Kelas XII MIPA 1
"Matematika cuma ada 10 soal 'kan?" Tanya Wildan sambil membuka lembaran buku tulisnya.
Ray mengangguk pasti. "Iya."
"Itu nomor 10 memang ga ada jawabannya atau gimana?"
"Ada kok."
"Hah? coba ajarin caranya."
Ray langsung mengeluarkan buku coret-coretnya dan melihat soal dari layar ponsel. "Oke, pertama lo harus nyari..."
BRAKK!
Tiba-tiba pintu kelas didobrak sangat kuat sehingga menimbulkan banyak pusat mata. Bahkan orang-orang yang berlalu lalang di depan kelas ikut kaget mendengarnya.
"Lo apain cewek gua, sat!" Radit hendak mendekat ke arah Ray.
"Eits, ada apa ini?" Ujar Wildan menengahi.
"Lo jangan ikut campur. Minggir!"
"Bro, tenang dulu bro." Ruben langsung datang dan menarik badan Radit untuk menjauh.
"Lepasin gua!" Sentak Radit.
"Astaga, bicarain baik-baik aja Dit. Mana di kelas mantan ketos lagi." Ujar Abiyu yang juga baru saja masuk ke dalam kelas.
BUGH
Radit berhasil melayangkan satu tinjunya ke pipi Ray.
"Akh..." Ray meringis.
"Radit, lo mau gua seret ke bk?" - Wildan
"Heh, lo jangan memperkeruh suasana ya." - Abiyu
"Dit, udah. Lo bahas di luar sekolah aja." - Ruben
"Ikut gua!" Radit hendak menarik kerah baju Ray.
Namun dengan cepat Ray membalas tinjuannya tadi.
Bugh, bugh
Kali ini Ray tersulut emosi tanpa tau penyebabnya. Ia merasa sudah dari lama ingin meninju wajah Radit habis-habisan.
"SIALAN!" Radit berdiri stabil dan melampiaskan emosinya dengan mendorong beberapa meja ke arah berlawanan.
"Kalau memang ini yang lo mau, gua terima." Ray tersenyum sinis.
"Astaga, malah diajakin duel." Pasrah Abiyu.
"Diem lo bab, berisik." Tegur Ruben.
"Salah mulu perasaan." - Abiyu
"Iya, bi. Akhirnya sadar diri." - Ruben
"Kenapa cewek gua sampai minta putus dari gua. Lo hasut apa dia, hah?" Ujar Radit sambil mengepalkan kuat kedua tangannya.
"Bagus deh kalau kalian putus. Lo ga berhak dapatin permata semudah itu."
"Bangsat!" Umpat Radit penuh emosi.
Bugh
Bugh
Alhasil, mereka saling beradu tinju sehingga membuat kegaduhan yang luar biasa.
Tak sedikit juga yang menyaksikan kejadian itu dari luar kaca jendela kelas.
Kantin
"Kenapa?" - Faza
"Lo yang kenapa." - Rani
Faza kembali melahap makanannya.
"Lo kenapa jauhi Naura kayak gitu. Dia ga tau apa-apa."
"Bukan cuma sekali gua lihat dia meluk tuh cewek. Tadi malam gua jenguk nenek gua yang sakit dan itu yang kedua kalinya gua lihat dengan mata kepala gua sendiri. Dia juga nangis cuma demi tuh cewek. Gila 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
D'amore (End)
Teen Fiction"Bulan selalu datang untuk menemani langit, tapi bintang cemburu. Bintang berniat tidak akan menemani bulan lagi, sehingga bumi hampa jika langit hanya bersama bulan saja. Layaknya dua orang yang menunggu kehadiran bintangnya." "Cinta segitiga?" Lel...