Bagian 25

16 7 1
                                    

"Dengar-dengar si Tirta pindah."

"Masa sih?"

Sepanjang koridor orang-orang membicarakan Tirta, Naura tidak sengaja mendengar obrolan tersebut.

"Radit pun aneh, udah tau punya pacar masih aja dekat sama cewek lain. Merusak citra para cowok aja."

"Setau gua dia dekat udah lama sama mantannya Bryan."

"Teman makan teman maksud lo?"

"Gua gatau pasti sih, tapi gua jadi kasihan sama ceweknya Radit. Kok bisa betah ya sama tuh anak."

"Mungkin cinta mati, makanya mau diduain."

Naura mencepatkan langkahnya dan segera menjauh dari obrolan para cowok tersebut.

"Gua duluan." Tiba-tiba Wildan keluar dari kelas XII IPS 3 dan menyadari keberadaan Naura di depan kelas.

"Kok lo di sini?" Bingung Naura.

"Ada mantan anak osis juga di kelas ini, kalau lo lupa. Lo sendiri ngapain di sini?"

"Bukan urusan lo."

"Mau ketemu pacar?" Wildan menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. "Kayaknya otak lo udah dihantui sama dia, sampai lupa sama dunia."

"Minggir, gua mau masuk."

"Ikut gua." Wildan langsung menarik tangan Naura untuk pergi dari sana.

Uks

"Lo ngapain bawa gua ke sini?"

"Lo udah minum obat? lo ga dengar pesan mama gua, istirahat yang cukup. Memangnya lo mau perut lo sakit lagi?"

"Ga usah perduliin gua, awas!" Naura hendak pergi dari sana, namun dengan cepat Wildan mengunci pintu tersebut dan menyimpannya di saku celana.

"Sekarang lo di sini, ga boleh kemana-mana dulu. Apalagi buat ketemu si gila itu."

"Siapa yang lo bilang gila?"

"Pacar lo ada berapa memangnya?"

"Lo yang gila!"

"Lo bawa obatnya?"

"Gua ga sakit."

"Justru karena ga sakit itu lo harus rutin minum obat. Jangan nunggu pas kambuh, baru mau minum obat."

"Lo bukan ayah gua."

"Tapi lo merindukan figur itu 'kan?"

Naura langsung menatap tajam ke arah Wildan. "Lo ga berhak nanya itu ke gua!"

"Gua tau semuanya, ga usah lo tutup-tutupin masalah itu lagi dari gua."

"Apa yang lo tau? yang mengalami semua itu gua, bukan lo. Jadi ga usah menyimpulkan hal-hal yang belum tentu kebenarannya."

"Tapi yang gua bilang belum tentu bohong juga 'kan?"

Naura diam.

"Maka dari itu lo ga bisa ngelepasin Radit. Sesusah itu kah?"

Naura membuang muka karena malas melihat wajah Wildan.

"Sekali mendapatkan kasih sayang yang ga lo dapatin dari sosok ayah, lo langsung menggila bahkan sekarang makin parah. Udah tau lo diabaikan, tetap aja mau mempertahankan. Lo bukan prioritasnya lagi, Nau. Ayo sadar."

"Urus aja masalah hidup lo sendiri, gua ga suka diganggu."

"Setrauma itu lo sama papa lo? sampai buta membedakan mana kasih sayang dan mana yang cuma hanya penasaran."

D'amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang