Nakulaisyah 53

166 19 13
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan komennya guys🤎

***

Nakula dan Gibran sedang duduk berdua di ruang tamu. Ditemani secangkir kopi hitam untuk Gibran dan teh hangat untuk Nakula, serta cemilan ringan yang tersedia di meja tamu. Mereka berdua sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing. Nakula sibuk dengan buku dan ponselnya, ia menanti balasan chat dari Aisyah, sementara Gibran sibuk bersama laptopnya. Ya, mereka tengah menyelidiki soal Kienan secara diam-diam tanpa sepengetahuan teman-teman mereka.

Masih banyak hal yang harus Nakula cari tahu tentang siapa Kienan. Mengapa Aisyah begitu ketakutan saat bertemu dengan Kienan. Nakula tidak ingin berspekulasi hanya dengan omong kosong. Maka dari itu ia menyuruh Gibran untuk menyelidikinya. Persetan dengan privasi. Karena sangat tidak masuk akal jika Kienan berhasil lolos tes di AHS secara sekolah itu adalah sekolah bergengsi dan sangat ketat akan kasus-kasus.

Nakula menghela napas saat pesannya tak kunjung mendapat balasan dari Aisyah. Mau sampai kapan gadis itu terus menghindarinya karena salah paham. Menyebalkan. Baru kali ini Nakula terlihat uring-uringan memikirkan seorang gadis yang berhasil mengambil hatinya.

Sementara Gibran yang merasa terganggu karena sejak tadi Nakula terlihat gelisah dan selalu menghela napas sontak melirik pada lelaki itu. Fokusnya jadi terpecahkan.

"Kenapa si? Ngas ngos mulu. Asma mendadak lo?" celetuk Gibran.

Nakula hanya mengangkat kepalanya sekilas. Diletakannya ponsel miliknya tepat disampingnya. Lalu Nakula kembali fokus pada bukunya.

"Kalo grupnya berisik tinggal mute aja kenapa si!"

"Udah gue mute sejak lo masukin gue ke grup!" jawab Nakula.

Nakula memiliki ponsel dua. Ponsel yang biasanya dipakai telah disita oleh Papanya—Aldynata. Tapi Aldynata tidak tahu bahwa ponsel lama miliknya masih tersimpan di lemarinya. Walaupun ponsel itu pernah dipakai sejak zaman dirinya menduduki bangku SMP tapi kondisinya masih bagus. Masih bisa digunakan. Namun harus tetap ganti kartu karena kartu lamanya sudah hangus. Yang hanya mengetahui ponsel itu adalah Sadewa. Maka dari itu ketika kembarannya datang ke sekolah, dia membawa ponsel miliknya yang sudah diganti kartu perdana serta seragam sekolah dan buku-buku miliknya.

"Temen-temen lo freak semua, jadi wajar kalau mereka heboh kaya orang gila karena yang mereka tau ponsel lo disita ama Om Aldy."

"Berarti lo juga sama," ujar Nakula.

"Sama apa?" tanya Gibran sembari mengernyitkan alis. Pikirannya sedang tidak fokus saat ini.

"Sama-sama freak." ujar Nakula dengan santai.

"Yeu, sialan lo!" Gibran lantas melempar bantal sofa ke arah Nakula yang langsung ditangkap baik oleh pemuda itu.

Nakula hanya terkekeh ringan sebelum akhirnya ia kembali fokus pada bukunya.

"La, La! Lo harus ini, La!" heboh Gibran memukul lengan Nakula membuat fokus belajar Nakula jadi terbuyarkan.

"Kenapa?" Gibran menggeser laptopnya ke arah Nakula.

Nakula menatap layar dengan seksama. Rupanya Gibran telah menemukan bukti kasus Kienan. Pria itu memang bisa diandalkan. Berita tentang kasus pelecehan seksual dan percobaan pemerkosaan yang pernah gempar di salah satu sekolah menengah pertama. Peristiwa itu terjadi saat sekolah mengadakan sambutan pelepasan murid di salah satu tempat megah yang ia yakini bahwa itu adalah sebuah rumah. Entah milik siapa rumah itu yang pasti dia adalah orang berada.

"Ini Aisyah, 'kan?" tanya Nakula untuk memastikan lebih jelas lagi.

"Iya, itu Aisyah."

"Dulu berita itu sempat gempar sebelum akhirnya di takedown. Gue cukup kesulitan nyari tu berita. Dan lo harus liat siapa laki-laki yang lagi digiring sama polisi. Yeah, that guy is Kienan. Walaupun penampilannya beda dari yang sekarang gue yakin 100% kalau itu Kienan." ujar Gibran panjang lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NakulaisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang