"Kenapa masih ada?"
"Woy." Faza menepuk pundak Naura yang tengah melamun.
"Astaga, bikin kaget aja."
"Lagian pagi-pagi kenapa melamun sih? mikirin apaan?"
Naura mengeluarkan bingkisan dari laci mejanya dan menunjukkannya ke Faza. "Bingkisan ini."
"Kenapa dengan bingkisan itu?"
"Gua rasa bukan buat gua deh. Radit juga ga bilang apa-apa kalau ngasih hadiah ke gua."
Faza tampak berpikir. "Jangan-jangan..."
"Apa?" Heran Naura.
"Lo punya pengagum rahasia."
Naura tergelak. "Ga mungkin, ada-ada aja lo."
"Ga ada yang engga mungkin, Nau. Dulu Radit juga gitu ke lo. Dia pakai segala cara buat dekatin lo, awalnya 'kan dia memberikan signal dulu ke lo. Setelah ke-notice dan lo mau cari tau, baru dia udah engga ngelakuin hal mistis seperti dulu lagi."
"Misterius, Za."
"Eh, iya itu. Sok misteri banget tu bocah." Kekeh Faza sambil membayangkan masa-masa kelas 11 dulu.
"Jangan ngebayangin masa lalu, lo culun waktu itu." Naura langsung keluar dari kelas.
"NAURA, JANGAN CEPU DONG!" Teriak Faza tidak terima.
Naura sedikit berlari menghindari Faza.
Bruk
Namun, tidak sengaja menyenggol bahu seseorang hingga buku yang lelaki itu pegang berjatuhan ke lantai.
"Eh, sorry. Gua ga sengaja." Naura langsung membantu membereskan buku-buku yang berserakan.
"Maaf, ya." Ujar Naura lembut.
Lelaki itu menatap diam ke arah name tag baju Naura, lalu mengukir senyuman. "Tidak masalah, lain kali hati-hati."
"Naura Tsabitah. Wajahnya benar-benar tampak familiar." Batin lelaki itu.
Naura segera bergegas menuju area kantin.
Kring kring
Bel masuk berbunyi.
Naura kembali ke dalam kelas dengan membawa pop ice.
"Nau, mau."
"Beli sendiri."
"Ih, tapi 'kan udah bel. Lagian lo ga ngajak-ngajak mau beli itu."
"Tinggal beli doang harus banget gua seret. Kayak anak itik, memangnya lo mau?"
Faza mencibir kesal. "Awas aja lo, gua nanti beli ayam gepreknya pak Nanas dan lo ga akan gua kasih hati ayam."
Oh, tidak. Naura sangat menyukai hati ayam melebihi apapun.
Setiap membeli ayam gepreknya pak Anas, atau yang biasa disapa pak Nanas, akan mendapatkan gratis hati ayam krenyes.
"Eh, kok ngancem? iya deh, nih." Naura langsung memberikan pop ice tersebut ke Faza.
"Nah, gitu dong. Anak baik." Faza menyeruput pop ice milik Naura dengan sangat nikmat.
"Ah, lega. Nih Nau, makasih."
"Ambil aja buat lo."
"Wih, makasih. Baik banget sih jadi sahabat."
"Yang bilang kita sahabatan siapa?"
"Naura?" Kaget Faza.
"Memangnya ada yang mau sahabatan sama lo?"
"Huaaaa! Nau, jadi selama ini lo cuma pura-pura temanan sama gua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
D'amore (End)
Novela Juvenil"Bulan selalu datang untuk menemani langit, tapi bintang cemburu. Bintang berniat tidak akan menemani bulan lagi, sehingga bumi hampa jika langit hanya bersama bulan saja. Layaknya dua orang yang menunggu kehadiran bintangnya." "Cinta segitiga?" Lel...