BAB 6

175 19 5
                                    

Yami terbangun dari tidurnya karena aroma masakan yang tercium sampai ke seluruh ruangan. Yami mendapati Charlotte tengah sibuk memasak. Yami hanya terfokus pada Charlotte, Gaun putih yang dipakai Charlotte begitu cocok dengannya, apalagi warna rambut perempuan itu keemasan. benar benar seperti dewi.

Rupanya istriku sudah bangun.

"Selamat pagi"

"Selamat pagi Yami, bagaimana?, apa kepalamu masih sakit?"

"Sudah tidak sakit, ini benar benar ajaib, sepertinya kau punya tangan penyembuh" jawab Yami. "Berhenti mengatakan yang tidak tidak, sekarang makanlah" kata Charlotte.

"Itu minuman khusus untuk meredakan sakit kepala, didalamnya ada rempah dan madu mungkin agak sedikit pahit" tutur Charlotte, Yami meminumnya sampai tak tersisa. "Terimakasih sister Charlotte, ini sangat enak"

"Jadi kau memasak sebanyak itu untukku juga?" tanya Yami.
"Bukan, ini untuk para warga, biasanya aku memasak untuk mereka semua beberapa hari sekali"

"Kau memasak sebanyak ini?" "Iya, gereja mendapat dana bantuan, dan aku hanya bisa mengolahnya menjadi makanan atau terkadang kita membeli pakaian ke kota".

"Oh begitu.. biarkan aku membantumu" tawar Yami.

"Tidak perlu Yami, ini sudah selesai, aku hanya tinggal membagikannya"  "Kalau begitu biarkan aku membantumu untuk membagikan makanan"  Charlotte mengizinkan pria itu untuk membantunya, selain itu, membagikan makanan ke puluhan rumah memang membutuhkan waktu yang banyak.

***

Kediaman keluarga Yami, dipenuhi karangan bunga bertuliskan
"RIP Yami Sukehiro" 
"Rest In Love Yami Sukehiro",

Ichika Yami begitu terpukul karena kematian sang kakak, itu artinya ia akan hidup sendirian. keluarga Zogratis pun sudah hadir di rumah duka. "Yami!, mengapa kau pergi secepat ini.. Walaupun kau adalah rivalku, tapi aku tidak terima kau mati secepat ini...". Dante Zogratis menangis histeris sampai semua orang melihatnya.

"Nenek bagaimana ini?, aku tidak pernah bisa menerima kematian Yami, aku bersumpah akan mencarinya kemana pun" ujar Dante.

"Sudahlah Dante, ini sudah hari ke 10, mustahil mencari seseorang dilautan luas, aku sudah mengikhlaskan kepergian cucuku" Mereoleona begitu terpukul saat tahu, Yami tidak pernah ditemukan. Mereoleona berharap lebih pada Yami sebagai penerus bisnis keluarga, tetapi setelah kematiannya, Mereoleona tidak punya pijakan lagi.

"Aku masih tidak rela Yami pergi, aku masih ingin mencari dan menemukan jasadnya, walaupun dia sudah dalam kondisi diterkam  hiu"  ucap Dante mendramatisir.

Mereoleona melihat ketulusan dari cucunya yang lain, selama ini ia tidak tahu kalau Dante memiliki hati yang tulus. Ia begitu peduli pada Yami, bahkan ia merawat Ichika dengan baik, mungkin selama ini ia tidak melihatnya karena terlalu bergantung pada Yami.
"Dante, aku ingin bicara padamu"

Mereoleona mengajak Dante ke ruangannya, ia sudah memikirkannya berulang kali, diusianya yang sudah senja ia ingin hidup dengan tenang, dan mungkin sudah saatnya ia mendelegasikan tanggungjawabnya pada salah satu cucunya.

"Dante, aku tidak tahu harus berbuat apa, sejak kematian Yami, aku berpikir mungkin hanya kau yang bisa meneruskan tanggung jawab bisnis keluarga kita". Dante terkejut mendengar itu.

"Tidak nenek!, aku tidak sebijak Yami dan tidak sehebat orang itu, aku perlu belajar lebih banyak, apalagi Yami meninggal, ini seperti aku merebut posisinya, dan apa kata orang orang diluar sana?"

"Justru karena kebijaksanaanmu inilah yang membuatku terkesan, kau begitu peduli pada Ichika dan juga kejadian yang dialami Yami. kau juga tidak berambisi apapun, Kau lah orang yang tepat Dante, aku memilihmu menjadi penerus bisnis keluarga ini, aku akan segera bertemu pengacara dan akunting pribadiku, dan kau.. sebaiknya mempersiapkan dirimu untuk menjadi penerus keluarga"

Finral segera melarikan diri sesaat setelah mendengar ucapan Mereoleona. Bagaimana bisa Nyonya Mereoleona memberikan semuanya pada Dante?, pria itu sangatlah licik. Finral ingin sekali mengatakan bahwa ia melihat Yami bersama Dante, tepat sebelum Yami menghilang. Finral ingin sekali mengatakan itu, tapi ia tak punya bukti, jika ia hanya asal bicara,maka ini semua bisa jadi boomerang,Ia percaya kalau Yami masih hidup, hal pertama yang ingin Finral lakukan adalah mencari keberadaan pria itu.

***

"Sepertinya hampir semua orang sudah mulai mengenalmu" Yami dan Charlotte telah selesai membagikan makanan kesetiap rumah rumah, jarak antar rumah cukup jauh dan bahkan ada rumah yang dekat dengan hutan.

"Yah lumayan, walaupun begitu ada juga orang yang kelihatannya tidak suka denganku" ucap Yami.

" Itu karena wajahmu terlihat kasar, coba sesekali cobalah kau tersenyum" saran Charlotte.

"Wajahku memang seperti ini, lagipula Aku hanya mau tersenyum pada orang yang aku suka saja".
Charlotte berhenti melangakah saat melihat kubangan air, yang besar, ia tidak bisa berjalan dan melangkah leluasa karena baju yang ia pakai. Charlotte mengangkat roknya lalu melompati kubangan air itu. Melihat kondisi itu membuat Yami tidak tahan, pria itu segera mengangkat tubuh Charlotte dan memangkunya.

"Begini lebih baik bukan?"
"Yami, apa yang kau lakukan, turunkan aku!"  ujar Charlotte.
"Kau terlihat kesulitan dengan rokmu, biarkan aku yang membawamu",

"Tapi..".  Charlotte ingin sekali protes, namun Yami melangkah begitu cepat, hingga ia kebingungan.  Selain itu ia menyentuh tubuh pria itu secara langsung
"Wajahmu memerah, ada apa?" tanya Yami. "Bukan apa apa"

Yami tersenyum dalam hati,

Ia merasakan tangan charlotte begitu halus dan agak kaku saat menyentuh tubuhnya.

perawan memang beda.

Dilihat dari reaksinya Charlotte begitu berbeda dengan perempuan yang sering ia temui. Wajahnya selalu memerah begitu alami, jarang ada wanita yang seperti itu.

Yami terpikir, apa Charlotte tidak punya keinginan untuk melepas keperawanannya pada seseorang?, contohnya orang terdekat yang saat ini tinggal bersamanya , mungkin.

TBC

UnhollyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang