Bagian 6

23 10 0
                                    

Kantin

"Kamu pernah ngasih aku bingkisan ga?"

Radit berhenti mengunyah. "Bingkisan? kayaknya engga."

Naura manggut-manggut paham. "Kalau bukan Radit, siapa ya? gua juga udah ninggalin bingkisan itu seharian, tapi tetap ga digubris sama pemiliknya. Berarti ga salah laci dong."

"Kenapa, hm?"

Naura menggeleng. "Gapapa."

Radit menyuapkan sesendok bakso kuah ke mulut Naura. "Good Girl."

Naura tersenyum mendengarnya.

Plutak

"Aw..." Tiba-tiba kepala Naura terkena gumpalan plastik yang berisi batu.

"HAHAHAAA!!" Teriak segerombolan laki-laki yang duduk di sudut meja kantin.

"Bangsat!" Radit langsung berdiri dari tempatnya.

"Dit, jangan." Ujar Naura menatap penuh harap ke Radit.

"Mana sampahnya?"

"Buat apa sama kamu?"

"Sini!" Tegas Radit.

Naura menggenggam erat kertas berisi batu itu di tangannya.

"Naura, sini!" Dengan cepat Radit mengambil paksa kertas tersebut.

Cup

Radit mencium singkat kepala Naura yang terkena lemparan tadi dan langsung menatap tajam ke arah segerombolan pria tersebut.

BRUKK

Radit melempar kertas berisi batu itu ke meja mereka.

"Aish, sial!"

"Anjir, kaget gua."

"Jingan!"

"Woilah, ngeri-ngeri sedap."

"Bacot lo pada, banci simpang empat!" Sarkas Radit.

"Ada masalah apa sih kawan? tiba-tiba ngasih bom ke sini, berkabar dong." Ujar Bryan sambil mengangkat sati kakinya ke atas.

"Lo 'kan yang udah ngelempar ini ke cewek gua?! JAWAB!!"

"Huhh, tatutttt nih abanggg." Sindir teman-teman Bryan.

"Anjir, slayyy....." Teriak yang lainnya.

Bryan terkekeh mendengarnya, sedangkan Radit menggeram kesal.

BUGHH!

Alhasil, Radit melayangkan tinjuannya tepat ke pipi kiri Bryan.

"Mampus, rasain tuh." Ujar Abiyu.

"Kamu kenal dia, kak?"

"Itu teman kakak, keren 'kan dia?"

Adik kelas tersebut manggut-manggut pelan. "Iya, pasti kakak ga kalah keren."

Abiyu langsung merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. "Itu jelas."

Naura hanya menutup mata. Sudah ia duga jika Radit akan senekat itu.

"Atas dasar apa lo ngelempar sampah ke cewek gua, hah?!"

Bryan tersenyum sinis. "Ya buat apa lagi, cewek lo 'kan sampah. Lebih tepatnya hasil pungutan dari tuannya."

"Bacot lo, sat!"

Bugh bugh

Sudut bibir Bryan mengeluarkan darah segar dan ia masih bisa tersenyum puas.

D'amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang