Bagian 11

19 7 0
                                    

"Makasih tumpangannya."

Ting

Naura merogoh saku roknya dan mengecek notif yang baru masuk.

"Sekarang lo buka."

"Ini nomor lo? dapat nomor gua dari mana?"

"Buka!"

Terpaksa saat itu juga Naura membuka pesan dari Tirta.

Betapa terkejutnya Naura saat mengetahui orang yang ada di dalam foto tersebut. "Ini Radit?"

Tirta mengirimkan foto Radit dan Nadia yang berpelukan mesra.

"Iya, bersama cewek yang malam itu bareng gua. Dia Nadia Putri, cinta pertama Radit. Status lo sekarang bukanlah prioritas bagi Radit."

Mata Naura sudah berkaca-kaca.

"Dia cewek yang dari dulu menjadi prioritas utama Radit hingga akan selalu seperti itu sampai sekarang."

"Cewek itu juga sekaligus tempatnya Radit pulang. Kalau dia lagi ada masalah, dia bakal datang ke rumah cewek itu. Endingnya lo pasti tau mereka ngapain."

Naura menggelengkan kepala tidak percaya. "Ga! lo pasti bohong 'kan? Radit ga mungkin kayak gitu!"

"Hubungan kalian mau genap satu tahun, sedangkan hubungan pertemanan mereka sudah ada sejak kecil. Lo analisis aja sendiri perasaan mereka." Tirta langsung menghidupkan mesin motornya.

Naura memegang pergelangan tangan Tirta. "Lo sahabatnya bukan sih?"

Seketika mesin motor Tirta mati sendiri. "Seperti yang lo pikirkan."

"Iya atau bukan!" Tegas Naura.

Tirta hanya diam.

"Lo pengecut! apa pantas orang yang sudah dipercayai sebagai teman malah membicarakan orang itu dari belakang? mulai detik ini gua udah ga mau mempercayai ucapan siapapun mengenai Radit. Apalagi itu keluar langsung dari mulut kotor lo."

"Jadi gara-gara ini Radit menyukai lo?"

Naura menatap tajam Tirta. "Menurut lo?!"

"Unik. Pantas gua ke-skip." Lirihnya pelan.

"Gua peringatin sekali lagi buat lo, jangan pernah menjelekkan Radit di depan gua. Terima kasih atas niat baik lo hari ini dan hari sebelumnya. Tapi mulai saat ini dan seterusnya, ga usah menerima perintah Radit lagi buat nganterin gua pulang atau apapun itu. Sekarang lo boleh pergi."

Naura langsung masuk ke dalam rumah. Ia menutup rapat pintu rumah hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

"Siapa, dek?"

Naura berbalik badan. "Ojol."

"Besok pagi abang sama kak Tata mau balik. Kamu temanin abang sampai bandara ya?"

"Sama dia aja, aku capek." Naura langsung masuk ke dalam kamar.

Lagi-lagi Harun hanya bisa menghela napas sabar.

Besoknya

"Woi, Nau."

Naura mencepatkan langkahnya menuju kelas.

"Semoga budeg beneran, aamiin."

Sontak Naura berhenti melangkah.

"Nah, digituin baru langsung dengar."

"Apa?" Tanya malas Naura.

Wildan nyengir. "Temanin kantin dong."

"Males, lo bau jomblo."

D'amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang