Bagian 17

13 7 0
                                    

"Kenapa cemberut gitu wajah lo?"

Abiyu menatap datar ke arah Ruben. "Terus lo sendiri kenapa murung gitu?"

"Biasalah."

"Faza lagi?"

Ruben berdehem singkat.

"Kadal satunya lagi mana?"

"Siapa?" Bingung Ruben.

"Ya siapa lagi, si bucin."

"Owh, Radit. Ada tuh di kelas."

"Kelas doi maksud lo?"

Ruben nyengir. "Itu lo tau. Kenapa sih?"

"Menurut lo?"

"Anjir, datang bulan ya lo? dingin banget dari tadi. Atau ada masalah dalam rumah tangga lo?"

"Bacot lo pada. Ternyata benar kata orang-orang, cewek bisa buat persahabatan jadi renggang. Gua pamit." Abiyu langsung pergi dari sana.

Ruben menyerjit heran. "Ada masalah apa sih tuh anak. Tau ah, mending gua isi perut." Alhasil, Ruben memilih memesan makanan daripada menyusul temannya.

Mading Sekolah

"Diharapkan satu persatu ya. Semuanya kelihatan kok." Ujar Wildan.

"Yo, ambil alih."

"Oke, Wil."

Wildan langsung mengambil napas banyak-banyak setelah berhasil keluar dari kerumunan tersebut.

"Nih, minum."

"Terang-terangan amat neng. Mau buat wajah gua babak belur?"

Naura mengangkat bahu acuh. "Ga akan sih, dianya sibuk belakangan ini."

"Tumben? biasanya ga bisa lepas dari lo 24 jam."

"Lebay, pak."

"Pribahasa, pokoknya segitunya kalau di dekat lo."

"Huh, tadi sih ke kelas gua. Tapi pergi lagi, katanya ada urusan."

"Terus sekarang lo tau dia pergi ke mana?"

Naura mengangguk singkat. "Tau, cuma masih ragu aja kalau dia ke sana."

"Ya udah, lihatin aja dulu. Palingan ujung-ujungnya dia akan memilih antara lo dan cewek itu."

Naura langsung menyerjit. "Maksud lo?"

"Maksud lo maksud lo, lo kira gua gatau informasi itu?"

Naura semakin dibuat bingung. "Dari mana lo tau?"

"Teman gua banyak dan dari mereka ada yang bisa diandalkan. Simbiosis mutualisme lah, itu baru pantas disebut pertemanan sejati."

"Lo tau apa aja?"

"Semuanya."

"Apa?"

Wildan menghela napas. "Mau gimanapun gua menjelekkan pacar lo, lo tetap lebih mempercayai dia 'kan?"

"Ya jelas, memangnya lo siapa?"

"Astagfirullah, ngucap terus gua kalau sama lo Nau."

Naura terkekeh. "Lagian wajah lo serius amat sih. Gua juga udah tau semuanya kok. Mereka itu cuma sahabatan, ga lebih. Tentang lo tau info itu, gua ga heran lagi sih. Soalnya lo banyak teman gelapnya."

"Maksudnya?!"

"Wajah lo gelap, makanya disebut teman gelap."

"Baik-baik lo, Nau!"

D'amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang