Disekolah Zarin tidak menampakkan raut wajah kecewa. Ia bersikap seperti biasa. Zarin masih harus menyelidiki lebih lanjut karena takutnya ia salah menuduh orang.
Dengan sikap profesional nya Zarin tetap melakukan presentasi dengan kelompoknya didepan kelas. Sesekali ia melirik Zevan yang melihatnya dengan tatapan dingin. Zarin sudah masa bodo akan hal itu. Ia terlalu kecewa pada pernyataan Zevan.
Zarin dengan hati hati menggerakkan tubuhnya. Gaun berbahan koran itu sangat mudah rusak. Lihatlah, ia terlihat cantik dan anggun memakai gaun itu meskipun terbuat dari dari koran. Rambutnya digerai rapi dengan mahkota yang berbahan sama menjadi penghias diatas sa. Tak lupa buket bunga yang menambah penampilannya menjadi mirip sekali seperti pengantin.
Semua tatapan mata tertuju padanya. Apalagi para kaum lelaki. Mana mungkin mereka melewati pemandangan indah didepan sana. Melihat Zarin bak pengantin cantik nan anggun. Meskipun Hanya gaun dari koran, namun tidak mengurangi betapa mempesonanya Zarin sekarang.
Seperti Zevan, tanpa sadar ia terus memperhatikan Zarin. Tidak bisa dipungkiri Zarin memang cantik dan apa hak nya sekarang? Lihatlah, Zevan begitu geram melihat semua tean lelaki dikelasnya tak berhenti menatap Zarin. Apakah dia cemburu? Arrgghh sial, bukankah ia membenci Zarin?
"Sekian presentasi dari kami, terimkasih." Morgan menutup presentasi mereka. Sontak sorak seisi kelas memberi tepuk tangan pada mereka.
Zarin pun sedikit mengangkat gaunnya, berjalan menuju bangkunya. Ia sudah merasakan tidak enak pada badannya. Lalu duduk dengan hati-hati.
Setelah 30 menit berlalu, akhirnya pelajaran seni budaya itu pun selesai. Zarin yang sudah tidak tahan langsung meminta Elea agar menemaninya ke toilet untuk berganti baju.
"El, temenin gue yok ganti baju." Zarin mengambil paperbag yang berisi baju seragamnya.
Elea sedikit melebarkan matanya saat melihat darah segar keluar dari hidung Zarin.
"Yaampun, Rin! Lo mimisan." Pekik Elea membuat seisi kelas menoleh kearah mereka.
Entah apa yang merasuki Zevan, ia dengan langkah cepat menghampiri Zarin. Tanpa sadar Zevan melepas seragamnya menyisakan kaos hitam ditubuhnya. Ia lalu menyumpalkan kehidung Zarin.
Darah segar mewarnai seragam Zevan yang berwarna putih. Namun Zevan tidak peduli itu, sedangkan Zarin sedikit terkejut dengan tingkah Zevan yang tiba-tiba. Ia terus memandangi Zevan yang terlihat panik.
Zarin dibuat bingung oleh Zevan. Bukankah lelaki itu benci padanya? Lantas apa arti perbuatannya ini?
Fokus Zarin teralihkan saat Zevan menangkup wajahnya menggunakam kedua tangannya. Detik berikutnya tatapan mereka pun bertemu. Saling menyalurkan rasa yang tanpa mereka sadari, rasa itu tidak pernah berubah. Mengobati rindu yang sudah lama dibiarkan menganga.Saat itulah Zarin merasakan sakit dikepalanya, pandangannya buram dan berubah menjadi gelap dalam sekejap. Zarin pingsan dan dengan sigap Zevan menahan tubuh Zarin. Menggendongnya ala bridal style, lalu membawanya ke UKS. Semua yang dilakukan Zevan ditonton oleh seisi kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEORA ZARIN [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP!!!! HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! "Ayas lo udah mati!" "Kamu gak pernah mati Ayas, kamu tetap dihatiku. Hidup. Dan akan slalu seperti itu." "Gue benci lo Rin!" "Andai Ayas tau, kalo Eora sebentar lagi juga mati," "Gue udah gak...