“Kalau kedepannya ya masih sama. Perasaan gue ke Aisyah nggak akan pernah berubah. Mungkin menurut lo ucapan gue menggelikan. Tapi itu lah kenyataannya. Karena nggak ada siapapun yang bisa menggantikan posisi Aisyah di hati gue.”***
Setelah Aldynata menutup dan mengunci pintu, pria paruh baya itu lalu naik ke lantai dua memasuki ruang kerjanya. Dia mengunci diri. Langkah kakinya mendekati meja kerja. Kemudian Aldynata menelfon seseorang.
"Ada tugas untukmu. Tidak, ini bukan soal pekerjaan tapi diluar itu. Aku ingin kau mengawasi Nakula di sekolah. Selidiki orang-orang yang berhubungan dekat dengannya selain keempat temannya itu. Ya. Aku percayakan pekerjaan ini padamu, Mario."
***
Keadaan di kediaman Aldynata benar-benar kacau. Setelah Aldynata mengusir Nakula dari rumah Griselda tidak ada berhentinya menangis di ruang tamu ditemani Sadewa. Meskipun ia sudah memohon-mohon pada sang suami tetapi Aldynata sama sekali tidak menggubrisnya dan malah masuk ke dalam ruang kerjanya, mengurung diri disana. Sementara Freya melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh Aldynata. Mengurung diri. Freya sangat amat kecewa pada sang papa meski Aldynata telah melakukan yang menurutnya itu benar. Freya bahkan menatap sang Papa penuh kekecewaan. Gadis itu bahkan melayangkan kalimat kebencian kepada Aldynata.
"Aku benci sama Papa!"
Toh, Nakula sudah tidak sejalan lagi dengan mereka jadi untuk apa Aldynata mempertahankan Nakula bersamaan dengan rasa kecewanya yang menggebu?
Disisi lain Nakula berjalan tidak tahu harus kemana tanpa menggunakan alas kaki. Semua fasilitas yang ada digenggamannya telah disita oleh Aldynata. Yang ia bawa sekarang hanyalah seonggok tas serta papper bag berisi pakaian busana muslim yang diberikan Rahagi. Jarak antara rumahnya dengan rumah teman-temannya sangat jauh kecuali kost-kostan Shaka yang jaraknya hanya 1 kilometer dari rumahnya.
Walaupun membutuhkan waktu lama untuk sampai kesana tapi Nakula tidak mungkin pergi kesana dan merepotkan laki-laki tersebut. Di jam-jam segini Shaka pasti sedang kerja sambilan. Dia menghidupi kebutuhannya sendiri sebagai anak rantau jauh dari orangtua dengan keringatnya sendiri dan bekerja diseubuah cafe. Apalagi Nakula tidak membawa dompet. Jalan satu-satunya adalah sebuah masjid yang tak jauh dari pandangannya.
Nakula menunduk, merasakan kakinya yang sudah mulai pucat karena hawa dingin dimalam hari mulai menusuk ke tulang-tulang. Belum lagi perutnya keroncongan karena ia belum sempat makan malam. Yang bisa Nakula lakukan hanyalah duduk disana dibawah temaramnya lampu bersama dengan isi kepala yang sedang melalang buana.
Sekarang, ia sudah benar-benar terlihat seperti orang kaya yang baru saja dibuang.
Dia sudah tidak memiliki harapan lagi selain berdoa pada Tuhan agar diberi keselamatan. Nakula akan tidur semalaman disini sampai esok subuh. Mungkin jika ia tidak mendengar teriakan seseorang yang sangat Nakula kenali suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakulaisyah
SpiritualAisyah memiliki trauma tentang mengenal seorang pria. Dimana di hari kelulusan yang seharusnya menjadi hari paling membahagiakan Aisyah justru mendapatkan pelecehan seksual dari lelaki yang pernah disukainya. Lalu sebuah tragedi menimpanya dan membu...