.
.
."BANGUN, ANYING! INI UDAH SIANG KEBO!"
Teriakan melengking itu mengejutkan Beomgyu yang lagi syahdu, adem ayem menjelajahi alam mimpinya. Denger suara kayak Kuntilanak itu jelas langsung bikin Beomgyu terduduk, alhasil kepalanya auto puyeng. Ya bayangin aja kalian yang punya darah rendah pas posisi tidur tiba tiba kebangun kaget karena ujan deres dan jemuran masih di halaman.
"Anying kembali buat lu, Jeongin!" Balas Beomgyu sambil menatap pelaku yang bangunin dia dengan sangat tidak bersahaja itu.
"Salah sendiri kalo tidur kayak orang meninggal. Masih mending gua teriakin doang, besok besok gua siram air panas tuh muka, baru tau rasa!" Balas Jeongin.
"Lu kalo bangunin biasa aja bisa nggak, sih? Sungchan yang akhlaknya minus aja kalo bangunin gua nggak separah lu." Ucap Beomgyu sambil mengusap muka bantalnya.
"Lu ngatain gua minus akhlak berarti?" Tanya Jeongin.
Beomgyu menguap lebar. "Sungchan kemana, sih? Sampe gua harus banget dengerin radio rusak pagi pagi."
Jeongin yang emosi langsung melemparkan handuk yang dia bawa ke mukanya Beomgyu. "Sungchan mah, rajin, dia berangkat pagi soalnya mau bersih bersih gereja dulu. Sementara lu itu beban dunia banget, anjir!"
"Dih, kayak ngerasa bukan beban dunia aja lu." Balas Beomgyu.
Jeongin sampai pada puncak kesabarannya. Dia menggulung lengan seragamnya lalu berjalan menuju Beomgyu yang masih ngumpulin nyawa itu. Ketika Beomgyu sadar emosinya Jeongin udah meledak, barulah dia agak ketar ketir. Ya, mon maap aja ya, itu lengennya Jeongin yang Masyaallah udah agak ngeri—definisi kalo seumpama Beomgyu dicekek pasti lewat.
Jaehyuk, Heeseung dan kakak kakak Zahuwirya yang lagi sarapan di ruang dapur kemudian mendengar suara teriakan Beomgyu dari lantai atas. Juyeon mengernyitkan dahi, paginya yang tenang dengan segelas kopi udah buyar gara gara teriakannya Beomgyu yang kayak korban penganiayaan itu.
"Beomgyu mati nggak ya, nanti?" Kata Jungwoo sambil masang muka khawatir.
"Gatau." Balas Moonbin.
Kemudian dari lantai dua, turunlah Hongjoong dengan kemeja rapihnya yang ditimpa sama almamater kebanggannya sedikit berlari. Dia menengok sebentar ke arah dapur, dan ketika dia bertemu tatap dengan Heeseung yang lagi makan roti, dia mengurungkan niatnya untuk bergabung. Hongjoong nggak mau menerima resiko ketika dia harus membiarkan Jungwoo melihat Heeseung melengos pergi jika dia kesana. Intinya, kalo udah ada Heeseung disana, berarti kode keras buat Hongjoong untuk nggak dekat dekat.
Melihat Hongjoong begitu membuat Jungwoo sedih, hampir dia meneriaki Hongjoong buat nanyain kenapa nggak sarapan, tapi Jungwoo secara bersamaan tidak mau Heeseung tersinggung. Juyeon yang memahami situasi itu pun bangun dari duduknya, dia mengambil beberapa potong roti, mengoleskan selai dan memasukkannya ke dalam kotak bekal bersama beberapa potong buah. Setelahnya dia berjalan keluar rumah tak lupa setelah berpamitan berangkat kerja duluan.
Jungwoo tersenyum samar mendapati betapa peka Juyeon di situasi kayak gini. Emang, yang namanya manusia itu nggak sempurna, begitupula Juyeon, walaupun dia ganteng dan peka, penyakit lemotnya kadang kala bikin emosi jiwa dan raga.
Nggak lama kemudian, turunlah Beomgyu dan Jeongin dari lantai dua. Mukanya Beomgyu yang penuh dendam mengekori sang sulung yang masang muka santai.
"Yah, nggak jadi tahlilan kita." Moonbin menyindir.
"Kak Juyeon udah duluan?" Tanya Beomgyu tiba tiba setelah sepersekian detik dia noleh sana sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly Effect
FanfictionBeomgyu : "Gua nggak sudi saudaraan ama anak gatau terimakasih kayak Heeseung!" Heeseung : "Gua juga ogah saudaraan ama anak nemu kayak Beomgyu." Jeongin : "Sadar diri Heeseung.. lu juga anak nemu, anjir." Jaehyuk : "Seret betul bahasamu, Kak." Sung...