Karna berdiri dan membiarkan hujan membasahi tubuhnya, kebetulan sekali sore itu hujan lebat tanpa ada kilat dan petir. Karna mengambil nafas lebih dalam saat air hujan menerpa wajahnya dan membuat ia sesak, persis seperti saat ia nyaris tenggelam, tapi ia tidak takut saat tangannya menggenggam tangan Yami."Bagaimana,lebih baik?" ujar pria itu.
Karna mengangguk, sebenarnya ia sedikit takut. tapi Yami mengatakan cara terbaik untuk mengatasi trauma adalah dengan air hujan. maka ia akan melakukan apapun untuk mengatasi traumanya.
Yami perlahan melepaskan tangan Karna.
"Jangan lepaskan tanganku" ujar gadis itu.
"Apa?" ulang Yami
"Aku bilang,jangan lepaskan tanganku" ulang Karna.
"Hmm, oke"
***
Charlotte pulang dari gereja setelah membersihkan sisa perayaan tahun baru semalam. Rumah begitu sepi dan tidak ada tanda tanda kehadiran orang lain. Walaupun sempit, biasanya Charlotte selalu membersihkannya, ia berpikir seharusnya Yami juga punya kewajiban membersihkan rumah, tapi kenyataannya, pria itu malah membiarkan tempatnya, kotor dan penuh sampah dimana mana, terpaksa ia yang harus membersihkan.
klek
"Masuklah"
"Baik, terimakasih. Oh Sister Charlotte. Aku pikir kau sedang berada di gereja. rupanya kau sudah kembali" kata Karna.
Charlotte melihat gadis itu bersama dengan Yami, dengan kondisi kebasahan. Ia melihat lantai ruangan yang sudah ia bersihkan menjadi kotor karena kehadiran dua orang tersebut.
Ia lelah sekaligus dalam keadaan mood yang kacau setelah perjamuan makan malam bersama keluarga Karna, ditambah lagi
"Ya Aku sudah pulang."
"Maaf aku malah mengganggu" tutur Karna sungkan.
"Tidak perlu merasa tidak enak, Karna. Anggap saja rumah sendiri. Bukankah ini rumah singgah, bukan rumah pribadi seseorang. jadi siapapun boleh berkunjung" ujar Yami
Charlotte tidak mengerti, mengapa Yami bersikap seperti ini, bukankah seharusnya ia yang marah karena perbuatan pria itu padanya, tapi mengapa pria itu malah berbalik bersikap sinis, dan mengatakan hal hal yang sedikit menyulut emosi.
Karna merasa kedinginan, karena baju yang basah dan udara byang mulai dingin.
"Kau kedinginan?, duduklah sebelah sini didekat perapian" ujar Yami. Yami, lalu menggosokkan kedua tangan Karna dengan tangannya.
"Sister Charlotte, apa kau punya baju?, tolong berikan pada Karna, dia sangat kedinginan"
Charlotte langsung melihat lemarinya lalu mengambil baju miliknya. Melihat Yami yang perhatian pada gadis itu , membuat Charlotte terluka. Berarti selama ini Yami sering melakukan ini pada semua perempuan. Pria itu hanya memanfaatkannya saja. Charlotte merasa terpukul batu menyadari hal ini, ia berusaha menahan tangisnya dan berupaya untuk bersikap normal
Charlotte langsung menaruh baju miliknya dimeja dengan acuh"Kau mau aku buatkan coklat panas?, atau Teh?"
Charlotte melirik sedikit, dan mendengar Yami menawarkan sesuatu pada gadis itu.
"Tidak perlu, Yami, aku tidak mau kau repot" jawab Karna.
"Kau kedinginan, kau butuh sesuatu untuk dimakan".Yami langsung menuju dapur, menyajikan teh hangat dan membuat makanan, dapur yang sudah dibersihkan oleh Charlotte kembali kotor lagi.
"Hmmm, makanlah" kata Yami.
Pria itu membawa dua cangkir teh dan roti panggang.
"Terimakasih Yami, sister Charlotte apa kau mau roti?" kata Karna menawarkan.
"Tidak aku sudah kenyang".
Charlotte kembali ke kamarnya dan berusaha menutup pintu yang tidak bisa tertutup. Ia tidak mau mendengar semua ucapan mereka berdua, tapi itu tidak mungkin..
"Hujannya masih juga belum reda.. " tutur gadis itu.
"Tenang saja, kau berada di tempat yang aman, nanti aku akan mengantarmu pulang"
Charlotte berbaring dikasurnya sambil merenungi semuanya. Selama ini ia kurang mendapat perhatian. Kehadiran Yami dengan segala godaan dan perhatian darinya, membuat ia tidak bisa berbohong kalau ia sedikit menaruh hati pada pria itu. tapi sekarang, ia melihat sendiri Yami sudah berbeda, sikap, perbuatan dan ucapannya berubah seratus delapan puluh derajat. Charlotte tak bisa membendung sakit hati yang sejak beberapa hari terakhir menyiksanya.
***
Charlotte mendengar suara pintu terbuka, sudah pasti itu Yami yang sudah mengantar Karna ke kediamannya.
"Yami, aku ingin bicara denganmu"
"Aku ingin mandi, lagi pula tidak ada yang perlu kita bicarakan"
Charlotte tersulut dengan perkataan pria itu, ia langsung menahan lengan Yami.
"Aku ingin berbicara serius denganmu!. Kau tidak bisa membawa seorang gadis bepergian kemana pun!" ujar Charlotte.
"Memangnya kenapa?. aku hanya mencoba menyembuhkannya. dia punya trauma yang sama denganku." kata Yami.
"tapi mengajaknya pergi dari pagi hingga malam?. Aku tidak bisa membiarkan kau dengan seenaknya mengajak Karna. Dia masih gadis dan lugu. Kau tidak boleh merusaknya!"
"Merusaknya?" Yami tersenyum sinis sambil menaikkan satu alisnya.
"Kau tidak bisa bedakan yah.. antara merusak orang dengan sama sama tertarik, wajar kau itu masih perawan, jadi tidak tau apapun soal ini.. biar aku beritahu Charlotte.. Karna itu sudah dewasa. Aku tidak mungkin merusaknya, kecuali jika gadis itu menginginkannya"
Plaakk
Charlotte melempar sebuah tamparan keras, ia sudah berusaha sabar, tapi ia tidak bisa menahan kekecewaannya.
"Kau brengsek.." Charlotte merasa dadanya begitu sesak. ini bukan lagi patah hati, tapi Yami sudah menghinanya, beberapa kali pria itu sering menyindir dan mengatakan hal yang menyakitkan."Kau tidak tahu apapun soal hidupku,mengapa kau selalu menghinaku.".Charlotte sedikit menangis
"E-ekhem, aku tidak menghinamu Charlotte, aku bicara kenyataan. Mengapa kau tiba tiba berusaha keras memisahkanku dengan Karna, kau cemburu,eh?."
Charlotte tidak tahu harus mengatakan apa. ia sudah begitu kecewa pada Yami.
Yami adalah cinta pertamanya.
dan pria itu juga patah hati pertamanya
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Unholly
RomansaCharlotte Roselei pergi dari kehidupannya, ia bersembunyi di daerah terpencil dan menawarkan diri sebagai biarawati selama bertahun tahun, sampai akhirnya ia bertemu pria asing yang tiba tiba ditemukan di pantai dalam keadaan hilang ingatan. Yami Su...