PART - 40

163 21 3
                                    

Secara perlahan wajah Jin mulai mendekati Sowon, sedangkan Sowon hanya bisa terpaku diam lalu menahan nafas saat bibir mereka akan bersentuhan sebentar lagi.

Dia bersiap sambil menutup mata, nafas hangat Jin sudah terasa di atas bibirnya itu. Dan....

Duarr! Momen mesra mereka terganggu oleh suara letusan kembang api. Sowon langsung membuka matanya karena kaget, dan langsung memalingkan wajah.

"Wa- wah... Aku tidak tahu akan ada acara kembang api." Dengan canggung Sowon mencoba mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi.

Walaupun seperti itu, Jin hanya tersenyum dan dengan lembut memalingkan kembali wajah Sowon agar menatap dia. "Ahahah... Jangan coba-coba untuk menghindariku. Urusan kita belum selesai."

Dengan cepat, dia menyentuhkan bibirnya dengan bibir Sowon.
Bibirnya begitu hangat dan lembut, dan seiring waktu, tubuh Sowon mulai relaks. Kehangatan bermekaran di dadanya, lalu dia mulai menarik Jin lebih dekat.

Jin memeluknya erat. Malam itu akan terkenang selamanya, percikan api di langit seolah menggambarkan perasaan mereka dalam momen itu.

Beberapa menit kemudian, mereka kembali ke pesta pernikahan dengan wajah Sowon yang terlihat merah merona. "Wah, dari mana saja kalian?"
Tanya nyonya Kim.

"Kami baru saja membahas pekerjaan, Bu. Ada beberapa hal yang tidak bisa ditunda. Iya kan, Sowon?" Jin menarik pinggang Sowon, dan mendekatkan wajahnya lagi.

"Tentu saja, benar sekali. Perkataan anda selalu benar Detektif Kim." Entah kenapa cara bicara Sowon menjadi kaku seperti itu. Dia lebih memilih untuk menghindari kontak mata dengan Jin agar bisa menyembunyikan wajah malunya.

"Ohohoho... Aku mengerti, semoga kalian bersenang-senang ya." Nyonya Kim mengedipkan sebelah matanya pada Sowon. "Ibu tak akan menganggu kalian. Selamat menikmati sisa pesta ini!"

Nyonya Kim mendorong mereka berdua ke tengah aula pesta yang ramai dengan orang menari dan langsung pergi begitu saja.
"A-apa yang harus kita lakukan disini?" Tanya Sowon yang begitu kebingungan atas tindakan nyonya Kim.

"Ibuku memang aneh..." Setelah mengatakan itu, suara musik pun berubah menjadi irama mellow. "Ternyata ini tujuannya. Baiklah, sepertinya akan aneh jika kita keluar saat musiknya berubah. Mari kita nikmati kesempatan ini."

Jin mengangkat tangan Sowon, lalu menaruh kecupan manis di atasnya. Setelah itu, dia menariknya agar bisa melingkari leher Jin, dan mulai bergerak sesuai tempo irama. "Jangan terlihat kaget seperti itu. Kita sedang menjadi pusat perhatian, kau harus mulai terbiasa dengan tindakanku kepadamu mulai saat ini."

"Cukup sulit saat kau memperkenalkan aku sebagai rekan kerjamu, dan ditambah aku mengetahui kalau kau adalah atasanku."

"Mari pisahkan kehidupan kantor dengan kehidupan sehari-hari kita. Aku ingin kita lebih dekat dan meneruskan hubungan ini. Apakah kau bersedia?"

"... Aku masih bingung dengan perasaanku sendiri." Sowon menatap Jin dengan serius. Tapi, tatapan serius itu dibalas oleh seringai Jin yang terlihat lebih manis daripada biasannya di mata Sowon.

"Tenang saja, gunakan waktumu sebaik mungkin. Tapi, jangan buat aku terlalu lama menunggu." Cup! Jin mengecup pipi Sowon dengan singkat. Dari ekor mata Sowon, terlihat anggota keluarga Jin begitu senang sampai bertepuk tangan.

"Ah... Mereka memang suka seperti itu, jangan hiraukan. Kau pasti lelah, mari kita pergi beristirahat."

-~~~-

"Selamat tinggal!" Ha-ri memeluk Sowon dengan erat, "Aku akan menunggu surat undangan pernikahan kalian."

"Kakak!" Sowon tersipu malu saat mendengar Ha-ri berkata seperti itu di depan seluruh keluarga Jin.

"Dengarkan Ha-ri, aku ingin melihat cucuku ini menikah juga! Aku sudah tua tahu!" Nenek Jin pun ikut bersuara sambil mencubit pipi Jin.

"Baiklah... Kalau begitu kami berangkat, sampai jumpa kembali." Setelah Jin berpamitan dengan kedua orangtuanya, dia masuk ke mobilnya dan mulai melaju pergi. Terlihat dari pantulan kaca spion keluarga Jin masih melambaikan tangan mereka.

"Keluargamu sangat menyenangkan Jin. Aku jadi merindukan keluargaku sendiri."

"Kau sering menghubungi mereka?"

"Tentu. Tapi, kali ini cukup sulit untuk meluangkan waktu dan bertemu dengan mereka."

"Jika ada kesempatan, mau kah kau memperkenalkan aku kepada keluargamu?"

"Hmm... Jika kesempatan itu datang, maka tidak ada yang bisa aku lakukan. Cepat atau lambat, pasti mereka juga akan penasaran dengan lelaki yang sering aku temui."

"Jadi maksudmu keluargamu juga sering mempertanyakan kapan kau akan menikah?"

"Setiap aku pulang, atau saat acara keluarga." Sowon menyenderkan kepalanya kebelakang sambil mengingat kata-kata dari orangtuanya dan dari bibi-bibi yang sangat suka mengurusi urusan orang lain.
"Yah, tapi aku tidak begitu terganggu. Aku selalu mengalihkan pernyataannya dengan cara menceritakan kasus-kasus."

"Tak sabar melihat reaksi mereka saat aku datang dengan orang tampan." Sowon berkata dengan pelan, sambil mengangkat sebelah bibirnya.

"Apa? Aku tak mendengarmu."

"Aku tak berkata apa-apa... Hehehe."

-~~~-

Saatnya kembali lagi pada realita, Sowon memasuki apartemennya dan mendapati Sana sedang tertidur pulas di sofa dengan satu tangan memegangi kantong makanan.

Kondisi ruang ramu yang ditinggal secara singkat oleh Sowon kini terlihat bagaikan ada balita yang mengobrak-abrik ruangan itu. "Astaga! Sanaaaaaa!!"

Sana terbangun dengan segera, Untungnya kantong makanan yang sedang dipegangnya tidak terlempar ke mana-mana. "Sowon! Aku tak tahu kau akan pulang secepat ini.... Aku tahu kau pasti sangat marah dengan keadaan apartemenmu saat ini, tapi, aku berjanji akan membereskannya!"

Sowon menopang kedua tangan di atas pinggulnya, " Tadinya aku akan menceritakan kejadian-kejadian seru saat sedang pergi... Tapi, sepertinya kau tidak mau mendengarnya. Lebih baik tempat ini sudah bersih mengkilat saat aku kembali!"

Sowon menarik kopernya dan masuk ke dalam kamar. "Eh?! Ada kejadian apa?! Aku ingin dengar!"
Sana berlari dan mencoba menahan pintu Sowon. "Aku tak mau berbicara sebelum kau membereskan semua ini."

Mendengar perkataan tegas Sowon, Sana langsung beraksi. Dia mengambil sapu dan pel, kemudian mulai membersihkan bagaikan tak ada hari esok.

***

Halo-halo!! Author sedang disibukkan realita, tapi author bakalan coba untuk nulis dikit2🫰
Thank you for reading ❤️
See you!
XOXO

Detective in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang