Rumah Sakit
"Putri kenapa.... Putri kenapa Bi...." Radit datang dan langsung panik.
"Abi, Putri kenapa? lo bertemu dia di mana, hah?"
Naura masih terdiam kaku di kursi depan ruangan.
"Naura?" Bingung Radit.
"Kenapa Naura lo bawa ke sini, Bi? gua 'kan nyuruh lo bawa dia ke hadapan gua. Terus lo kok bisa ketemuan juga sama Putri. JAWAB BI!"
Abiyu bingung harus menceritakan dari mana.
"Dia ngobrol sama aku, Dit." Naura langsung angkat suara.
"Maksud kamu?"
"Nadia datang ke rumah aku untuk ngebahas hubungan kita. Aku juga gatau penyebab dia tiba-tiba jatuh pingsan."
"Benar kayak gitu, Bi?" Tanya Radit ke Abiyu.
"Kamu ga percaya sama aku?"
Radit menatap Naura sebentar, lalu kembali menatap Abiyu. "Bi, jawab gua!"
Abiyu masih tidak bisa menjawab semua pertanyaan Radit.
"Kalau kamu masih menyimpan nama orang lain dihati kamu, jangan pernah berniat membukakan pintu untuk nama lain masuk. Semua itu menyakitkan, Dit."
"Gua ga butuh nasehat lo! gua cuma butuh alasan kenapa Putri bisa pingsan. BANGSATLAH!" Radit langsung melayangkan tinjunya ke arah lain.
Naura tersentak kaget dan menahan degupan jantungnya yang berdetak sangat cepat.
"Dit, jangan gitu. Naura ga ada salah apa-apa." Lerai Abiyu.
"Ga salah apanya? dari awal dia selalu ngungkit nama Putri dalam hubungan kami. Dia ga pernah ngerti situasi ini."
Radit langsung menunjuk ke arah dalam ruangan. "Dia sakit dan ga bisa dikerasi. Apa yang udah lo lakuin ke dia, hah? JAWAB GUA!" Sentaknya ke Naura.
"Aku ga ada apa-apain Nadia, Dit."
"Lo bohong! bahkan dengan kondisinya yang sekarang ini, dia ga punya cukup tenaga buat ngelawan lo."
"Kamu salah paham, Dit."
"CUKUP! jangan bicara omong kosong lagi di hadapan gua."
"Kalau memang lo mau hubungan ini berakhir, okay. Mulai sekarang kita putus! Jangan pernah muncul lagi di hadapan gua ataupun Putri, paham?" Lanjut Radit penuh emosi.
Mata Naura langsung berkaca-kaca. "Aku..."
Radit mengangkat tangannya mengisyaratkan untuk Naura diam. Bahkan ia membelakangi Naura.
"Aku juga ga akan pernah mau lagi muncul di hadapan kalian. Abiyu, sampaikan maaf gua buat Nadia."
"Buat kamu, Dit. Semoga kamu bisa menemukan kebahagiaan kamu. Harusnya aku sadar lebih awal kalau aku bukanlah orang yang kamu inginkan. Bahkan kamu masih belum bisa mempercayai apapun dariku."
"Terima kasih atas waktu satu tahunnya. Aku janji ga akan menjadi beban lagi dalam hidup kamu. Aku pamit."
Naura langsung berjalan cepat meninggalkan area rumah sakit tersebut.
Entah kenapa hatinya begitu sakit melihat Radit yang tidak mau menoleh sedikitpun kepadanya.
"Ternyata sesakit ini... gua nyesal karena telat menyadari semua ini..." Naura mengelap kasar air matanya yang sudah membasahi kedua pipinya.
"Lo setega ini sama gua, Dit. Padahal yang jadi korbannya itu gua, bukan Nadia, hiks..."
Naura terus berjalan ke tepi jalanan untuk segera menjauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'amore (End)
Novela Juvenil"Bulan selalu datang untuk menemani langit, tapi bintang cemburu. Bintang berniat tidak akan menemani bulan lagi, sehingga bumi hampa jika langit hanya bersama bulan saja. Layaknya dua orang yang menunggu kehadiran bintangnya." "Cinta segitiga?" Lel...