.
.
.Mendengar itu, Jeongin menatap lurus ke arah Sungchan, mencari sekecil apapun indikasi kalau anak ini berbohong, namun dia tak temukan kebohongan apapun dari mata itu. Jeongin menghela nafas panjang.
"Rencana Beomgyu selanjutnya?" Tanya Jeongin.
Sungchan menggeleng tak tahu, "kayaknya dia bakalan mengurusi masalah Heeseung dulu, Beomgyu tau, Kak.. dia sadar kalau dia butuh Heeseung buat memecahkan masalah teroris ini, kalau gua doang, nggak cukup, karena gimanapun gua bakal dalam pengawasan penuh para polisi sementara Beomgyu bakalan bertindak tanpa polisi untuk saat ini."
"Lu ada di pihak siapa, hah? Lu bakal tetep nagsih informasi ke mereka, kan?" Tanya Jeongin.
Sungchan mengangguk, "gua bakal tetep lakuin itu buat kebebasan gua.. tapi dengan cara lain, yang nggak ngehalangin Beomgyu."
"Kalau nggak sama polisi, lu tau se bahaya apa, kan?" Tanya Jeongin lagi.
Sungchan mengangguk, menunjukkan jika dia emang sadar sepenuhnya atas keputusan itu. "Untuk sekarang, doang, Kak. Kita nggak bisa ambil keputusan buat melibatkan polisi manapun, alasannya tetep sama, polisi nggak tau kalau pejabat ini seorang pengkhianat, jika beliaunya nanya jelas polisi bakal jawab, dan jika itu beneran terjadi.. Caesar punya kesempatan buat menyusun ulang rencana dia ini."
"Buat sekarang, lu harus sama Beomgyu terus, Kak. Lu tau sendiri dia kalau udah hadapan sama Heeseung emosinya jarang kekontrol. Jangan sampai aja bukannya jadi damai malah jadinya runyam. Gua tau gimanapun kelakuannya Heeseung, lu tetep sayang sama dia karena dia tetep adek lu, Kak." Lanjut Sungchan.
"Gua cuma nggak mau kena marah sama Juyeon." Balas Jeongin.
Sungchan ketawa, "kalau kemarin lu beneran mati buat ngelindungi gua sama Heeseung, Kak Juyeon emang mau marahin siapa?"
"Diem lu, Chan." Kata Jeongin sambil mulai berjalan pergi dari sana. Sungchan tak menahannya, dia membiarkan kakaknya itu pergi, karena jika dia berada sedikit lebih lama dari ini, maka para polisi itu akan mencurigai keduanya tengah berbincang-bincang tentang sesuatu yang berbahaya, usaha melarikan diri, misalnya?
Membicarakan usaha melarikan diri, dia pernah diceritakan bahwa dahulu, ada cerita putra Rostislav dipenjara dan berusaha melarikan diri dengan merakit sebuah bom untuk meledakkan dinding penjaranya. Kalau Jeongin nggak waras, pasti dia akan meminta Sungchan melakukan hal serupa.
.
.Singkat cerita, Jeongin kini tiba di rumah sakit dan dia kebingungan dengan kelakuan Beomgyu. Jadi ceritanya, pas dia baru keluar lift, bahunya ditabrak keras sama Beomgyu yang berjalan cepat sambil menghentakkan kakinya. Wajah anak itu merah padam, seakan anak itu akan meledak beberapa saat lagi. Karena khawatir, Jeongin pun mengikuti Beomgyu tanpa bicara apa apa, dia udah paham kalau dia bertanya sekarang, yang ada dia akan dipukul sama Beomgyu.
Setelah Jeongin ikuti, ternyata anak itu menuju ruang rawat si pria pengasuh panti. Saat masuk ke dalam, tampak pria itu tengah tertidur di atas ranjangnya. Tanpa intro, Beomgyu langsung mencengkram erat kerah baju rumah sakit yang digunakan si pria sampai orang itu tersentak bangun dari tidurnya.
"Lu yang nyuntikin LSD ke Heeseung, kan?" Kata Beomgyu, kondisinya anak itu belum teriak tapi kalimatnya penuh penekanan.
"Nggak—"
"Gimana bisa lu dapet akses obat itu, hah? Lu cuma pasien disini, anying." Beomgyu menyela, "siapa yang nyuruh?"
"Gua nggak tau lu ngomong apa!" Balas si pria.
"Ngaku aja lu, anjir! Atau pingin gua injek dulu mukanya?" Suara Beomgyu meninggi.
"Beom, tenang dulu." Kata Jeongin sambil menarik mundur tubuh Beomgyu sehingga adiknya itu melepaskan cengkraman tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly Effect
FanfictionBeomgyu : "Gua nggak sudi saudaraan ama anak gatau terimakasih kayak Heeseung!" Heeseung : "Gua juga ogah saudaraan ama anak nemu kayak Beomgyu." Jeongin : "Sadar diri Heeseung.. lu juga anak nemu, anjir." Jaehyuk : "Seret betul bahasamu, Kak." Sung...