Nakulaisyah 09

506 49 3
                                    

“Umur kita memang terpaut jauh. Tapi cinta tidak saling memandang umur, bukan?”

***

Bagaskara Rahagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaskara Rahagi. Dia adalah seorang guru ngaji di salah satu TPQ tempat Tegar mengaji. Sebut saja namanya Mas Rahagi. Mas Rahagi sekarang berumur 24 tahun, ia masih single. Sebenarnya banyak sekali murid-muridnya yang menyukai Mas Rahagi. Selain tampan Mas Rahagi adalah laki-laki yang sholeh, tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim dan suaranya ketika mengaji sangat merdu. Mas Rahagi memiliki tubuh semampai, senyuman yang manis, dan tatapan mata yang lembut.

Rahagi mengenal Aisyah ketika gadis itu menjadi muridnya. Tiga tahun mengenal Aisyah tanpa sadar Rahagi menaruh rasa kepada gadis yang umurnya sangat jauh darinya. Namun tak menutup kemungkinan Rahagi sangat sedih saat Aisyah memilih berhenti mengaji di TPQ Al-Mutaqin. Rahagi tidak tahu kenapa Aisyah mendadak sekali keluar dari sana. Ketika ditanya gadis itu selalu menjawab tidak ada yang harus dipikirkan, Aisyah hanya ingin belajar dengan giat demi mendapatkan beasiswa di salah satu sekolah ternama demi mimpi sang Ayah.

Rahagi juga tidak bisa mencegah jika itu sudah menjadi pilihan Aisyah. Selama dua tahun pula ia tidak mendengar kabar Aisyah. Rahagi selalu mencemaskan gadis itu. Gadis pujaan hatinya, cinta pertamanya. Iya, Rahagi menyukai Aisyah dalam diam. Ia tidak memiliki keberanian mengungkapkan perasaannya pada Aisyah karena terlalu takut jika Aisyah akan menjauhinya. Sebagai seorang muslim lelaki dan perempuan yang bukan mahramnya jika berdekatan hukumnya haram, begitu pikirinya.

Lalu tiga minggu yang lalu Aisyah kembali lagi bersama adiknya, Tegar. Aisyah mengantar Tegar mengaji ditempat yang sama. Saat itu juga perasaan Rahagi terlampau senang. Setelah sekian lama tak bertemu akhirnya ia bisa bertemu Aisyah kembali. Tapi ada yang sedikit berbeda dari Aisyah. Gadis itu seolah memberi jarak yang jauh dan dinding yang sangat tinggi. Aisyah memang masih bersikap seperti biasa, akan tetapi perubahan sikapnya sangat berbeda. Jika dulu mereka bisa saling berbicara leluasa sekarang hanya berbicara satu menit atau dua menitan. Setelah itu Aisyah pulang. Seperti itu terus sampai saat ini.

Rahagi memandang kepergian Aisyah dengan sorot penuh kerinduan.

“Jujur saja seandainya kamu tau, Aisyah, saya menyukai kamu. Tapi kamu memilih untuk menutup hati kamu dari laki-laki lain.” lirih Rahagi.

***

“Asslamu'alaikum.” Aisyah baru saja tiba di rumah.

“Wa'alaikumsalam. Loh dari mana kamu, Aisyah?” ternyata Ibu sudah pulang. Lantas Aisyah mengamit tangan Ibu dan mencium telapak tangan beliau.

“Habis nganter Tegar ngaji. Ibu kapan pulang?”

“Barusan. Ibu baru selesai sholat Ashar. Kamu udah sholat?”

NakulaisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang