2.6

87 11 16
                                    

Sudah berkali-kali Boss menghela nafas kasar menatap Meen yang masih berbaring diam diranjang miliknya sejak satu jam yang lalu. Diam dengan lengan yang berusaha menutupi air matanya.

Rasanya terlalu menyesakan dada saat kembali mengingat expresi tidak mengenakan dari Perth saat tahu dirinya menyukai pria.

'Bukan penyuka pria!!! Aku hanya penyuka Perth!!! Camkan itu para readers',

"Mau sampai kapan kau menangis begini Meen?!, mendapat pukulan saja kuat. Berhadapan dengan Perth malah nangis begini. Malu sama otot!",

Meen tidak merespon, membuat Boss jengah. Meraih bantal lalu melemparkannya kencang pada sahabatnya yang mulai bergerak mengusap air matanya dan terbangun.

Boss kembali mendesah lelah, kakinya melangkah dan duduk dipinggiran ranjang dengan tangan menepuk bahu sahabatnya.

"Lagipula Perth belum tahu jika kau menyukainya kan? Jadi jangan berpikir lebih begini. Kau bukan ditolak Meen!! Kupikir dia hanya terkejut mengetahui kau menyukai pria",

"Aku hanya menyukai Perth!!!", tajam Meen.

"Kalau begitu katakan, jika kau bukan penyuka pria. Tapi kau hanya menyukai Perth",

"Lalu semua berakhir", ucap Meen menunduk lemas.

"Jika itu yang kau pikirkan maka cukup sampai disini. Mulailah mencari wanita Meen, banyak yang menyukaimu. Cobalah",

Meen mengangkat kepalanya. Raut wajah frustasi amat sangat ketara membuat Boss menarik senyum simpul. Ia merasa kasihan pada sahabatnya. Memendam rasa itu bukan sesuatku yang gampang. Butuh usaha extra. Apalagi jika yang disukai malah menyukai orang lain. Triple kill.

"Aku menyukainya bukan baru, tapi sudah bertahun-tahun Boss. Hatiku tidak bisa membohongi diri. Jika melakukannya semudah kau berucap, sudah dari dulu ku lakukan",

"Lalu sekarang bagaimana? Tetap menyimpan perasaanmu saat dia tahu kau menyukai pria atau Ungkapkan!!, masalah diterima atau tidak. Kupikir Perth tidak sejahat itu untuk menghidarimu. Kita bersama dengannya sudah 2tahun, Perth tidak akan memandang sebelah mata persahabatan kita", jelas Boss

"Dan untuk hasil apapun yang akan Perth beri, kau harus menerimanya dengan lapang",

Meen diam. Ia kembali galau, ingin menyatakan perasaannya pada Perth tapi melihat raut tidak mengenakan saat tau dirinya menyukai pria membuatnya menciut takut. Ia tahu jika penolakan yang akan didapat, tapi Meen benar-benar takut Perth akan menghidar hingga tidak mau lagi berteman dengannya.

"Aku tidak tahu bagaimana bisa aku mencintainya begitu dalam saat dia saja sudah mencintai wanita lain. Rasanya benar-benar sakit. Kau tahu Boss, rasa sakit dan bahagia bercampur jadi satu", ungkap Meen dibarengi bulir bening yang kembali turun.

°°°

Malam hari

Perth menatap kosong kamar Meen. Sejak pagi pria itu pergi, Perth tidak bertemu lagi hingga sekarang. Padahal malam semakin larut tapi sepertinya Meen tidak akan pulang malam ini.

Berjalan menuju meja belajar, Perth meraih ponsel miliknya untuk menghubungi Boss. Memastikan jika Meen berada bersama pria berkuncir itu. Setelah mendapat balasan, Perth memilih menidurkan diri diranjang Meen. Pikirannya masih rumit akan Saint dan kini ketambahan Meen yang menyukai pria. Ia masih tidak menyangka. Padahal menurut Perth, Meen itu sempurna. Lalu apa yang salah dengan sahabatnya itu?.

Disini Perth masih terjaga menatap langit kamar, disana Meen pun sama terjaga menatap langit kamar Boss dengan matras yang ia taruh dilantai samping ranjang sahabatnya.

Perth | Random story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang