Naura merasakan kembali perutnya yang sakit waktu itu.
"Arkhhh..." Naura mencengkram kuat perutnya dan menopang tubuhnya ke dinding.
Tiba-tiba sebuah tangan melingkar ke pinggangnya. "E-eh..."
Naura langsung pingsan di dada bidang lelaki tersebut.
Uks
"Dia cuma pingsan biasa, sebentar lagi juga sadar. Kalau boleh tau, nama lo siapa?"
"Gua Ray."
Rani langsung teringat sesuatu. "Ray dengan nilai TO tertinggi di les GE?"
"Lo les disitu juga?"
Rani mengangguk antusias. "Yoi. Tapi kok kita ga pernah ketemu ya?"
"Mungkin aja pernah, cuma karena faktor ga kenal jadi terabaikan."
Rani menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ada benarnya juga sih. Oh iya, nanti pas Naura siuman, lo bisa berikan obat ini buat dia minum setelah makan. Kalau bisa kasih tau dulu tentang tadi ke dia biar dia lebih nyaman."
"Oke, makasih. Nama lo?"
"Gua Rani."
"Makasih, Ran."
"Sip, gua duluan ya." Rani langsung pergi dari sana.
Ray menatap lekat-lekat wajah Naura dari dekat. "Cantik."
***
"Ikut gua." Tiba-tiba Ruben datang ke kelas dan menarik paksa pergelangan tangan Faza.
"Aw, sakit."
"S-sorry. Gua ga bermaksud..."
"...Cepat! lo mau bahas apa?"
Ruben langsung memeluk Faza. "Gua kangen banget sama lo."
Seketika tubuh Faza menegang. Perasaan apa ini?
"Gua ga bisa lupain lo, Za. Sekeras apapun gua menyibukkan diri, gua tetap kepikiran lo."
Ruben pandai mencari tempat. Saat ini lorong dekat labor tidak didatangi siapa-siapa. Jadi ia akan bebas berbicara dengan Faza.
"Hubungan kita sudah lama berakhir di challenge receh teman lo. Kita udah ga siapa-siapa lagi sekarang, ngapain juga lo mikirin gua. Buang-buang waktu."
"Gua udah berkali-kali minta maaf soal itu, Za. Tapi lo tetap cuek sama gua. Jujur, waktu itu pikiran gua memang ga terkontrol sampai mau jadikan lo bahan taruhan teman-teman gua. Tapi sekarang gua akui kalau perasaan gua ke lo itu benar-benar nyata."
"Gua udah maafin lo jauh dari hari itu."
"Kenapa selama ini sikap lo seolah-olah menghindar terus dari gua?
"Sebenarnya bukan itu yang gua permasalahin, Ben. Gua cuma ga kuat kalau lama-lama terus berada di dekat lo. Iman gua bisa goyah. Kita beda, sampai kapanpun kita ga bisa bersama."

KAMU SEDANG MEMBACA
D'amore (End)
Teen Fiction"Bulan selalu datang untuk menemani langit, tapi bintang cemburu. Bintang berniat tidak akan menemani bulan lagi, sehingga bumi hampa jika langit hanya bersama bulan saja. Layaknya dua orang yang menunggu kehadiran bintangnya." "Cinta segitiga?" Lel...