Bagian 23

10 6 0
                                    

Keesokan harinya...

Suasana sekolah menjadi ramai dengan berita baru, padahal masih pagi.

Faza menatap bingung ke arah Rani yang baru saja datang. "Kenapa lo lihatin gua kayak gitu?"

"Naura mana?"

"Ya di rumahnya lah."

"Lo udah lihat grup sekolah?"

"Ada info apaan?"

Rani berdecak sebal. Ia memilih keluar saja dari kelas. "Tuh anak sahabatnya apa bukan sih." Lirihnya pelan.

Setelah Rani pergi, Wildan datang memasuki kelas XII MIPA 3.

"Nau, Naura..."

"Astaghfirullah, ngagetin aja lo. Gua kirain hantu tadi, salam dulu napa."

Wildan segera mengontrol napasnya. "Huh hah... Itu, Naura udah datang?"

"Orang-orang kenapa sih, kok pada nanyain keberadaan Naura. Apa kemarin dia ga pulang ke rumah?"

Wildan menggeleng. "Bukan itu, gua cuma mau tau keadaan dia aja setelah..."

"...Ya elah, kalau itu tinggal lo tanya lewat chat aja, atau nunggu dia datang. Kemungkinan telat."

"Lo ga lihat berita tadi malam?"

"Hah? berita apaan?" Faza semakin dibuat bingung dengan omongan Wildan.

"Lo lihat aja sendiri di grup sekolah." Wildan langsung pergi dari pandangan Faza.

"Ada apa ya? gua kehabisan kuota, wifi siapa ya yang bisa gua colong."

"Aku meriang, aku meriang, aku meriang membutuhkan kasih sayang..." Aldi datang dengan senandung lagu.

"Al, siniin hp lo."

"Buat apa?"

"Siniin cepat."

"Ya buat apa dulu?"

"Bentar doang kok, mana sini."

"Nih, jangan macem-macem lo." Aldi menyerahkan ponselnya ke Faza.

"Ah, lama lo." Faza langsung merampas ponsel Aldi dengan cepat.

"Serasa dicopet gua."

"Berisik, nih." Faza mengembalikan ponsel tersebut ke Aldi.

"Semoga ga berita buruk." Lirih Faza sambil menanti notif dari grup sekolah.

"Oh, lo mau minta hotspot. Bilang dari tadi dong, tanpa dipaksa pun gua bakal ngasih. Karena gua diajarkan dermawan dari kecil sama mak bapak gua."

Faza melototkan mata tidak percaya di saat mendengar rekaman tersebut.

"Lo lagi dengerin apa, Za?"

Faza meletakkan telunjuknya ke bibir, mengisyaratkan untuk Aldi diam.

"Ada lihat Naura?"

Aldi menggeleng, "Belum datang, tasnya aja ga ada."

"Di gerbang tadi ada lihat Naura gak?"

"Engga."

"Ya udah, makasih wifinya." Faza langsung bergegas keluar kelas.

Lapangan

"HUUUUUUUUU." Semua orang meneriaki Tirta yang tengah kebingungan di lapangan.

"SEMUANYA, BUBAR!!" Teriak Wildan mencairkan suasana.

"Orang kayak dia ga pantes berada di sini, Wil."

D'amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang