Bagian 22

12 7 0
                                    

Tirta meregangkan otot-otot tubuhnya dan langsung duduk dari tidurnya.

Ia kembali beraktivitas dan mulai melakukan pemanasan sebelum kembali bermain basket sendirian.

BRAK!

Tirta menoleh ke asal suara.

Pintu lapangan indoor terbuka lebar.

Bugh

Bryan datang dan langsung menghajar Tirta.

Tirta tersungkur ke lantai dan ia memegangi sudut bibirnya yang memerah.

"Apa maksud lo?!" Ujar Tirta tidak terima.

"Harusnya gua yang nanya gitu ke lo. Lo apain Nadia, hah? jawab gua bajingan!" Bryan benar-benar emosi dan menarik kerah baju Tirta.

"Aish, sial. Lo sibuk nyamperin gua cuma mau bahas dia?"

Bugh

Kali ini Tirta berhasil menghindar dari tinjuan Bryan.

"Ga semudah itu, sat!" Sarkas Tirta.

"Selagi gua masih baik, jelasin ke gua kenapa dia bisa jatuh pingsan."

"Oh, lagi ya?" Tanya Tirta seolah-olah tidak tahu.

Bryan langsung merapatkan giginya menahan kemarahan.

"Gua kira dia ga seserius itu. Eh nyatanya malah kecantol sama pesona gua. Lo sih ga bisa setampan gua. Oh, atau memang dianya yang murahan ya?"

"Apa kata lo?!" - Bryan

"Apa ya kata orang-orang... sasimo kali ya."

"BRENGSEK!" Bryan langsung melayangkan tinjunya ke perut Tirta hingga sang empu tersungkur kembali ke lantai.

"Sekali lagi lo menyimpulkan yang engga-engga tentang dia, habis lo ditangan gua." Bryan langsung berbalik badan untuk pergi dari sana.

"Dia ga pernah seserius itu mencintai lo. Bahkan gua punya rekamannya."

Bryan berhenti dari langkahnya. "Maksud lo?"

Tirta langsung berdiri dan merogoh saku celananya.

Rekaman: Tirta & Nadia

"Tir, gua mohon sama lo. Jangan tinggalin gua."

"Gua ga bisa cinta sama lo."

"Gua mohon banget sama lo, Tir. Gua ga mau Radit selalu ngedeketin gua."

"Ya udah, balikan aja sana sama mantan lo."

"Maksud lo, Bryan?"

Tirta berdehem.

"Gua ga pernah cinta sama dia. Gua juga terpaksa nerima perasaannya, karena waktu itu Radit mau nembak gua."

"Terus urusan sama gua apa?"

"Gua mau lebih terbuka sama lo. Gua janji ga akan jadiin lo pelampiasan, seperti yang terjadi sama hubungan gua dengan Bryan dulu."

"Apa jaminan yang dapat gua percaya?"

"Oke, sampai di sini aja." Tirta langsung mematikan rekaman di ponselnya.

"Lo ngerekam pembicaraan kalian?"

"Kenapa? lo cemburu?"

"Itu privasi dan lo malah ngebocorin ini semua? buat apa lo ngasih tau semua itu ke gua, hah?"

Tirta tergelak. "Bryan, Bryan. Lo bodoh apa gimana? udah jelas-jelas cinta lo dipermainkan, kenapa malah emosinya ke gua. Ke mantan lo sana, gua mah bodoamat sama semua itu."

D'amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang