Bagian 2

56 15 0
                                    

Naura berjalan lunglai memasuki kelas.

"Hamil berapa bulan, bu?"

"Pinggang gua sakit, Faza!"

"Eh, iya bu iya. Bercanda doang kok, judes banget."

Naura menatap malas ke arah Faza. "Tas gua mana?"

"Lah, lo ga tau ya?"

"Apaan?"

"Tas lo udah gua gadaikan ke Radit."

"Tadi dia ke sini?"

"Iya, nanyain lo. Padahal tadi di uks juga ketemuan tuh."

"Gua tadi ke toilet."

"Ya udah, susul aja. Katanya dia ada di ruang musik."

"Ngapain?"

"Mancing, ya kali. Mungkin aja belajar playboy."

"Faza."

"Eh, sorry. Lupa kalau dia pacar lo."

Naura menggeleng pelan dan langsung pergi menuju ruang musik.

"Lagi-lagi gua sendiri, begini amat nasib jomblo." Keluh Faza.

Ruang Musik

"Dit?"

"Maaf kak, nyariin bang Radit ya?"

"Iya."

"Baru aja bang Raditnya pergi. Dia titip pesan ke kakak untuk langsung pulang aja sama temannya."

"Siapa?"

"Kalau itu saya kurang tau kak. Kakak bisa langsung temuin dia di lapangan basket aja."

"Makasih infonya." Naura langsung pergi menemui teman Radit.

Sebenarnya Naura sangat malas jika harus berurusan dengan orang lain, namun karena Radit sudah berpesan seperti itu, maka Naura tidak ingin mencari ribut.

"M-maaf, temannya Radit ya?"

Lelaki yang memantulkan bola basket langsung memberhentikan aksinya. Ia menoleh ke arah datangnya Naura.

"Halo, gua lagi nanya loh."

"Kenapa?"

"Dia ada bilang sesuatu ga ke lo?"

Lelaki itu hanya diam dan kembali memainkan bola basket.

Dengan perasaan kesal, Naura langsung meninggalkan lelaki itu.

Parkiran

"Naik."

"K-kok lo udah ada di sini aja?"

"Buruan."

"Sebentar." Naura langsung naik ke atas motor gede lelaki itu.

Sesampainya di rumah, Naura tersenyum singkat ke lelaki tersebut. "Makasih. Oh iya, kita belum kenalan. Nama gua Naura, lo?"

"Tanya langsung ke pacar lo." Lelaki itu langsung menancapkan gasnya.

"Namanya Tirta, aneh banget tuh orang." Naura sempat menatap name tag lelaki tersebut.

Malamnya

Radit datang ke rumah Naura untuk menemuinya.

"Ra..."

"Sebentar lagi selesai, Dit."

"Aku bantu aja, ya?"

"Ga usah, 'kan spesial. Kamu ga boleh tau dong."

Radit mengulum senyum. "Iya deh, tapi agak cepetan ya. Udah laper soalnya."

Naura berdecak sebal, "Dasar tukang laper ih kamu. Ketahuan ga pernah dikasih makan nih pasti sama orang rumah."

D'amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang