Malam itu, Sowon duduk di sofa sambil menonton berita. Ketika Jin masuk ke apartemennya dengan senyum di wajahnya, Sowon merasa hatinya menghangat. Jin menyapanya dengan sebuah ciuman ringan di bibir dan memeluknya erat. Begitulah selalu, Jin selalu memberikan gestur yang paling manis.
Sowon bertanya apakah Jin sudah makan malam, dan Jin menjawab bahwa dia sudah. Jin melonggarkan dasinya dan kemudian duduk di sofa, memeluk Sowon dengan lembut.
"Bagaimana harimu?" tanya Jin dengan suara hangat.
"Itu baik-baik saja," jawab Sowon sambil tersenyum. "Aku bertemu dengan seorang teman SMA tadi."
Namun, segera setelah itu, Sowon mengubah topik pembicaraan dengan serius. Dia merasa gugup, ia menelan ludah saat dia mencoba mencari kata-kata yang tepat.
"Jin, ada sesuatu yang ingin aku ceritakan padamu," katanya dengan suara yang terdengar ragu-ragu.
Jin memperhatikan perubahan ekspresi Sowon. "Apa itu, Sayang?" tanyanya dengan lembut.
Sowon menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. "Aku bermimpi semalam. Mimpi itu terasa sangat nyata," katanya, mencoba menjelaskan perasaannya. "Ingat waktu kasus Montravy, dimana aku membuka brankas Tuan Lee? Aku bisa membukanya berkat informasi yang diberikan oleh orang yang mengawasi kita selama kasus itu, dia datang dan mencoba membunuhku... Tapi, ketika aku hilang kesadaran, aku terbangun kembali seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Jadi aku masih bingung apa itu mimpi atau bukan."
Jin mendengarkan dengan seksama, alisnya sedikit mengernyit. "Jadi, apa yang kau maksud dengan mimpi ini?" tanyanya, mencoba memahami.
Sowon melanjutkan, "Dalam mimpi itu, aku mendapatkan informasi tentang kebakaran di lokasi X. Dan sekarang, melihat bagaimana mimpi sebelumnya membantu kita, aku merasa ini penting."
Jin duduk diam, mencoba mencerna apa yang dikatakan Sowon. "Kau merasa mimpi ini adalah peringatan?" tanyanya, matanya tajam menatap Sowon.
Sowon mengangguk. "Aku tahu ini terdengar gila, tapi iya. Aku merasa harus mempercayai mimpi ini."
Jin mengusap punggung tangan Sowon dengan lembut. "Sowon, aku percaya padamu. Jika kau merasa ini penting, maka kita harus menindaklanjutinya."
Tepat saat dia hendak merespon lebih lanjut, terdengar berita dari televisi.
"Selamat malam pemirsa, kini kami sedang menayangkan siaran langsung kebakaran gedung yang sedang terjadi di lokasi X," kata pembawa berita. "Kebakaran ini tampaknya besar dan sedang dalam proses penanganan oleh pihak berwenang."
“Gedung yang terbakar adalah bangunan tua yang telah lama ditinggalkan. Beruntung, tidak ada korban jiwa atau cedera dalam kebakaran ini. Api menyebar dengan cepat, namun tim pemadam kebakaran berhasil mengendalikannya sebelum menyebar lebih jauh.” Lanjut pembawa berita.
Wajah Sowon tiba-tiba pucat. "Itu informasi yang aku dapat dalam mimpiku," bisiknya, suaranya bergetar.
Jin terkejut melihat reaksi Sowon. "Apa yang sebenarnya terjadi, Sowon?" tanyanya dengan nada khawatir.
"Aku tidak tahu, Jin," kata Sowon sambil menggelengkan kepala. "Tapi, ini bukan kebetulan. Mimpi itu... dan sekarang berita ini... Aku merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini."
Jin menarik napas dalam-dalam dan memegang tangan Sowon erat-erat. "Kita akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi." katanya dengan tegas, mencoba memberikan ketenangan.
Sowon mengangguk, merasa sedikit lega dengan dukungan Jin. Namun, rasa cemas masih menyelimutinya. Mereka berdua duduk dalam keheningan, menatap layar televisi yang terus menampilkan gambar-gambar kebakaran.
"Tapi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Sowon, matanya penuh ketidakpastian.
"Jika mimpi itu benar, maka ada sesuatu yang ingin kau ketahui. Kita harus mencari tahu apa itu dan menghentikannya sebelum terjadi sesuatu yang lebih buruk."
Jin menambahkan, "Kau tidak perlu merasa takut atau ragu untuk memberitahuku hal-hal seperti ini. Aku ada di sini untuk mendukungmu, apa pun yang terjadi."
Sowon tersenyum dan merasakan beban di pundaknya sedikit berkurang. "Terima kasih."
Jin memeluknya erat, memberikan kenyamanan yang dibutuhkan Sowon.Tiba-tiba, telepon Jin berdering. Itu adalah rekan kerjanya, memberitahu tentang perkembangan baru di sebuah kasus lain. Jin meminta maaf kepada Sowon, tetapi dia memegang tangan Jin dan mengangguk, mengerti situasinya.
Setelah telepon berakhir, Jin berbalik ke arah Sowon. “Kita perlu membuat rencana. Mulai sekarang, kita catat setiap mimpi yang kau alami. Mungkin ada pola yang bisa kita temukan. Dan aku akan melihat catatan lama dari kasus Montravy untuk mencari tahu apakah ada keterkaitan.”
Sowon setuju, merasa lebih tenang karena tahu dia tidak sendiri. “Mungkin kita bisa mulai dengan memeriksa lokasi kebakaran itu. Siapa tahu ada petunjuk yang bisa kita temukan di sana.”
Jin mengangguk. “Itu ide bagus. Kita juga bisa memeriksa laporan kebakaran sebelumnya di daerah itu. Mungkin ini bukan kebakaran pertama di lokasi itu.”
-~~~-
"Kau berhasil?" Tanya sosok misterius yang ada dibalik kursi.
"Iya, tuan."
"Haha! Bagus. Mari kita lihat sampai kapan mereka bertahan."
-~~~-
Keesokan harinya, Jin dan Sowon tiba di lokasi kebakaran. Bangunan tua itu terlihat suram dan tak terawat, dengan sisa-sisa arang dan asap yang masih menggantung di udara. Mereka berjalan perlahan, memeriksa setiap sudut dengan hati-hati.
Di lokasi, beberapa polisi sedang mengamankan area dan memeriksa reruntuhan. Mereka berdiri di sekitar garis polisi, menjaga agar tidak ada yang masuk ke area berbahaya.
Sowon melihat-lihat sekitar, mencari sesuatu yang mencurigakan. "Kelihatannya tidak ada apa-apa di sini," katanya sambil mengamati reruntuhan.
Jin mendekati seorang petugas pemadam kebakaran yang sedang mengamati puing-puing. "Apa yang menyebabkan kebakaran ini?" tanyanya.
Petugas itu menghela napas. "Kami belum menemukan penyebab pasti, tapi sepertinya ada kabel listrik tua yang korsleting. Gedung ini sudah lama tidak digunakan, dan sistem listriknya sangat berbahaya. Bisa jadi, korsleting itu yang memicu kebakaran."
Sowon mengangguk, meski masih merasa cemas. "Jadi, tidak ada tanda-tanda sabotase atau sesuatu yang mencurigakan?"
Petugas itu menggeleng. "Tidak ada tanda-tanda seperti itu. Hanya kebakaran akibat kelalaian dan bangunan yang sudah tua."
Mereka berdua melanjutkan pemeriksaan mereka, memeriksa setiap sudut gedung untuk memastikan tidak ada yang terlewat. Jin memeriksa jendela yang pecah dan pintu yang rusak, tetapi semuanya tampak sesuai dengan penjelasan petugas.
Di dekat mereka, seorang polisi sedang berbicara dengan rekannya. "Kami sudah memeriksa seluruh area dan tidak menemukan apa pun yang mencurigakan. Hanya gedung tua yang terbakar karena korsleting."
Sowon mendekati salah satu polisi. "Apakah ada saksi yang melihat kejadian ini?"
Polisi itu menggeleng. "Tidak ada saksi mata. Gedung ini sudah lama tidak digunakan, jadi tidak ada yang sering berada di sekitar sini. Kami akan terus memantau, tapi sejauh ini, tidak ada yang mencurigakan."
Sowon menghela napas, mencoba menenangkan pikirannya. "Aku harus percaya pada instingku... Tapi juga harus realistis."
Jin menggenggam tangan Sowon dengan lembut. "Kita sudah melakukan yang terbaik. Kita akan tetap waspada, tapi jangan biarkan ini mengganggu pikiranmu terlalu banyak. Kita harus fokus pada fakta dan bukti."
Sowon tersenyum, "Kau benar."
Mereka meninggalkan lokasi kebakaran dengan perasaan campur aduk. Meski tidak menemukan apa pun yang mencurigakan, Sowon tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.
Jin, di sisi lain, mulai merasa lega. Namun, dia tetap menjaga pikiran terbuka dan berjanji akan terus mendukung Sowon dalam penyelidikan ini.
***
Thank you for reading!
XOXOX
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective in Love
FanfictionBTS x Gfriend FF Kasus misterius membuat Jin menyerah bekerja sendiri dan memilih Sowon sebagai partnernya. Keduanya bekerja sama untuk memecahkan kasus tersebut. Anehnya, kasus tersebut mulai terkuak saat Sowon datang...hmmm mencurigakan. Keduanya...