Menjalin ikatan persahabatan selama puluhan tahun sudah pasti kita tahu seperti apa latar belakang keluarganya. Dua keluarga yang sudah saling mengenal. Ditambah lagi rumah mereka berdekatan dalam satu komplek yang sama. Nesta menggulir layar ponselnya menampilkan sebuah foto bersama si kembar-Nakula dan Sadewa. Dari foto mereka waktu kecil, kepindahan Nesta ke Bandung, dan foto pertemuan mereka di satu sekolah yang sama.
Saking terbuainya memperhatikan foto-foto tersebut sangat lama, Nesta semakin bernostalgia. Dia tidak mengindahkan teriakan sang adik untuk bermain bersamanya di pesisir pantai. Nesta benar-benar tidak mood lagi sekarang. Ketika dia menzoom foto Nakula entah kenapa seperti ada rasa asing pada dirinya. Perasaan yang tidak seharusnya ada dalam sebuah ikatan persahabatan yang sudah terjalin lama. Tanpa sadar dia terjebak pada haluannya sendiri.
Melihat Nakula dan Aisyah semakin lama semakin dekat entah mengapa membuat Nesta cemburu. Dia tidak mau jika Nakula dimiliki oleh siapapun selain dirinya. Nakula tidak boleh berinteraksi dengan perempuan lain selain dirinya. Nakual adalah miliknya, sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah. Nakula, Sadewa dan Nesta adalah sahabat sejati.
Maka dari itu Nesta tidak akan membiarkan siapapun mendekati Nakula Argantara Mahendra.
***
Selama lima hari di Brazil Nakula mendapatkan banyak hal yang ia pelajari disini. Dia juga sudah di perkenalkan secara resmi sebagai penerus ketiga kepada para kolega Aldynata. Namun, ada satu hal yang mengganjal dalam hatinya. Seperti apa yang dikatakan Gabriel, jika ingin menjadi seorang penerus maka kita harus siap berhadapan dengan musuh yang menyamar menjadi orang terdekatnya.
Menjadi seorang CEO bukanlah pekerjaan yang gampangan. Menjadi seorang CEO harus siap mengemban beban yang besar. Contohnya persaingan antar perusahaan. Nakula yang dinobatkan sebagai calon penerus mendapat perhatian penuh dari orang-orang kantor, rekan kerja Aldynata, dan para investor. Bukan hanya bisikan penuh puja dari perempuan, Nakula juga mendapat bisikan tak mengenakan. Nakula tetaplah Nakula. Dia tidak memperdulikan cibiran mereka.
Dengan raut tenang dia berjalan bersisian bersama Mario menuju lift. Nakula memasukan kedua tangan ke dalam saku celana bahan, memasang wajah datar seperti biasanya. Selama berjalan di lorong kantor, tidak ada henti-hentinya karyawan bule itu berbisik soal Nakula, Nakula dan Nakula.
Bagaimana tidak? Mereka baru pertama kali melihat calon penerus perusahaan ini. Ditambah lagi pawakannya yang gagah dan tampan membuat mereka betah melihatnya secara terang-terangan penuh raut binar. Memang bibit seorang Damian Abraham tidak kaleng-kaleng.
"Sepertinya para gadis disini menyukaimu." bisik Mario.
"Gunanya mata memang untuk melihat." Nakula menjawab dengan lugas.
"Dasar kau ini memang tidak peka seperti ayahmu. Apa kau tidak tertarik berkencan dengan seorang wanita, kiddo?"
"Ngomong-ngomong di umurmu yang sudah uzur ini mengapa kau masih melajang, Uncle? Aku rasa yang paling membutuhkan kencan adalah kau, bukan aku." kata Nakula memutar pertanyaan Mario.
"Dasar bocah ini!" Mario mendengkus kasar. "Tugasku adalah mengabdi pada Tuan Damian dan Ayahmu. Aku tak punya cukup waktu untuk berkencan dengan perempuan. Aku lebih suka bekerja, mencari uang untuk diriku sendiri."
"Menikah itu bukan suatu persoalan kebahagiaan saja. Apa kau tau alasanku tidak ingin menikah, kiddo? Aku tidak ingin jika suatu saat nanti keluargaku mengalami hal yang sama seperti apa yang aku alamai dahulu. Aku adalah anak dari korban kekerasan orang tua." Mario mulai berceloteh. Nakula sontak menoleh terkejut mendengar penuturan Mario. Pria paru baya itu hanya tersenyum mendapati reaksi tidak biasa dari Nakula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakulaisyah
SpiritualAisyah memiliki trauma tentang mengenal seorang pria. Dimana di hari kelulusan yang seharusnya menjadi hari paling membahagiakan Aisyah justru mendapatkan pelecehan seksual dari lelaki yang pernah disukainya. Lalu sebuah tragedi menimpanya dan membu...