Bagian 29

12 8 1
                                    

Kamar Ray

Fatimah membawa beberapa lilin dan mulai menghidupkannya sebagai pencahayaan di dalam kamar.

"Kamu pasti bertanya-tanya mengapa Ray bisa seperti ini."

"Apa tadi Ray kena api ya, tan? tangannya panas."

Fatimah tersenyum kecil. "Kita duduk dulu yuk."

Naura menyetujui ucapan Fatimah dan ikut duduk di sofa dekat sudut kamar.

"Ray sudah cerita tentang Salsa ke kamu?"

"Udah, tan."

"Tapi kamu belum tau alasan kenapa dia meninggal 'kan?"

Naura hanya diam tidak tau menjawab apa.

"Salsa meninggal saat terjadinya pemadaman lampu. Saat itu bunda dan ayah tidak ada di rumah. Kami berencana untuk liburan berdua. Seharusnya semuanya baik-baik saja, tapi takdir berkata lain. Tepat saat kami pergi malam itu, terjadi bencana yang cukup mengenaskan."

"Karena Salsa hobi memasak, dia tetap melakukan itu tanpa melihat kondisi pada malam itu. Kebetulan Ray juga merasa lapar. Jadi dia sekalian meminta Salsa untuk dimasakkan sesuatu. Salsa semakin bersemangat karena dia merasa didukung untuk melakukan itu pada kegelapan. Ray lanjut mengerjakan aktivitasnya di kamar dan membiarkan Salsa sendirian memasak mie di dapur."

Bunda menghela napas sebentar.

"Ga usah dilanjutkan, tan. Naura ga mau buat tante sedih."

"Makasih, nak. Bunda gapapa."

"Ray sempat dengar bunyi letupan besar, dia langsung berlari ke arah dapur dan melihat api kompor merembet ke tirai jendela. Api cepat menyebar dan seisi dapur langsung penuh dengan kobaran api yang menyala."

"Ray saat itu panik karena dia ga bisa lihat keberadaan Salsa dimana-mana. Dia benar-benar prustasi sampai ga berani buat ngabarin kami. Setelah menelpon pemadam kebakaran dan ambulans, Ray ke kamar buat nenangin dirinya. Kamu tau apa yang dia lihat?"

"Salsa datang sambil membawa semangkuk mie ke dalam kamar."

"Maaf memotong ucapan tante. Kenapa Ray tetap berada di dalam rumah? dia ga milih untuk mati 'kan tan?"

Fatimah tersenyum mendengar ucapan polos Naura. "Engga, nak. Saat Ray menceritakan ini semua, bunda juga nanya hal yang sama kayak kamu ke dia. Katanya, dia ngerasa semuanya seperti mimpi dan kalaupun memang itu terjadi, dia masih yakin kalau Salsa bakalan datang ke kamarnya mengantarkan semangkuk mie untuknya."

Naura langsung ber oh pelan.

"Saat Salsa datang, Ray tersenyum bahagia. Namun, bayangan itu perlahan menghilang dan mangkuk mie tersebut jatuh ke lantai."

"Kok bisa gitu, tan?" Tanya Naura spontan.

"Bunda juga ga tau pasti, mungkin imajinasi Ray saja. Tapi katanya mangkuk mie itu memang tergeletak di pintu kamarnya. Dia juga yakin sebelumnya ga ada di sana."

"Setelah tim pemadam menyatakan bahwa Salsa tidak bernyawa, Ray langsung sesak napas dan jatuh pingsan. Dokter mengatakan bahwa dia trauma ringan dan kemungkinan tidak akan bisa kuat dengan suasana yang sama."

"Maksudnya, tan?"

"Saat dalam kegelapan, Ray selalu menangis dan sering termenung. Bahkan kalaupun mendapatkan suasana yang sama seperti mati lampu dan api, dia akan gemeteran dan pingsan di tempat."

"Jadi ini yang dimaksud Wildan waktu dia datang ke bukit buat nemuin gua. Gua baru tau dia punya trauma sama kegelapan."

"Bunda boleh minta tolong sama Naura?"

D'amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang