Nakulaisyah 48

816 16 8
                                    

Pukul 9 malam, sambungan telfon dengan Nesta masih terhubung. Sudah 1 jam lamanya Nesta bercerita berbagai banyak hal. Ia yang tidak tidak tahu caranya memasak tiba-tiba saja bertanya pada Aisyah tentang resep makanan yang enak. Ia yang tidak bisa membedakan antara perbawangan pun bertanya pada Aisyah apa bedanya bawang merah, bawang putih dan bawang bombay. Sejujurnya Nesta bertanya demikian karena dia ingin belajar memasak. Mulai dari jenis  makanan yang mudah mungkin selanjutnya bisa membuat makanan berat.

Selama ini Nesta sama sekali tidak pernah menyentuh dapur. Semua kebutuhannya tersedia sebab ada pembantu di rumahnya. Nesta ingin makan, pembantu yang membuatkan. Jadi dalam hal perbumbuan nilai Nesta nol besar.

"Gue takut kalau masakan gue nanti gak enak. Takut nanti keluarga gue pada kena diare semua karena gue masukin banyak garem atau micin ke dalem masakannya,"

Selama mereka menelfon, Aisyah juga nyambi mengerjakan latihan soal. Walaupun demikian Aisyah sama sekali tidak terganggu dengan ocehan Nesta. Justru ia malah suka karena bisa memberikan ilmunya pada sahabatnya itu.

"Gak apa-apa. Namanya juga belajar. Baru pertama kali masak wajar kalau salah. Seenggaknya kamu bisa belajar dari kesalahan itu. Apa yang perlu dikurangi dan apa yang perlu dimantapkan. Dengan begitu kamu jadi bisa dan nggak manja."

"Tapi, tumben banget kamu pengin belajar masak. Ada apa gerangan nih? Nggak mungkin, 'kan, kalau cuma buat cicipan keluarga kamu karena kamu lagi belajar masak?"

Di seberang sana terdengan suara kekehan Nesta. Kekehan yang teredam suara bantal menandakan dia tengah tersipu malu.

"Sebenernya gue pengin buatin sesuatu buat Nakula. Lo tau 'kan kalau dia tuh jago masak karena nyokapnya chef di restoran ternama? Gue pengin buatin sesuatu yang spesial buat Nakula. Makanya gue tanya elo! Enaknya gue bikin masakan apa ya buat Nakula? Lo ada ide  gak, enaknya bikin apa? Jangan yang susah-susah deh. Gue gak suka ribet orangnya."

Seketika jantung Aisyah nyaris berhenti berdetak kala Nesta mengingatkannya tentang laki-laki itu. Aisyah masih mengingat dengan jelas bagaimana Nakula memalingkan wajahnya ketika berada di kantin. Bahkan saat mereka tidak sengaja berpapasan Aisyah dibuat heran sebab Nakula tidak menyapa atau sekedar memanggil namanya. Dengan wajah datar dia terus berjalan sambil mendengarkan musik melalui airpod. 

Aisyah meremat bolpoinya dengan erat. Ada perasaan mengganjal dihatinya. Entah apa itu. Aisyah merasakan sakit yang amat sangat luar biasa. Seperti ketidakrelaan?

"Aisyah? Lo masih belum tidur, 'kan? Ihh jangan-jangan gue ditinggal tidur nih?!" 

Pada akhirnya Aisyah kembali pada alam sadarnya. Dia menggelengkan kepala lalu menjawab sambungan telfon Nesta. 

"Nggak. Aku belum tidur kok. Dari tadi buktinya aku dengerin kamu curhat. Emm gini ... kalau soal makanan kamu tau Nakula suka jenis makanan yang apa? Manis atau asin?" tanyanya.

"Hmmm, manis atau asin ya? Gue juga bingung nih. Udah lama juga gue nggak main kesana. Sekedar ngobrol pun ya ala kadarnya." Nesta melenguh sesaat. "Eh, tapi, tapi, tapiii dia suka banget nasi goreng! Ah, iya gue baru inget, makanan favorit dia tuh nasi goreng seafood!"

Nasi goreng ya. Pantas saja laki-laki sering sekali memesan nasi goreng di kantin. Rupanya makanan itu adalah makanan favoritnya. 

"Yaudah kalau gitu kamu buat aja nasi goreng. Lagipula bahan-bahannya juga simple kok. Nanti aku kirim resepnya lewat chat ya," ujar Aisyah. 

"Nasi goreng mah gue bisa kali. Tinggal pake bumbu racik aja, simple!"

Memang sesuatu yang dibuat secara instant itu mudah dan pekerjaan kita jadi cekatan. Tapi jika ingin memberikan sesuatu untuk orang yang spesial dalam hidup kita, dia juga harus merasakan usaha kita dalam membuat sesuatu untuk membuatnya terkesan.

NakulaisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang