Bab 3

157 26 10
                                    

"Sepertinya dia hilang ingatan"  Bapa pendeta yang baru saja datang langsung berbicara dengan Yami, dan Yami terlihat bingung dengan wajahnya yang datar.
"Hi-hilang ingatan?" ulang Charlotte khawatir.
"Ya, sepertinya begitu, bahkan ia tidak ingat namanya" gumam pendeta.

"Oh,malang sekali"  tambah Charlotte. Perempuan itu kemudian melihat Yami yang kini hanya duduk di sofa dengan tatapan kosong.

"Lalu,bagaimana ini bapa?, jangankan namanya, mungkin dia juga tidak tahu dimana tempatnya berasal"

"Ya, itu sudah jelas.. mungkin sementara ia akan tinggal di rumah ini" ujar pak pendeta.

"Disini?, Bapa apa kau sungguhan?, rumah ini, lalu aku.. harus bagaimana?, aku harus tinggal dimana?" tanya Charlotte.

"Aku barusan memikirkannya sister Charlotte, tidak mungkin ia tidur di rumah penduduk lain,masing masing keluarga tidak memiliki ruang tempat untuk menampung dia, apalagi tubuhnya besar, atau tinggal dirumahku yang sangat sempit itu juga sangat tidak mungkin, Tinggal di gereja pun itu tidak dibolehkan. Mengingat kondisinya yang parah dan dia tampak seperti pria ling lung, mungkin dia tinggal bersamamu saja."

Charlotte ingin sekali protes, tapi ia sadar kalau.. ia juga bukan penduduk asli pulau Hage, Charlotte pergi dari tempatnya berasal dan mengabdi di Pulau ini menjadi biarawati. Beruntung ia mendapat hunian di belakang gereja, dan Bapa mengizinkannya.

"Apa menurut anda, tidak apa apa?. Bagaimana pun, ia seorang pria". ungkap Charlotte khawatir.

Bapa pendeta mengamati Yami yang tengah duduk diam dengan tanpa ekspresi.

"Aku yakin, tidak apa apa, mau bagaimana lagi sister Charlotte, tempat kita begitu terbatas, lagi pula lihatlah dia.." tunjuk pak pendeta.

"Dia pria malang yang pikirannya rusak,kebingungan dan tak tau arah pulang. Otaknya juga mungkin korslet. Dia tidak akan macam macam denganmu dan.." Pak pendeta berbisik kearah Charlotte

"Dia juga sepertinya kehilangan nafsu, jadi kau tidak perlu khawatir"

tidak punya nafsu?, Charlotte sempat meragukan perkataan pak pendeta. Setelah Charlotte membersihkan kamar yang ditempati pria itu, ia melihat makanan yang ia sajikan semalam sudah  habis, selain itu.. Charlotte masih terpikir soal pria itu yang selalu bertindak tiba tiba, mungkin pria itu tidak menyadari kalau tindakannya itu salah. memeluknya secara mendadak dan kadang menyentuh bagian tubuhnya dengan tidak sopan. Itulah yang membuat Charlotte sedikit keberatan jika harus serumah dengan pria asing itu, apalagi rumah ini begitu kecil.

"Baiklah bapa, aku akan menerimanya, mungkin aku juga akan berusaha menyembuhkannya" gumam Charlotte.

"Itu bagus, sister. apalagi kau pernah menjadi perawat, aku mengharapkan agar kau bisa membantu pria malang itu sampai pulih" katanya.

"Iya bapa, aku akan berusaha."

***

Charlotte berdiri kaku didepan pintu ruang kerja ayahnya, Ia mendengar semua percakapan ayahnya dengan seseorang melalui telepon. "Bagaimana Charlotte, masa depanmu akan secerah negeri Clover." tutur ayahnya yang mata duitan.

"Apa maksudmu Ayah?."
"Tentu saja kau akan menikah dengan calon pewaris paling kaya dinegeri ini" tutur ayahnya kegirangan.

Charlotte begitu terkejut mendengarnya, ia masih berusia 20 an, dan ayahnya langsung begitu saja melakukan perjodohan?. Charlotte mempunyai banyak impian, dan ia tidak mau impiannya hancur karena keegoisan ayahnya."Tidak!, aku menolak perjodohan tersebut!" jawab Charlotte tegas.

"Menolak?, bicara apa Charlotte?!" Ayahnya bangkit dari kursi dengan penuh amarah

"Aku tidak ingin ayah... aku tidak mau menikah hanya karena dipaksa!, Sudah cukup aku banyak mengalah padamu, termasuk penghianatan yang kau lakukan pada ibu, tapi kali ini aku tidak akan menerima begitu saja, aku tidak mau menuruti permintaanmu!"

"Kau bersikap sangat kurang ajar,Charlotte. Kau akan menikahi pria kaya!, kau cukup memberikan dia keturunan lalu kau nikmati hartanya"

"tidak, ayah!, bukan itu kehidupan yang aku inginkan!, aku ingin menikahi pria yang mencintaiku dan juga saat ini aku ingin mengabdi pada orang orang dan masyarakat, aku ingin menjadi perawat entah didaerah mana pun atau pun medan perang, aku ingin melihat dunia luar. Aku ingin membantu lebih banyak orang" ungkap Charlotte.

"Itu impian terbodoh yang pernah aku dengar, relawan dimedan perang katamu?, benar benar gila!."

"Maafkan aku ayah, sudah cukup aku banyak mengalah padamu, aku hanya ingin impianku terwujud saja, hanya itu.."

"Benar benar impian bodoh!, aku tidak pernah mendidikmu menjadi orang tolol!" gertak ayahnya.

"Dan aku juga tidak ingin hidup seperti burung dalam sangkar.."

5 tahun sudah berlalu, dan disinilah Charlotte berada, di sebuah Pulau hage, mengabdi,membantu masyarakat sekitar dan hidup damai. kehidupan ini walaupun sangat sederhana dibandingkan dengan kehidupannya di Negeri Clover, tapi Charlotte merasakan kedamaian. Ia merasa seperti orang yang bisa berguna dan bermanfaat bagi orang sekitar. Ia kerap kali menanyakan kabar tentang ayahnya melalui asisten rumah tangga kepercayaannya, sejauh ini ayahnya baik baik saja, bahkan pria itu terkesan tidak peduli pada Charlotte.Bahkan setelah Charlotte berniat izin untuk  pergi dari negeri Clover, ayahnya malah  memaki .

"Lihat saja Charlotte, kurang dari sebulan saja kau akan kembali!, kau tidak akan tahan dengan impian tololmu itu!"

***
Charlotte memasak didapur untuk malam ini, ia biasanya memasak untuk bapa pendeta,beberapa penduduk sekitar dan juga makan malamnya hari ini, ia sejak tadi melirik kearah jendela dapur, pria asing itu masih saja duduk diluar ber jam jam, bahkan tidak bergerak sedikit pun.

Ya Tuhan!, apakah pria itu mulai sakit mental dan pikirannya sedang terganggu?, mengapa dia hanya diam saja?, Charlotte mematikan kompor dan mulai menghampiri pria itu, ia tidak boleh membiarkan pria itu melamun sendirian.

Charlotte kini berada dibelakang pria itu, Penglihatannya terfokus pada sebuah tato yang cukup besar dengan tulisan.. "Ya-mi!" ucap Charlotte.
"Ya, ada apa?" pria asing itu membalikkan badan, dan mendapati biarawati yang tak jauh dari tempatnya berada tercenung dan keheranan dengan jawabannya.

Yami pun sekilas menyadari kalau ia telah melakukan kesalahan besar. Sial!, ia lupa kalau  sedang berpura pura amnesia.

TBC

aku bingung guys, apakah harus melanjutkan cerita ini atau nggak, karena kayak gak sepopuler cerita yang lain 😐, atau mungkin ceritanya agak garing.wkwkw

UnhollyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang