Nakulaisyah 27

331 32 0
                                    

Nakula membuka kotak bekal itu untuk Aisyah kemudia untuk dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nakula membuka kotak bekal itu untuk Aisyah kemudia untuk dirinya. Pergerakan tangan yang amat pelan dan penuh kelembutan tak luput dari pandangan Aisyah. Nakula meletakan satu kotak bekal di hadapan Aisyah. Dalam hatinya Aisyah bertanya-tanya. Kenapa Nakula rela melakukan hal ini kepadanya. Kenapa Nakula sering sekali berbaik hati kepadanya. Bukankah cerita awal Aisyah berhutang budi kepadanya?

"Kalau lo liatin doang nanti nasinya lari," Nakula membuyarkan lamunannya.

Aisyah mengernyitkan dahi melihat isi kotak tersebut. Nasi yang dibentuk menyerupai itik bewarna kuning dan putih. Kemudian sosis dan buah-buahan ditata rapi pada tempatnya. Bekal tersebut jauh dari kata yang namanya bento untuk orang dewasa. Justru malah lebih ke bekal anak TK.

"Kenapa bentuknya harus itik?" tanya Aisyah.

Nakula menoleh. Menaruh sumpit diatas tutup kemudian menatap Aisyah seraya menyungging senyum. "Waktu gue lagi buat ini, gue bingung. Terus tiba-tiba inget muka lo yang lagi kesel." katanya membuat Aisyah langsung menoleh kesal. Bagaimana tidak? Dirinya disamakan oleh anak ayam.

"Jadi maksudnya saya kaya anak ayam?"

"Nggak, bukan gitu." jeda sesaat. "Lo lucu kalau lagi kesel." Nakula menutup mukanya yang memerah.

Aisyah langsung membuang muka saat melihat daun telinga Nakula yang memerah. Tanpa sadar wajahnya pun ikut merona. Secepatnya Aisyah beristighfar dalam hati. Jangan sampai setan merasukinya lagi. Keduanya kini makan dalam keheningan. Nakula maupun Aisyah sama-sama tidak membuka pembicaraan.

"Aneh." Aisyah tiba-tiba membuka pembicaraan. Nakula sontak menolehkan kepala kebingungan.

"Aneh kenapa? Makanannya nggak enak?" tanyanya penuh cemas. Ia takut jika rasa masakannya tidak enak di lidah Aisyah. Aisyah menggelengkan kepala.

"Akhir-akhir ini saya udah nggak lagi diganggu sama kakak kelas itu."

"Bukannya bagus? Karna udah nggak ada lagi yang nindas lo suasana jadi tentram."

"Iya sih. Saya juga lega."

"Ada beberapa hal yang paling gue benci di dunia ini. Orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaannya, mereka seenaknya menekan dan menindas orang yang lemah seperti kita. Mereka nggak tau kalau diatas langit masih ada langit. Ada orang yang jauh lebih kuat dari dirinya sendiri." Nakula meletakan sumpitnya.

"Apakah dengan menindas orang lemah mereka akan puas? Apakah mereka nggak merasa bersalah sedikitpun? Padahal banyak batin yang mengalami trauma karna mereka. Sesaat. Mereka menindas hanya sesaat. Tapi bayang-bayang penindasan itu akan selalu dibawa sampai kita beranjak dewasa, tua dan meninggal. Kenangan yang akan selalu menjadi mimpi buruk setiap malam gak akan pernah hilang meskipun mereka minta maaf ke kita." ia mengepalkan tangan dengan kuat. Sorot matanya tampak penuh amarah.

"Dulu, gue memang nggak pernah perduli sama keadaan seseorang. Mau mereka dibully atau dikucilkan itu bukanlah urusan gue. Gue mikir apa orang yang kuat selalu seperti itu. Bukannya tugas orang kuat itu melindungi orang yang lemah?" Nakula menatap obsidian legam Aisyah. Mata yang teduh membuat hatinya langsung menghangat. Seketika emosi yang baru saja meluap itu reda. Lama sekali mereka saling bersitatap, sampai akhirnya Aisyah memutuskan kontak matanya dengannya.

NakulaisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang