BAB 13

183 18 5
                                    

Yami duduk disalah satu restorant mewah negeri Clover, sudah satu jam lebih, tapi orang yang seharusnya bertemu dengannya tak terlihat batang hidungnya. Mereoleona yang sudah bersolek pun menjadi was was. Ia takut Yami hilang kesabaran dan pergi.

"Yami, tunggulah beberapa saat, sepertinya jalanan cukup macet, itulah sebabnya dia terlambat datang".kata Mereoleona menenangkan.

Yami berdiri dengan wajah malasnya. "Kalau jalanan macet, seharusnya dia menghubungi kita,bukan?" pria itu mengambil rokoknya dan menyalakan pemantik.

"Aku bosan, sudahlah.. dia memang tidak berniat bertemu denganku" Yami langsung pergi menuju pintu keluar.

"Yami!, kau itu, bisa bersabar sedikit,tidak?. Calon istrimu akan datang, aku yakin itu"
"Ini sudah satu jam, lebih... buat apa aku menunggu orang yang bahkan tidak menginginkanku.." ungkapnya.

Mereoleona segera menyusul Yami yang sudah beranjak dari restoran

"Sudahlah nenek berhenti menjodohkan aku dengan wanita, pasti dia sudah tahu wajahku dan langsung kabur karena ketakutan. Aku juga punya harga diri.." kata Yami

Mereoleona merasa bersalah pada cucunya. tapi ia tidak akan berhenti mencari pendamping untuk cucunya. Bagaimana pun, Yami sudah seharusnya berkeluarga apalagi cucunya akan menjadi penerus keluarga.

Yami tidak seburuk itu,wajahnya saja yang agak menyeramkan, tapi Yami pria yang bisa diandalkan, apa zaman sekarang para wanita muda hanya melihat dari wajahnya?. Mereoleona sungguh tak bisa mengerti.

"Yami, aku baru ingat.. ada satu keluarga yang cukup tersohor, mereka berhutang banyak pada keluarga kita, dia punya puteri yang cantik dia sebentar lagi akan lulus sekolah perawat."

"Cantik?, yang jelek saja tidak mau denganku apalagi yang cantik!." keluh pria itu

"Ayolah Yami.. aku sudah bicara pada Ayahnya dan dia setuju. Puterinya begitu penurut, dia pasti mau denganmu" tutur mereoleona

"Jadi dia mau menikah denganku karena paksaan?, begitu?"

"Y-yaa..tapi, dia akan menikah denganmu, aku yakin.." ujar mereoelona tidak meyakinkan.

Keesokan paginya, Julius menemui mereoleona, pria itu memohon untuk dimaafkan. Yami mengetahui soal ini dari Finral. Iya sudah sadar diri sejak awal memang inilah yang akan terjadi.

Mereoleona cukup terkejut, ia bahkan tidak enak hati pada cucunya, pasti Yami begitu menderita.

"See, wanita itu malah kabur dari keluarganya."

"Jangan salah paham Yami, perempuan itu pergi karena tidak siap menikah, bukan karena menolak menikah denganmu..melainkan..."

"Ya, tapi sama saja.. Sudahlah.. aku menghargai usahamu nenek, tapi kau juga harus memikirkan perasaanku. Aku mendapat penolakan berkali kali, aku sudah cukup sadar untuk tidak menikah."

***

Charlotte meringkuk di ranjangnya cukup lama, sepanjang malam ia hanya bisa tertidur diranjang sambil mengingat kejadian itu. Charlotte menangis dan berpikir betapa berdosanya ia.

Rasanya ia tidak mau beranjak dari kamarnya. Ia terlalu malu untuk keluar.. apalagi jika harus berhadapan dengan Yami.

Apa yang harus ia lakukan sekarang... ia tidak mungkin mengadukan ini pada bapa atau orang lain.. ini adalah aib.

Charlotte merasa kondisi rumah saat ini cukup sepi, kalau Yami punya malu pria itu sekarang sedang pergi untuk merenungi perbuatannya
Dengan perlahan Charlotte menuruni ranjangnya, ia mengendap endap membuka pintu kamarnya,

"Hah.!" Charlotte tidak percaya dengan penglihatannya saat ini, ia dikejutkan dengan Yami yang sudah menunggu di pintu kamarnya. Perempuan itu terkejut dan nyaris terjatuh jika saja tangan Yami tidak menahannya.

"Charlotte!, aku sungguh minta maaf!. Kau tahu aku tidak bermaksud begitu!" pria itu tiba tiba menyergapnya persis seperti tahanan.

"Aku pikir,kita sama sama menyukainya, kau juga menginginkan ini bukan..? Kau suka ketika tubuhmu disentuh?.."
Kata Yami dengan tidak tahu malu mengatakan hal itu didepan Charlotte.

"Hentikan!, Yami kau benar benar tidak tahu malu!" Charlotte menutup kedua telinganya untuk menghindari polusi suara.
"Kau sudah melecehkan aku!." jeritnya.
"Aku pikir kau ingin di sentuh, karena wajah mu sering bersemu dan malu malu, kau juga diam diam sering melihatku" ungkap pria itu.

"Jelas jelas kau sudah hampir merudapaksa aku, tapi kau terus saja bilang seperti itu!"

"Baiklah, sekarang kau pikirkan sendiri, Kau marah karena dilecehkan atau kau terlalu malu karena kau sendiri diam diam menikmatinya?"

Charlotte menunduk malu, ia hanya diam dan menitikkan air mata.

"Jawab aku Charlotte.."

"Aku tidak boleh berbuat seperti ini,Yami! Mengapa kau tidak juga mengerti.." ucap Charlotte.

Yami mendengar ada sedikit nada frustasi dalam ucapannya. Iya yakin ini pasti karena statusnya Biarawati. Manusia pasti punya nafsu. tapi Yami tak mau terus memojokkan perempuan itu, karena ia juga bersalah karena memaksa Charlotte.

"Aku minta maaf Charlotte, Aku tidak bisa mengontrol nafsu."

Yami hanya bisa melihat kepergian perempuan itu, tanpa banyak bicara.

***

Yami mencoba merenungi perbuatannya pada Charlotte, instingnya tidak pernah salah kalau Charlotte menyukainya, tapi.. apa mungkin ia terlalu buru buru.

Mungkin perempuan seperti Charlotte harus diperlakukan lembut, ia juga bersalah karena cukup memaksa. Dia berusaha meminta maaf pun, Charlotte seperti tidak menggubris. Mungkin ada baiknya ia tidak perlu bicara pada Charlotte untuk sementara waktu.

TBC

UnhollyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang