahaya lampu dan ruangan berwarna putih tersebut.
"Ssh"ringis Kaylia saat menggerakkan lehernya, tidak sakit hanya saja ngilu dan sedikit perih.
"Lily"batin Kaylia, tak lama kemudian seorang gadis cantik muncul di hadapannya. Tak lupa dengan cicak yang sentiasa ia pegang.
"Why?"ucap Lily sedikit kesal, lalu tak lama kemudian matanya melotot terkejut.
"Lo..sekarat?"tak terasa pertanyaan bodoh itu keluar dari mulutnya.
Tatapan Kaylia tiba tiba berubah, mata biru cerahnya samar menjadi biru tua.
"Njir serem"Ucap Lily lalu mengangkat jarinya peace.
Lily terdiam sebentar berusaha mencari memori tentang apa yang terjadi pada Kaylia.
"Lah, kok gue gak tau lu ngalamin begituan?"kaget Lily seusai mendapatkan ingatan tersebut, Kaylia memutar bola matanya malas.
"Apa yang terjadi saat gue gak sadarkan diri?"batin Kaylia dan di tatap kesal oleh Lily.
"Gue aja gak tau Lo kenapa yah anj, gimana caranya gue tau apa yang terjadi saat Lo gak sadar!"kesal Lily dan langsung menghilang. Kaylia hanya menatap bayangan itu lalu mengalihkan pandangannya kembali kearah pintu yang perlahan terbuka.
"Ay?"panggil laki laki tersebut dengan suara bergetar, penampilan sangat berantakan dengan mata merah seakan sudah menangis terlalu lama rambut acak-acakan, dan seragam sekolah yang jauh dari kata rapi.
Kaylia ingin mengucapkan sesuatu namun tenggorokannya terlalu kering, Ravael mengerti dan langsung saja membantu Kaylia meminum air yang sudah di sediakan oleh perawat.
"Ay..Aku takut"lirih Ravael menatap netra biru cerah itu dengan tatapan berkaca kaca, tangan Kaylia bergerak mengelus rambut lebat Ravael.
"Aku ga papa"ucap Kaylia dengan sedikit serak, sial ia seperti baru bangun dari koma saja. Walau tak tau pasti udah berapa Minggu/bulan ia tak sadarkan diri namun ia bertaruh jika tak mungkin sampai setahun mengingat tubuhnya tak selemah itu.
"Vael, apa yang terjadi saat aku pingsan?dimana yang lain? sekarang tanggal berapa?"lanjut Kaylia dengan berbagai pertanyaan.
"Sahabat kamu lagi basmi beban dunia, tanggal berapa?hey, kamu baru gak sadarkan diri beberapa jam, bahkan sekolah belum pulang Ay"
"Ha?"
Kaget Kaylia, Apa?! Oh tidak, ia sangat tidak menyangka bahwa ia tak sadarkan diri baru beberapa jam! Gila, ia merasa seperti sudah berminggu-minggu.
"Lo pasti kembaran Robot"celetuk Lily yang tengah duduk di depan dinding ruangan tersebut seperti biasa dengan peliharaan kesayangan, cicak.
Kaylia yang mendengar ucapan Lily tanpa sadar menyetujui, seakan ia baru bangun tidur bukan bangun karna pingsan di bully.
"Aku panggil dokter ya?"khawatir Ravael melihat tingkah gadisnya yang berbeda, Kaylia langsung mengganguk, Ada yang ingin ia tanyakan kepada dokter.
Ravael langsung menekan suatu tombol dekat ranjang Kaylia, tak perlu menunggu lama, suara langkah kaki dengan terburu-buru terdengar.
Seorang pria dengan jas dokter muncul dari balik pintu.
"Maaf, apakah anda bisa keluar?saya ingin mengecek keadaan pasien"ucap Pria itu sopan dan langsung di setujui Ravael, ia tak ingin mengganggu konsentrasi dokter tersebut.
Merasa Ravael sudah keluar Kaylia menatap dokter tersebut kesal.
"Hey, ayolah! Aku hanya sedikit lebam apa perlu Kau sampai memberikan obat seperti itu?yang ada aku terlihat tidak normal karna pulih dengan sangat cepat!"kesal Kaylia dengan nada rendah sedangkan pria tersebut hanya acuh.
"Kau sama sekali tidak memiliki rasa bersyukur, bocah. Sudah bagus aku langsung turun tangan jika tidak sudah pasti kau terbaring lemah hingga berminggu-minggu karna leher mu itu"ucap pria itu tak kalah, Kaylia mendengus, ia tak akan bisa menang jika debat dengan pamannya itu.
"Kau tau paman?aku saat sadar sedikit kaget karna tak merasakan sakit dan hanya sedikit ngilu di leher, lalu aku berfikir jika aku sudah menerima banyak pengobatan dan sudah tidak sadarkan diri berminggu-minggu"
"Namun ternyata aku baru tak sadarkan diri beberapa jam, untungnya aku langsung sadar jika aku menjadi kelinci percobaan obat ciptaan mu itu"mendengar ucapan keponakan kesayangan itu Pria tersebut terkekeh kecil.
"Kau harus berterimakasih dengan obat obat ciptaan ku itu, aku memang hebat"
"Paman jangan terlalu bangga, kau tidak lupa bukan?racun racun buatanmu lebih banyak di banding obat obat buatanmu"
"Bocah, itu artinya aku keren karna selain menyembuhkan juga mematikan. Kapan kau bisa memuji paman mu ini?"pria tersebut memutar bola mata malas, ingin rasanya melemparkan jarum beracun kearah ponakannya itu namun ia takut jika nanti organ organnya akan di keluarkan oleh keluarganya.
"Iya, paman hebat dan keren. Makasi pamann"ucap Kaylia membuat pria itu terkejut, jangan jangan otak keponakan itu tergeser?
"Ais sudahlah, jangan puji aku. Kau menyeramkan"
"Terserah"
"Mengingat tentang keadaan mu yang memprihatinkan, sudah pasti kau terlibat pertarungan beda jumlah"
"Perlu racun untuk balas dendam?
"Tidak perlu"
"Ah baiklah, jika tidak perlu racun apakah kau perlu seluruh keluarga besar turun tangan?"
"Jangan bercanda paman, aku takut keluarga iblis itu akan membunuh mereka hingga generasi generasi selanjutnya"
"Keluarga iblis?kau bagian dari situ, bocah"
"Aku melupakan hal itu, dan paman jangan sampai mereka mengetahui aku sempat terluka dan pingsan"
"Bodoh, mereka tentu saja sudah tau lebih awal"
"....."
____
Jika di lihat lihat kembali keluarga Kaylia masih terlalu abu abu, bukan?
_Spam next?
_832 kata
_04-11-2022
____-Indonesia, Bali-
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis? yes! i'm?
Random"Oh, masuk novel?"ucap seorang gadis dengan perban yang melingkar di kepalanya. ---- Bukan cerita transmigrasi ke orang berpengaruh di dunia melainkan ini kisah seorang penulis yang jiwanya berpindah ke novel buatannya sendiri. Bahkan lebih parahny...