Bagian 28

16 8 0
                                    

Rumah Ray

Ray membawa Naura ke rumahnya. Ia menyuguhkan segelas air putih.

"Lo tinggal sendirian?"

"Engga."

"Orangtua lo pada ke mana?"

"Sibuk kerja. Tapi biasanya udah ada yang pulang jam segini."

Naura mengangguk-angguk.

"Sebentar ya, gua mau ganti baju dulu."

"Iya."

Setelah Ray ke kamar, Naura memilih untuk melihat-lihat bingkai foto yang terpajang di dalam lemari kaca.

"Ini dia pas kecil? kok lucu sih."

Naura kembali melihat foto tersebut, tiba-tiba tatapannya berhenti pada foto anak kecil yang tampak familiar baginya. "Kayak pernah lihat anak ini, tapi dimana ya?"

Ceklek

"Nau."

"Eh, iya. Udah selesai?"

"Udah."

Naura kembali melihat foto tersebut. "Gua kira lo anak tunggal. Adek lo mana? kok gua ga ada lihat dari tadi."

Tiba-tiba raut wajah Ray berubah.

Naura mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa diam?"

Tok Tok

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, bun."

"Wa'alaikumussalam." Jawab Naura.

Ray langsung menyalim tangan Fatimah, disusul oleh Naura.

"Ini siapa bang?"

"Teman sekolah Ray, bun."

"Saya Naura, tan."

Fatimah tersenyum menatap anaknya. "Oh, ini yang pernah abang ceritakan itu?"

Naura langsung menatap Ray bingung.

"Bunda..."

Fatimah semakin tersenyum lebar. "Sudah makan, nak?"

"Udah, tan."

"Ajak ngobrol bang. Bunda mau ke kamar dulu."

"Iya, bun."

Fatimah menepuk pundak anaknya dan berbisik. "Cantik ya bang mantu bunda."

Ray hanya diam sambil menatap Naura.

Setelah Fatimah ke kamar, Ray langsung membawa Naura ke teras rumah.

"Bunda lo cantik ya, Ray."

"Ga usah bilang gitu, nanti bunda aku makin pede."

Naura terkekeh. "Tapi beneran dari hati loh ini. Apalagi senyumnya manis banget, mirip lo."

Ray tersenyum kecil. "Bisa aja lo."

"Gua ga lagi gombal ya, ini jujur."

Ray hanya mengangguk paham.

"Soal adek lo tadi, maaf ya."

"Maaf kenapa?"

"Ga sepantasnya gua nanya privasi keluarga lo seperti tadi. Ternyata ga baik juga sekepo itu."

"Ga masalah. Cepat atau lambat gua juga bakalan cerita ke lo."

Naura menyerjit bingung. "Maksudnya?"

"Sebentar ya." Ray langsung masuk ke dalam rumah dan kembali dengan membawa sebingkai foto.

D'amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang