Waktu liburan telah usai. Kini para murid Airlangga High School disibukan kembali dengan kegiatan sekolah. Karena hari ini masa belajar belum efektif para siswa kelas 11 dan 12 bebas berkeliaran di sekolah, melihat para calon murid mereka yang kini sedang di berbaris di lapangan melakukan kegiatan ospek. Nakula yang sekarang sudah keluar dari OSIS masih mempunyai tanggung jawab pada organisasi tersebut.
Walau Nakula sudah tidak lagi menjabat sebagai ketua OSIS alias sudah lengser sekarang tengah memantau para anggota OSIS yang dikendalikan oleh adik kelasnya dari bawah pohon seraya memasukan kedua tangan kedalam saku celana abu-abu. Memang Nakula sudah tidak lagi menjabat sebagai ketua OSIS tapi dia akan membantu adik kelasnya ketika ada kesusahan.
Sementara di lantai paling atas yaitu lantai yang dihuni anak-anak kelas 12. Sadewa bermain game di ponsel sambil membuat balon dari permen karet sementara headphone putihnya digantung di lehernya, Gibran, Aslan dan Shaka tengah memperhatikan adik kelas mereka di bawah sana sambil bersiul menggoda, lalu Sadipta bersandar pada tembok pembatas tengah menonton sebuah anime melalui earphone dengan tenang. Dia sama sekali tidak peduli dengan siulan teman-temannya yang tengah memperhatikan cewe-cewe cantik dibawah sana.
"Wuuuww... baru masuk sekolah udah di suguhin kek begini mah gue bakal masuk terus!" Shaka bersiul melihat salah satu siswi berbaris paling belakang menggunakan seragam ketat. Wajahnya yang rupawan dan rambutnya yang paling bawah itu bergelombang.
"Dip, Wa! Lo nggak tertarik liat adkel kita?" tanya Shaka.
"Males. Paling bentukan mukanya kek tante-tante!" sahut Sadipta, dia sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari ponsel.
"Anjir deep!"
"Adkel kita emang cantik-cantik, tapi lebih cantikan Ririn. Ya, nggak, Rin?" Ririn-teman sekelas mereka yang kebetulan keluar dari kelas, melotot galak ke Sadewa. Ririn memang satu-satunya perempuan galak yang ada dikelasnya. Maka dari itu dia selalu dinobatkan menjadi bendahara kelas karena sifatnya.
“Apaan?!” sewot Ririn.
Ririn Ratnawati satu-satunya primadona di kelas IPA 1 karena pawakannya yang berisi, putih, bersih, dan cantik banyak digandrungi anak laki-laki di kelasnya. Selain itu Ririn diam-diam menyukai Sadipta—si pecinta anime. Biasanya gadis seperti Ririn menyukai laki-laki berduit dan wangi, namun hatinya justru jatuh pada si ketua kelas. Sayangnya Sadipta terlalu menutup diri jadi Ririn tidak bisa mendekatinya.
“Elo, 'kan, suka sama—” sebelum Sadewa melanjutkan Ririn sudah membekapnya terlebih dahulu sambil melototkan matanya.
Tersenyum layaknya madu, Ririn berbisik tajam tepat disamping telinga Sadewa. “Lo jangan bilang siapa-siapa kalau gue suka sama Sadipta, ya! Awas aja kalau tuh mulut lemes!” ancam Ririn.
Menyibak kipas bulu bewarna merah, Ririn berlalu dengan wajah tersipu saat melintasi Sadipta yang mengangkat sebelah alisnya, melihat kegaduhan kecil antara Sadewa dan Ririn.
“Minimal gosok gigi dulu kali, Rin! Percuma wajah cantik tapi mulut bau pete.” seloroh Sadewa, mencapit hidung menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
Refleks Gibran tertawa paling keras, hampir saja dia tersedak ludah sendiri. “Cantik doang tapi makan pete! Sialan.”
Disisi lain, tepat di bawah pohon rindang Nakula sedang melihat daftar catatan siswa yang tidak memakai atribut lengkap yang sudah dicatat oleh Ridho—ketua OSIS baru. Biasanya siswa-siswi yang tidak memakai atribut lengkap akan dipisahkan barisannya di barisan paling ujung.
“Banyak juga yang nggak pake atribut,” gumam Nakula. Matanya melirik ke arah anak-anak sembari mengusap hidung.
Ridho memijit keningnya pusing. Ini baru kali pertama Ridho mengurusi hal seperti ini. Jika ia harus berhadapan dengan pilihan mengerjakan proposal untuk acara atau berhadapan dengan murid-murid ospek maka Ridho akan memilih opsi pertama. Dia lebih suka pusing memikirkan proposal kegiatan acara di dalam ruangan daripada harus panas-panasan di lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakulaisyah
SpiritualAisyah memiliki trauma tentang mengenal seorang pria. Dimana di hari kelulusan yang seharusnya menjadi hari paling membahagiakan Aisyah justru mendapatkan pelecehan seksual dari lelaki yang pernah disukainya. Lalu sebuah tragedi menimpanya dan membu...