Nakulaisyah 35

348 19 3
                                    

RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR DISETIAP PARAGRAF BISAA??

Absen kalian baca Nakulaisyah jam berapa?

No sider please. Komen kalian adalah suatu bentuk semangat aku buat terus nulis.

Happy reading!

****

"Lusa besok hari terakhir lo kerja disini, ya?" Nilam menopang dagu diatas meja kasir, menatap Aisyah yang sedang membantu Mas Pramudya beres-beres closingan cafe. 

"Iya, lusa aku udah nggak kerja lagi." katanya. 

"Terus soal tawaran Mas Devka itu gimana jadinya? Lo terima?"

"Aisyah, nanti tolong cuciin shaker sama gelas, ya!" titah Mas Pramudya. "Gue mau ke gudang  dulu," lalu setelah itu Mas Pramudya pergi ke gudang untuk stok barang.

"Oh, iya, Mas, siap!" Aisyah mengangguk lalu kembali menatap Nilam. "Aku udah diskusi sama Ibu aku, Nil. Mas Devka minta aku untuk kerja disini lagi. Tapi, nanti setelah lulus. Soalnya aku juga harus fokus belajar buat persiapan ujian nanti," jelas Aisyah.

"Iya ya, lo harus ujian nanti. Hhh, enaknya bisa ngerayain kelulusan bareng teman-teman. Gue mah boro-boro. Pertengahan semester keluar, cari kerja buat ngidupin adek-adek gue."

"Loh emang kenapa kamu nggak mau lanjutin sekolah lagi?" tanya Aisyah. 

Nilam tersenyum pilu, "Pertengahan kelas 12 gue dapet kabar nyokap meninggal. Gue anak yatim piatu. Mau nggak mau yah gue harus hidupin adek-adek gue yang masih kecil. Jadi, gue mutusin buat keluar dari sekolah aja buat nyari kerjaan. Susah sih nyari kerjaan di kota gede kaya gini yang harus mentingin ijazah." 

Aisyah membekap mulut dengan tangan, terkejut mendengar cerita Nilam. Nilam yang selama ini selalu menebar canda tawa rupanya berusaha menutupi luka di hatinya. 

"Innalillahi wa innaillaihi rojiun. Aku turut berduka ya, Nil."

Nilam tertawa kecil. "Makasih, Syah." 

"Untungnya gue bisa kenal Mas Devka disini. Dia nggak perduli sama status pendidikan gue. Denger cerita kalau gue lagi butuh kerjaan dia langsung kasih gue kerjaan disini. Mas Devka itu baik banget walau agak slengean tapi dia nggak pernah pandang kami sebagai bawahan. Dia pernah cerita juga ke kami katanya pas masih sekolah dia kerja di klub jadi bartender. Gila ya!"

Entah kenapa, Aisyah merasa jika Nilam tengah mengalihkan topik pembicaraan. 

Nilam berbalik, kini menyangga tubuh dengan kedua sikunya. "Selain baik, di mata gue Mas Devka itu keren. Mas Devka yang gue kenal slengean itu tiba-tiba jadi kerasukan Mario Teguh masa?" Nilam terkekeh kecil.

"Sekeras apapun dunia menolak kamu untuk menjadi bagiannya, jangan pernah putus asa atau sesekali mencelakai diri kamu sendiri. Kita nggak tau bagaimana nasib kita kedepannya kalau seandainya kita nekat karena ngeluh sama masalah hidup. Hidup itu emang kadang suka bercanda, Nilam. Kadang bikin kita sedih tapi besoknya kita ketemu sama orang-orang baik yang bikin suasana hati kita membaik. Atau kamu liat sesuatu yang bisa bikin kamu ketawa ngakak dan melupakan semua masalah yang sudah berlalu, ya silahkan ketawa aja sampai kamu puas. Asal, jangan punya pikiran untuk berhenti hidup. Tanpa kamu sadari masih banyak orang yang jauh lebih menderita dari kamu. Lupakan semua apa yang terjadi dalam hidup kamu dan ikhlaskan mereka yang sudah meninggalkanmu."

"Kamu masih punya adik, 'kan? Walaupun kamu menolak untuk hidup seenggaknya bertahan lah demi adik-adik kamu."

Seketika Nilam menitihkan air mata kala mengingat ucapan Devka saat itu. Aisyah yang mendengar pun ikut menangis. Betapa kuatnya Nilam saat itu menopang hidupnya tanpa bantuan dari orang tuanya sampai detik ini. Dan Aisyah baru menyadari jika Nilam adalah anak pertama dan memiliki seorang adik yang sama sepertinya. 

NakulaisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang