"Eungghh...Ayass..."
"Ahh...Raa,"
Erangan demi erangan memenuhi kamar mereka. Zarin tak kuasa lagi menahan desahannya kala Zevan semakin mempercepat gerakannya.
"Pel-ahh-pelanhh-pel-la-nhh...."
Bukannya semakin memperlambat, Zevan semakin semangat membuat Zarin tidak berdaya dibawahnya. Tangannya tak tinggal diam. Mulai menyentuh setiap inci tubuh istrinya yang tak terbalut sehelai benang pun.
Zevan merunduk, mempertemukan bibirnya dengan bibir Zarin. Melumatnya kasar seiring permainan nya yang semakin brutal. Zevan semakin gelap mata, mencium bibir Zarin dengan penuh nafsu tanpa mengurangi tempo gerakannya.
"Ahhh sayang...."
"Ayhh-ayasshhhhh...."
"Nikmathhh Raa-ahhh..."
Zevan menatap wajah sayu istrinya yang sudah tidak karuan menerima setiap hentakan yang ia berikan. Bibirnya menyeringai, Entah sudah berapa kali istrinya itu pelepasan. Setiap desahan yang keluar dari mulut istrinya semakin membuatnya bergairah.
Tangannya tak berhenti meremas dada istrinya, bibirnya kembali ia daratkan pada bibir Zarin. Seketika hentakannya semakin ia perkuat dengan tempo cepat. Zevan hampir sampai pada pelepasannya, hingga...
Tok! Tok! Tok!
"Mimaaaa?! Papiiiiiii?!"
"Shit!"
Zevan melirik pintu sebentar, gerakannya melambat namun sedetik kemudian ia melanjutkan gerakannya dengan tempo yang cepat kembali. Tanpa menghiraukan suara teriakan itu, Zevan terus memompa ingin mencapai hal yang belum terselesaikan.
"Ayas!"
Zevan membuka mata setelah sempat ia pejamkan untuk menikmati.
"Anak-ah-An-nakhhh," Zarin berucap terbata karena Zevan tidak sama sekali menghentikan permainan.
"Sebentar lagi Raa," Zevan menggeram tertahan karena permainannya terganggu.
Tok! Tok! Tok!
"MIMAAAAAA?!!!!!"
Zarin panik, terdengar jika anaknya sudah nangis. Sedangkan Zevan tidak mau berhenti karena Zarin pun mengerti jika Zevan sedang berada dalam tanggung-tanggungnya.
"Ahhh..Raaa!"
Zarin sedikit mengggigit bibirnya guna menghalau desahan yang ingin keluar takut jika anaknya mendengar.
"Cepat Ayasshh ahhh..."
"MIMAAAAAA?!!!!"
Duk! duk! duk!
Pintu digedor brutal. Zarin yang panik namun masih menikmati. Sedangkan Zevan acuh dan fokus pada gerakannya yang bertambah cepat.
Terakhir Zevan mencium bibir Zarin, memeluk tubuh istrinya erat.
"Ahhhhhh Raaaaaaahhh......"
Suara erangan kenikmatan keluar dari mulut Zevan. Sedetik kemudian tubuhnya ambruk diatas tubuh istrinya. Zarin memberi Zevan waktu sebentar lalu menyuruhnya untuk berpindah posisi.
Zarin masih merasa lemas juga lelah. Bayangkan saja, permainan tadi adalah yang keempat kalinya. Zevan memang tak bisa berjanji bisa sebentar.
"MIMAAA?!!!!"
"Iya sayang, sebentar!"
Zarin memakai dalamannya cepat, meraih kemeja Zevan yang berserakan dilantai , lalu memakainya dengan cepat seraya berjalan menuju pintu. Bohong jika ia tidak merasa sedikit ngilu dibagian bawah sana. Namun ia tahan karena mendengar tangisan dari anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEORA ZARIN [END]
Fiksi RemajaPART MASIH LENGKAP!!!! HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! "Ayas lo udah mati!" "Kamu gak pernah mati Ayas, kamu tetap dihatiku. Hidup. Dan akan slalu seperti itu." "Gue benci lo Rin!" "Andai Ayas tau, kalo Eora sebentar lagi juga mati," "Gue udah gak...