Tidak ada alasan untuk membalas perbuatan keji seseorang kepada kita. Cukup lihat dan tunggu karma yang akan datang.
***
“Aisyah, gue balik duluan ya? Lo, gapapa, 'kan, kalau gue tinggal sendiri?” Nesta sudah menyangklong tas, bersiap untuk pulang lebih awal. Katanya ada urusan mendadak.
Aisyah mengangguk. Tidak mempermasalahkan hal tersebut. Lagipula masih ada para murid yang tinggal di halte. Jadi Aisyah tidak merasa sendiri lagi. Lihat saja di samping kanan dan kiri Aisyah ada beberapa murid yang menunggu jemputan datang.
“Gapapa, Nesta. Kamu hati-hati ya di jalan.”
“Oke. Lo juga hati-hati. Nanti kalau udah sampai langsung chat gue ya.”
Setelah berpamitan Nesta dan kendaraan roda duanya sudah melesat dari area sekolah. Kini Aisyah duduk di halte bersama para murid lainnya. Kepala gadis itu menolej ke kanan ke kiri, menunggu angkutan umum yang tak kunjung lewat. Daripada bosan, Aisyah bermain ponsel saja. Kening gadis mengernyit saat tidak menemukan ponselnya di saku baju putihnya.
“Eh, hape aku kemana.” gadis itu berusaha untuk tenang. Sebab jika hati grasak-grusuk maka ponselnya tidak akan ketemu. Aisyah mengingat lagi sebelum ia keluar. Tidak ada tempat lagi selain kelas dan kantin mengambil kotak donatsu.
“Kayanya ketinggalan di kelas. Masuk lagi aja deh, semoga angkotnya belum dateng.” Aisyah lekas masuk lagi kedalam untuk mencari ponselnya.
Sekolah sudah mulai sepi. Satu persatu murid sudah membubarkan diri. Namun ada juga yang masih menetap disekolah, yaitu anak-anak ekstrakulikuler. Ketika Aisyah menyusuri koridor, anak laki-laki dan sebagian ana perempuan tengah berkumpul menggunakan seragam ekskul mereka. Ada juga yang memilih tetap stay di tribun sekolah sembari makan jajan. Kelas kosong dan tidak ada siapapun. Beruntung penjaga sekolah belum mengunci kelasnya. Aisyah menghela napas lega saat netranya menemukan benda pipih itu tergeletak di kolong meja.
“Ya Allah untung aja nggak ilang.” gumam gadis itu. Setelah itu ia berjalan keluar kelas.
“Hai!” sapa seseorang, Aisyah terkejut.
“Astagfirullah.”
Dia adalah gadis yang ia tabrak tadi di kantin. Ratu Amerta.
“Aisyah, 'kan, nama lo?” tanya Amerta bersama senyuman manisnya.
“Betul, Kak, nama saya Aisyah. Ada apa ya? Oh, kalau Kakak mau saya ganti biaya laundry seragamnya besok aja gapapa? Uang saya ada buat pulang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakulaisyah
SpiritualAisyah memiliki trauma tentang mengenal seorang pria. Dimana di hari kelulusan yang seharusnya menjadi hari paling membahagiakan Aisyah justru mendapatkan pelecehan seksual dari lelaki yang pernah disukainya. Lalu sebuah tragedi menimpanya dan membu...