1.3

156 20 2
                                    

Saint berjalan pelan mengikuti langkah kaki yang entah kemana tujuannya. Ia sudah keluar dari rumah sakit kemarin namun ia belum bisa untuk kembali kesekolah untuk beberapa hari kedepan.

Dan sore ini, ia berpamitan pada orang tuanya untuk menginap di apartmen Bright guna menghilangkan kegundahan hatinya akhir-akhir ini. Tapi nyatanya, kedua kakinya malah berjalan tak tentu arah. Ia hanya melewati jalan yang terasa tidak asing baginya. Dengan otaknya yang tengah menyatukan potongan-potongan film yang terputar secara acak.

"Jadi..siapa Perth?", tanya Saint pada dirinya sendiri. Telinganya masih terasa jelas akan suara Perth ditambah dengungan yang terus terdengar acak ditelingannya dan memastikan jika itu semua adalah suara Perth.

Potongan film yang selalu hadir tanpa disangka tidak pernh terlihat jelas jadi ia tidak bisa memastikan jika itu adalah Perth. Namun dengan suara yang ia dengar, walau samar namun Saint bisa memastikan jika suaranya sama dengan yang ia dengar kemarin.

Menghela nafasnya lelah, kini Saint kembali tersentak kala kedua kakinya berhenti pada sebuah pintu yang ia yakini bukan apartmen Bright. Kedua matanya menatap awas sekeliling yang sepi lalu menatap jam tangan miliknya yang menunjukan pukul 19.00

Dengan pelan jemarinya terulur menyentuh tombol kunci lalu menekan beberapa digit tanpa berpikir.

*klek...
Suara kunci terbuka.

Mata Saint membola shock. Ia hanya menekan angka yang keluar dari otaknya namun dengan mudahnya sebuah pintj yang tak dikenal terbuka.

Dengan keberanian yang tersisa, Saint mencoba untuk melihat kedalam.

Sepi dan gelap. Tapi ada yabg aneh. Walaupun gelap, Saint merasa tahu tata letak ataupun jalan didalamnya. Ia merasa tidak asing.

Jemarinya terulur meraih saklar lampu lalu menghidupkannya.

"Apa ini", shock Saint kala melihat ruangan yang sangat berantakan.

"Apa tidak ada yang menempati. Jorok sekali", ucap Saint menggelung rambutnya lalu dengan santainya berjalan memunguti sampah-sampah yang bercecer.

"Ini berapa bulan tidak dibersihkan", lirih Saint yang masih sibuk membersihkan apapun yang ia lihat kotor.

1jam lebih Saint membersihkan 1 ruangan. Dan itu membuatnya lelah bukan main. Tubuhnya bahkan langsung ambruk pada sofa. Ia tidak habis pikir akan dirinya yang mau-maunya membersihkan Apartmen yang baru ia kunjungi. Saint hanya merasa jika ia perlu membersihkannya.

Beberapa menit dalam keheningan. Saint yang hampir saja tertidur dikejutkan oleh suara pintu terbuka membuat wanita itu seketika panik. Namun saat dirinya hendak bersembunyi, ia kembali dikejutkan dengan seorang pria berwajah pucat dangan banyak noda darah serta aliran darah yang mengucur dipelipisnya.

"Saint", lirih Perth menatap tak percaya wanita yang juga menatapnya shock karrna Saint juga tidak pernah menyangka jika ia masuk kedalam kandang harimau.

"Bagaimana bisa?", tanya Perth masih tidak percaya. Saint yang merasa takut mendapat amukan atas apa yang ia lakukan kini berusaha untuk tetap tenang. Lagipula ia sudah membantu membersihkan Apartmen jadi tidak ada alasan bagi Perth untuk marah padanya. Dan lagipula juga, Saint tidak menyentuh barang berharga Perth selain sampah. Ditambah kini pria itu tengah terluka. Saint yakin jika Perth tidak akan ada tenaga lagi untuk mengamuk padanya.

"Aku..tidak tahu. Maaf sudah lancang memasuki Apartmenmu", ucap Saint merasa bersalah.

"Kau masuk kedalam kamarku?", tanya Perth khawatir.

"Tidak, aku hanya membersihkan ruangan ini. Aku tidak tahu jika Apartmen ini milikmu. Aku sungguh minta maaf", jelas Perth memandang Perth penuh sesal.

Perth terdiam menatap Saint yang tengah bergerak gelisah.

Perth | Random story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang