Rumah Nadia
"Aku tinggal bentar, gapapa 'kan?"
"Mau ke mana?"
"Nanti aku janji balik lagi. Masuk aja dulu." Radit langsung menancap gasnya dengan kecepatan tinggi.
Dengan sangat terpaksa, Naura memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah.
Tok Tok tok
"Permisi, assalamu'alaikum."
Ceklek
"Wa'alaikumussalam, masuk." Nadia tersenyum sumringah menyambut kedatangan Naura.
"Masuk, Nau."
"Eh, i-iya." Naura dipersilahkan duduk di sofa ruang tengah.
"Bi Sari, tolong siapin minuman buat kami ya."
"Baik, non."
Naura tampak canggung berada di sana. Sebelumnya saat ada Radit, tidak secanggung ini. Entahlah, ia pun tidak tau alasannya kenapa.
"Santai aja, ga usah tegang gitu wajahnya. Gua ga pemakan sesama kok."
Naura langsung tersenyum. "Hm, iya."
"Ini non minumannya."
"Makasih, bu." Ujar Naura sopan.
"Silahkan dinikmati, neng." Balas Bi Sari tak kalah sopan.
"Si Gaga kemana, Nau?"
"Pergi sebentar Nad, ada urusan."
Nadia ber oh pelan. "Lo pernah dandan?"
"Apa?"
"Kayaknya belum, ayo ikut gua."
"Eh, mau ngapain?"
"Gapapa, ayo." Nadia menarik tangan Naura sampai ke dalam kamar.
"Tadaa...." Teriak Nadia sumringah.
Nadia menunjukkan beberapa koleksi makeupnya. "Eum, kita mulai dari mana ya?" Ia menatap sejenak wajah Naura.
"Gua ga mau, Nad."
"Ayolah, pasti lo kelihatan berbeda. Untuk itu, pertama-tama lo harus basuh muka lo dengan air bersih. Kamar mandinya ada di sebelah sana."
"Gapapa deh, mungkin ini sebagai awal yang baik bagi gua untuk bisa dekat sama Nadia."
"Udah." Ujar Naura setelah keluar dari kamar mandi.
"Oke, sini duduk."
Naura duduk tepat di hadapan cermin, sedangkan Nadia langsung menggeser kursi tersebut menghadap dirinya.
"Eh, sorry bikin lo kaget. Tadi gua lupa ngarahin kursinya ke hadapan gua."
"Gapapa."
"Tutup mata, ya. Jangan coba-coba ngintip."
Naura berdehem singkat. Ia pasrah sekarang.
Setelah hampir setengah jam lamanya Nadia mendandani wajah Naura, akhirnya penantian pun selesai.
"Sudah selesai. Pelan-pelan buka mata dan coba berkaca."
Naura sudah bisa berekspektasi tinggi, apalagi dengan cara Nadia mendandaninya tadi.
Namun, saat Naura mulai melihat dirinya dari balik cermin, betapa terkejutnya ia dengan semua itu.
"Astaghfirullah, kok jadi badut gini wajah gua."
"Gimana hasilnya? lo suka?"
Naura hanya bisa menyengir. "Hehe, lumayan."
Tok tok tok
KAMU SEDANG MEMBACA
D'amore (End)
Teen Fiction"Bulan selalu datang untuk menemani langit, tapi bintang cemburu. Bintang berniat tidak akan menemani bulan lagi, sehingga bumi hampa jika langit hanya bersama bulan saja. Layaknya dua orang yang menunggu kehadiran bintangnya." "Cinta segitiga?" Lel...