Nakulaisyah 06

600 45 4
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya vote dan follow akun wattpad ini. Jangan lupa juga untuk selalu beri dukungan pada author supaya tetap semangat untuk terus melanjutkan cerita Nakulaisyah sampai tamat.

***

Bunga tidak akan mekar jika tidak bertemu dengan mataharinya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Assalamu'alaikum, bu.”

“Wa'alaikumsalam, eh, Mbak Aisyah. Taro aja disana rotinya.”

Setiap kali Aisyah selalu mengantarkan roti tersebut ke kantin untuk di jual. Banyak sekali para murid maupun guru-guru yang menyukai rotinya. Bahkan mereka sering kali memborong roti buatan ibu Aisyah. Bu Sania—selaku penjual makanan di kantin itu memberikan kotak donatsu yang sudah kosong kepada Aisyah setelah menata isinya ke kotak donatsu lain.

“Kali ini 100 biji 'kan?” tanya bu Sania.

“Iya bu.”

Bu Sania merogoh kantong saku aapron yang dikenakannya dan menghitung jumlah uang roti yang terjual kemarin kemudian memberikan uang berjumlah seratus sembilan puluh delapan tersebut kepada Aisyah. “Roti kemarin sisa satu, ibu kasihkan anak ibu gapapa ya?”

“Gapapa bu. Yang penting gak terbuang sia-sia. Jadi nggak mubadzir.” ujar Aisyah tersenyum.

Setelah menerima uang hasil jual kemarin Aisyah pamit dan bergegas menuju kelasnya, XI MIPA 1 letaknya berada di lantai dua. SMA Airlangga punya 4 gedung. Gedung MIPA, IPA, IPS dan Bahasa. Fasilitas di sekolah ini pun sangat memadai. Jika kalian sedang buru-buru kalian bisa menaiki lift. Perpustakaan SMA Airlangga juga sangat luas, nyaman dan ber-AC. Sekolah ini sangat di minati banyak orang, namun hanya orang-orang beruntung yang bisa masuk ke sekolah SMA Airlangga. Kebanyakan para murid adalah anak-anak konglomerat. Nama orangtua mereka juga banyak di kenali masyarakat.

SMA Airlangga menerima Aisyah sebagai murid pilihan sebab nilai gadis itu sangat tinggi di semua mata pelajaran. Aisyah memang tidak mampu masuk ke sekolah ini, tapi pihak sekolah lah yang merekrutnya menjadi siswa berprestasi dan teladan. Aisyah mendapat beasiswa. Uang SPP, uang bangunan dll pihak sekolah yang menanggungnya sampai Aisyah lulus sekolah.

Aisyah merogoh saku seragamnya kala mengingat jika ia menerima uang dari Nakula. Lembaran biru yang tersimpan baik di saku seragam itu ia pandangi dengan lekat. Kemudian kakinya berbelok ke tangga menuju gedung IPA. Setaunya Nakula ada di jurusan IPA. Ia pernah melihat di lembaran kertas berisi anak-anak berprestasi dari peringkat satu sampai sepuluh yang tertempel di papan pengumuman.

NakulaisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang