PART - 23

181 38 0
                                    

"Aku tak percaya kau berani melakukan itu saat masih SMA." Sana tertawa mendengar cerita Sowon yang saat itu ia memanjat pohon untuk masuk ke kelasnya karena kesiangan, dan untungnya tidak ketahuan.

Mereka sudah selesai makan, dan kini sedang duduk diruang tengah menikmati makanan ringan sambil lanjut mengobrol.

"Dan untungnya guruku belum memanggil namaku untuk absensi. Ah, aku sangat mencintai teman-temanku saat itu karena membantu."

"Aku belum mendengar cerita masa kecilmu, sekarang giliranmu untuk bercerita." Kata Sana sambil memasukkan beberapa keripik kedalam mulutnya.

"Aku tak mengingat sebagian besar masa kecilku, aku pun tak mampu tak mengingat orang tua asliku..."

"Orang tua asli?"

"Aku diadopsi. Ibuku dibunuh saat aku masih kecil, dan ayahku adalah seorang petualang yang hilang kontak saat di Kamboja."

Sana tercengang mendengar kata-kata Sowon. Itu membuatnya merasa sedikit canggung karena sudah bertanya tentang masa lalunya, "Maaf, aku tidak bermaksud-"

"Untuk apa meminta maaf? Aku tidak akan menyembunyikan fakta-fakta tentang hidupku. Lagi pula, orang tua angkatku lah yang bisa memberikan masa kecil normal untukku." Sowon tersenyum hangat mengingat orang tua angkatnya.

"Apakah itu alasanmu? Menjadi seorang detektif adalah untuk mencari tahu siapa yang membunuh ibumu."

Sowon tersenyum pada Sana, "kau memang pintar. Sayang dengan sikapmu itu, pasti kita sudah akrab sejak awal bertemu."

"Aku minta maaf atas sikapku... Itu sudah menjadi kebiasaan." Sana menggaruk kepalanya sambil tersenyum canggung. "Jadi, apakah kau sudah memecahkan kasusnya?"

Sowon menggelengkan kepalanya, "Untuk saat ini aku kesampingkan kasus itu, kasus yang kujalani saat ini lebih penting."

"Ah aku jadi merindukan ayahku." Sana terdiam menatap lantai dengan mata sedihnya. Sowon menaruh satu tangan dibahu Sana dan menepuk-nepuknya perlahan. Setelah cukup lama terdiam, tiba-tiba Sana tertawa dengan pelan.

"Aku yakin tadi kau bersedih, mengapa tiba-tiba tertawa?" Tanya Sowon dengan muka bingungnya.

"Aku mengingat dulu, ketika ayah melihatku saat sedang bermain detektif. Aku menulis surat dengan angka untuk menjaga rahasia didalamnya, ketika ayahku melihat itu, dia bertanya dan aku langsung menjelaskan tekniknya. Itu sangat sederhana, tapi dia terlihat terkesan."

Sowon sadar, ini bisa saja kode yang sama. "Maksudmu seperti ini?" Sowon menunjukkan foto dokumen Tuan Lee yang ada di ponselnya.
Sana mengangguk dan sedikit mengerutkan keningnya, "ya seperti itu... Apakah dari ayahku?"

"Betul. Tolong beritahu aku cara untuk membaca ini." Sowon mengambil sehelai kertas dan pensil, lalu menaruhnya didepan Sana.

"Kau tahu aku bisa mengubah itu untukmu, ya kan?"

"Tak apa, aku tak mau jika kau harus terlibat, terlalu berbahaya. Jelaskan saja padaku." Sowon menatap Sana dengan tekad yang kuat, matanya berapi-api dan dia merasa semangat kembali.

Sana menatap Sowon dengan aneh, dan sedikit khawatir. "Oke... Sebagai contoh, aku menuliskan deretan angka. Ambilah lima bagian, kalikan dua angka pertama lalu kurangi dengan tiga angka dibelakangnya."
Sana menuliskan contohnya, dan terlihat dari hasil perhitungan itu adalah angka dari urutan huruf alfabet.

"Sana." Itu adalah isi dari contoh yang Sana berikan. "Sangat sederhana, iya kan?"

"Aku tak percaya itu semudah itu." Sowon berdiri lalu berlari ke arah kamarnya, "aku akan bekerja, tidurlah dengan nyenyak. Selamat malam, dan terimakasih." Kata Sowon sambil berlari.

Detective in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang