PART - 21

343 53 5
                                    

"kau masih dibawah umur untuk pergi ketempat seperti itu, apa yang kau pikirkan? Bagaimana kau bisa masuk?" Kata Jin mengerutkan dahinya.

"Aku tidak menginginkannya. Tapi, teman-temanku sering menekanku untuk  kesana, mereka bilang itu
adalah satu-satunya tempat yang bisa melepaskan semua masalahku. Aku bisa masuk karena salah satu temanku berteman dengan karyawannya." kata Sana.

Jin menghela nafas dengan kencang, lalu menaruh satu telapak tangan di wajahnya. " Kau baru saja mengekspos dirimu dan teman-temanmu. Beritahu aku, apa yang kalian lakukan?"

"Aku tak melakukan apa-apa... Teman-temanku membawa ku hanya untuk uangku."

"Orang-orang seperti itu masih kau sebut teman?" Jin menaikkan salah satu alisnya.

Sana terdiam sejenak, matanya menatap lantai dan terlihat kesedihan dari tatapannya itu. "Mereka bukanlah temanku lagi... Dari awal, mereka hanya ingin hartaku. Aku tahu aku sedang dimanfaatkan, tapi, hanya mereka yang mau menemaniku saat disekolah." Mata Sana mulai berkaca-kaca.

"Dengan sikapmu yang angkuh tadi, sulit untuk percaya jika kau tidak seperti mereka."

"Setelah bergaul dengan mereka, aku harus bersikap seperti itu untuk bertahan. Daripada di injak-injak, lebih baik aku yang menginjak."

Jin menatap Sana dengan ekspresi bingung.

"Berperilaku seperti kau memiliki segalanya, walaupun kenyataannya tidak. Aku sudah memutuskan hubungan dengan mereka kemarin. Jadi, sebelum mereka menindasku, aku akan melaporkan mereka." Sana menatap Jin dengan tekad yang kuat.

"Kau mau melaporkan mereka?"

Sana mengangguk dengan semangat. Lalu dia mengelap air mata dengan lengan bajunya.

"Aku tak terlibat karena pada dasarnya aku ditekan dan diancam, dan aku tidak ikut minum-minum. Jika kau tidak percaya, kau bisa memeriksa CCTV yang ada di kelab itu. Mereka hanyalah seorang penindas, dan aku tidak takut lagi dengan mereka."

Jin tersenyum sebelah bibir. " Baiklah Nona Sana, kau boleh mengajukan laporanmu." Jin lalu menyuruh salah satu petugas untuk mencatat nama-nama yang Sana sebutkan, dan menyerahkan kasus tersebut padanya.

Setelah itu, mereka lanjut membahas mengenai Ayah Sana. "Kau tahu kebiasaan ayahmu ketika dia tak bekerja?" Tanya Jin.

"Hmm... Dia suka... Pergi ke kasino." Kata Sana.
"Dia selalu pergi ke Las Vegas bila ada waktu luang bersama teman-temannya."

"Apakah salah satu temannya adalah orang ini?" Jin menunjukkan foto CEO Montravy, yaitu Tuan Oh.

"Oh... Entah kenapa dia terlihat familiar." Sana menutup mata untuk berpikir.
"Benar! Dia pernah kerumahku... Tepatnya dua minggu lalu. Dia keluar dari ruang kerja ayah,lalu tersenyum padaku. Aku tak terlalu memikirkannya saat itu, tapi, setelah kunjungan itu ayahku terlihat lebih stres dari biasanya."

"Kau mendengar percakapan mereka?"

"Hmm... Sebelum pintu tertutup, aku mendengar ayahku berteriak, 'akan ku lakukan!' dengan nada marah."

"Dia sering kerumah mu?"

Sana menggeleng. "Tidak juga," Sana mengambil segelas air tadi dan minum beberapa teguk. "Yang aku tahu, ayah sudah memutuskan semua kerja sama bisnis. Tapi, sepertinya tidak dengan dia."

Jin mengangkat alisnya ketika mendengar perkataan Sana. "Menarik, coba ceritakan lagi."

-~~~-

Sowon berjalan dengan cepat menuju lab. "Aku harus menenangkan diri."

Detective in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang